Inflasi di Riau
Biasanya Beli Cabai Bukittinggi, Kini Beralih ke Medan, Warga: Daripada Gak Makan Cabai
Harga bahan pangan di sejumlah pasar di Pekanbaru masih tergolong tinggi, tidak berbanding lurus dengan penghasilan sebagian besar masyarakat.
Penulis: Theo Rizky | Editor: Ariestia
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Harga bahan pangan di sejumlah pasar di Pekanbaru masih tergolong tinggi, tidak berbanding lurus dengan penghasilan sebagian besar masyarakat di tengah ekonomi serba sulit ini.
Pengeluaran yang tidak seimbang dengan pendapatan membuat masyarakat mau tidak mau harus mengencangkan ikat pinggang.
Heni, seorang ibu rumah tangga di Rumbai hanya bisa pasrah.
"Biasanya belanja di pasar Rp 300 ribu bisa untuk seminggu, sekarang cuma untuk tiga atau empat hari, yang paling terasa itu cabai merah," ujarnya.
Kata Heni, cabai merah Bukittinggi beberapa hari terakhir cukup mahal, harganya Rp 100 ribu per kilogram.
"Belum lagi harga tomat, bawang dan ikan laut itu naik semua, terakhir beli ikan serai Rp 50 ribu sekilo, biasanya tak semahal itu," ucap ibu dua anak tersebut.
Untuk mengakalinya, Heni terpaksa harus menahan seleranya dan mencari bahan makanan yang lebih murah.
Biasanya ia membeli cabai merah Bukittinggi, kini ia beralih ke cabai merah Medan yang harganya lebih miring, meskipun, menurut Heni rasa dua cabai itu berbeda jauh.
"Ya daripada nggak makan cabai," katanya lagi.
Heni berharap kenaikan harga bahan pokok ini tidak berlangsung lama, apalagi perekonomian saat ini sedang lesu.
"Kasihan orang-orang, gelombang PHK dimana-mana, cari kerja susah, belum lagi pajak yang mencekik, ditambah pula harga bahan makanan serba mahal," keluhnya.
Diberitakan sebelumnya, harga cabai merah yang meroket di Pekanbaru hingga menyentuh harga Rp 100 ribu per kilogram menjadi satu penyumbang inflasi.
Bahkan Inflasi Pekanbaru termasuk 10 tertinggi untuk kota di Indonesia.
Angka inflasi Pekanbaru saat ini meningkat jadi 4,6 persen.
Ada peningkatan angka inflasi dibanding sebelumnya yang berada di kisaran 3 persen.
Kenaikan inflasi dipicu oleh harga cabai merah yang masih tinggi hingga Oktober 2025.
(Tribunpekanbaru.com/Theo Rizky)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.