Berita Riau
Harga TBS Kelapa Sawit di Riau Semakin Membuat Petani 'Menjerit'
Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa Sawit di Riau semakin minggu semakin turun, dan kondisi ini membuat petani kelapa sawit 'menjerit'
Penulis: Donny Kusuma Putra | Editor: Nolpitos Hendri
Harga TBS Kelapa Sawit di Riau Semakin Membuat Petani 'Menjerit'
Laporan Wartawan Tribunrohul.com, Donny Kusuma Putra
TRIBUNROHUL.COM, PASIRPANGARAIAN - Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa Sawit di Riau semakin minggu semakin turun, dan kondisi ini membuat petani kelapa sawit 'menjerit'.
Belum diketahui pasti apa penyebab harga TBS semakin hari semakin turun.
Baca: Bikin Tercengang, Ini Luas Kebun Kelapa Sawit di Riau Hingga Tahun 2018
Baca: FOTO: Jalan Akses Menuju Jembatan Siak IV Sudah Mulus
Harga TBS saat ini membuat petani sawit semakin 'menjerit karena harga pupuk kelapa sawit yang tidak kunjung turun.
Kondisi ini dirasakan seorang petani kelapa sawit perorangan di Rambah Muda, Rian.

Riau kepada Tribunrohul.com mengungkapkan, harga TBS kelapa Sawit saat ini sungguh sangat memprihatinkan.
Bahkan kondisi saat ini membuat petani "menjerit" dengan harga TBS di petani hanya sekitar Rp 700.
Ia menambahkan, kondisi harga TBS kelapa sawit saat ini sungguh menyulitkan para petani sawit
Pasalnya harga di petani kian minggu kian turun jauh dari tahun sebelumnya yang masih diatas Rp 1.000.
Baca: VIDEO: Live Bola Persija vs Persela Lamongan Liga 1 2018, Saddil Ramdani Bakal Turun Hadapi Persija
Baca: FOTO: Berwisata ke Rumah Tuan Kadi Pekanbaru
Diakuinya, jika hasil panen buah sawit sekali panen mencapai 1 ton per hektarnya, tentunya hanya mendapatkan uang sekitar Rp 700 ribu itu belum dipotong upah panen, yang sekitar Rp 300 ribu.
Jadi petani hanya mendapatkan 400 ribu.
Rian mengaku, harga TBS sampai ke patani biasanya yang menentukan Toke sawit, yang juga mengikuti harga di Pabrik kelapa sawit.
"Itu pun kalau satu Ton per hektar kalau tidak, ya makin hancur bang, lah bang, biasanya 1 hektar kalau saat ini hanya 800 kg, kadang kalau buah lagi banyak bisa sampai 1 Ton, " katanya, Selasa (20/11/2018).
Diakuinya, saat ini dirinya hanya memiliki 2 Hektar sawit yang sekali panen bisa menghasil kan sekitar 1,5 Ton, atau sekali penen bisa mendapatkan saat ini maksimal Rp 1,3 jutaan, belum dipotong upah panen.
Baca: Di Ujung Tanduk, Nasib Timnas Indonesia di Piala AFF 2018 Ditentukan Dua Laga Besok
Baca: VIDEO: Deddy Corbuzier Lamar Pacarnya Saat Berulang Tahun, Sabrina Chairunnisa : I Will!
Lebih lanjut dijelasknya, untuk upah melansir itu Rp150 per ton nya sedangkan upah mendodos itu per hektarnya sekitar Rp 100 ribu.
Jadi kalau dipotong upah panen itu ada sekitar Rp 250 ribu sampai Rp 300 ribuan.
Rian mengaku tidak tahu persis kenapa harga TBS sawit terus turun, mungkin karena harga CPO dunia sedang turun atau ada hal lain.
Pastinya, ia hanya berharap kepada pemerintah daerah untuk bisa mengambil sikap terkait harga TBS yang setiap minggu mengalami penurunan.
Diakuinya, saat ini bantuan dari pemerintah daerah belum ada terkait krisis harga TBS di petani apakah ada bantuan pupuk untuk Petani sawit atau bagaimana.
"Ya saya berharap harga bisa normal diatas seribu paling tidak . Karena melihat harga pupuk juga mahal saat ini saha harga pupuk merek Mahkota sekitar Rp 290 dengan berat 50 kg, sedangkan pupuk Phonska dan urea sekitar Rp 160 ribu dengan berat 50 kg," ungkapnya.
Baca: 7 Tahun Menikah, Wanita di Inhil Ini Pasrah Jika Suami Nikahi Putrinya Usia 13 Tahun
Baca: 7 Tahun Menikah, Wanita di Inhil Ini Pasrah Jika Suami Nikahi Putrinya Usia 13 Tahun
Saat ditanya apakah tau tentang kampanye menghentikan produksi kelapa sawit kotor yang dilakukan oleh Greenpeace.
Dirinya mengaku tidak tahu apa maksudnya, jika itu yang membuat harga TBS turun, ia berharap pemerintah bisa bertindak dalam meningkatkan harga TBS kelapa sawit.
"Yang penting harga naik bang itu aja, pemerintah daerah harus bergerak, kalau tidak petani sawit makin menjerit nih ditengah kebutuhan ekonomi yang semakin banyak," pungkasnya. (*)