Ustadz Abdul Somad

Simak Ceramah Ustaz Abdul Somad yang Pertama Kali Direkam, Dalam Format Suara MP3

Ceramah-ceramah Ustadz Abdul Somad bisa disaksikan melalui video di Youtube hingga live streaming di Facebook.

Penulis: Sesri | Editor: Sesri
SERAMBINEWS.COM/BUDI FATRIA
Ustaz Abdul Somad mengisi tabligh akbar di Lapangan Tugu Darussalam, Banda Aceh, Selasa (3/7/2018). 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Ustaz Abdul Somad saat ini menjadi salah satu ustadz yang sangat populer di kalangan umat Islam di Indonesia. 

Ceramah Ustadz Abdul Somad dinanti-nanti umat Islam di berbagai kalangan dan daerah. Ustadz Abdul Somad juga sangat populer di media sosial.

Ustadz Abdul Somad tampil dengan gayanya yang khas dan memberikan penjelasan terperinci dan menjawab pertanyaan jamaah dengan tegas.

Kemajuan teknologi saat ini juga dimanfaatkan Ustadz Abdul Somad dan timnya dalam menyampaikan dakwah-dakwahnya.

Ceramah-ceramah Ustadz Abdul Somad bisa disaksikan melalui video di Youtube hingga live streaming di Facebook.

Tim Media Tafaqquh merekam pertama kali Kajian Ustadz Abdul Somad, Lc. MA pada bulan April 2011 dalam format suara mp3 (belum ada kamera).

Seperti yang diunggah oleh akun Instagram Ustadz Abdul Somad Minggu (2/12/2018), kajian dengan tema "11 Pintu Setan" itu direkam menggunakan handy recorder.

"Ini adalah rekaman suara pertama yang kami rekam dengan kualitas suara yang baik. Sudah ada puluhan rekaman sebelumnya yang direkam oleh jamaah pengajian, namun suaranya tidak jelas,"

Disampaikan juga, pada 15 Mei 2012 Tim Media Tafaqquh mengunggah untuk pertama kali video Kajian Ustadz Abdul Somad, Lc. MA dengan tema "Pertanggungjawaban Hidup"

Kajian itu masih bisa didengarkan oleh jamaah dengan diunggah kembali oleh Tim Media Tafaqquh di Youtube.

Berikut ini video ceramahnya:

Ustadz Abdul Somad Resmi Sandang Gelar Datuk Seri Ulama Setia Negara

Ustadz Abdul Somad resmi menerima gelar kehormatan dari Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau Selasa (20/2/2018). Melalui proses upacara adat Melayu, UAS sapaan akrabnya Abdul Somad mendapat kehormatan dari daerah asalnya Provinsi Riau.

Seluruh tokoh penting di Riau hadir dalam acara penabalan tersebut, termasuk perwakilan dari sejumlah kerajaan di Riau seperti Kerajaan Siak, Indragiri, Gunung Sahilan, Rokan dan bahkan perwakilan suku yang ada di Riau.

Tidak hanya juga hadir tokoh masyarakat lainnya seperti Syarwan Hamid, sejumlah Calon Gubernur yang maju di Pilkada Riau 2018 diantaranya Datuk Setia Amanah Arsyadjuliandi Rachman, Syamsuar dan Edy Natar Nasution serta Hardianto.

Begitu juga dari Pemerintah Provinsi Riau hadir mewakili Plt Gubernur Riau Sekdaprov Riau Ahmad Hijazi dan sejumlah Kepala OPD dan begitu juga dari Kabupaten/Kota.

Acara yang dimulai sejak pagi itu sempat disambut hujan pertanda berkah bagi masyarakat Melayu, acara berlangsung khidmat. Mulai dari proses tepuk tepung tawar yang dilakukan 11 Tokoh Penting dan raja di Riau.

Namun ada momen paling menyita perhatian semua masyarakat yang hadir dalam prosesi penabalan tersebut. Dimana saat Ustadz Abdul Somad membacakan Syair berisi petuah melayu.

Selain mengandung makna yang dalam juga ada unsur lucunya. "Saya rasanya bercampur aduk ini, antara sunat dan nikah duduk di Pelaminan ini,"ujar UAS sebelum membacakan petuah Melayu nya.

Petuah yang ditulis dalam kertas kecil panjang itu, kata UAS ditulisnya dalam pesawat Garuda saat perjalanannya dari Jakarta ke Pekanbaru sebelum menghadiri acara di LAM tersebut.

"Ini saya tulis dalam pesawat Garuda perjalanan ke Pekanbaru, "ujarnya.

Petuahnya itu berisikan perjalanan hidupnya dan Nasehat kepada masyarakat Melayu untuk lebih maju dan peduli dengan pendidikan anak kemenakan terutama pendidikan agama islam.

Petuah itu dibalut dengan kalimat syair dan puisi sehingga para hadirin yang hadir dalam majelis tersebut terkesima mendengar petuah sang Dai Kondang.

Diantara bait syair Ustadz Somad perjalanannya menyampaikan ceramah Islam ketika diusir dari Pulau Dewata dan dideportasi dari Negeri China.

Somad juga menyampaikan petuah agar anak melayu bersekolah di Pesantren, apalagi Pesantren sudah banyak di Riau.

UAS juga menyebut dalam baitnya syairnya perjuangannya melakukan syiar Islam belum seberapa bila dibandingkan perjuangan Nabi Muhammad.

Sebagaimana diketahui dalam acara pemberian gelar Datuk Seri Ulama Setia Negara ini, dihadiri ribuan masyarakat dan tokoh penting melayu yang datang dari berbagai wilayah melayu di Riau.

Berikut ini merupakan kutipan kalimat syair melayu yang dibacakan Ustadz Abdul Somad pada acara pemberian gelarnya sebagai Datuk Seri Ulama Setia Negara di Gedung LAM Riau.

Ini dibacakan Somad dihadapan ribuan hadirin yang disambut antusias masyarakat.

Melihat Sungai Nil dan Piramida, bersua dengan Firaun dan Musa. Dari bumi Malaya akhirnya terdampar di Gurun Sahara, hampir sampai ke Barcelona.

Setelah lama mengembara kembali jua ke bumi tercinta. Tanah Siak Sri Indra Pura. Membawa gelar LC MA, banyak orang bertanya-tanya, apalah agaknya artinya? Lagi Cemas Mencari Anak dara.

Nasihat orang tua-tua berlayarlah di pokok yang gagah perkasa. Barangnya jadi penyengga, akarnya tempat bersila.

Bersilaturrahim ke rumah doktor Mustafa. Rumah putih di Jalan Gulama. Dia bawa daku sebelum senja. Ke TVRI membawa acara. Bila dia pergi ke Malaysia, dia duduk di singgasana, menjadi guru sekejap mata.

Subuh tiba gelap gulita, mengunjungi mesjid di pagi buta, jamaah pun tak pula ada, banyak tiang dari manusia.

Berbekal sabar dan doa. Nasib baik datang menyapa. Khotbah bergetar dari mesjid raya. Banyak mata terpesona, caci hamun pun ikut terta. Lovers and haters kata anak muda.

Ada pula yang menuduh paksa, dengan fitnah anti Bhineka Tunggal Ika. Diusir dari Pulau Dewata, dideportasi dari Negeri China.

Tapi hati tak rasa geram. Sebab itu belum ada apa-apanya, bila dibanding nabi besar kita, gigi patah dan terluka, namun tetap berbalas doa.

Sungguh tak layak masuk surga, busuk hati terus dipelihara. Orang Melayu cinta negara, 13 juta golden Belanda, diberikan untuk membela bangsa, Sultan Syarif Kasim orang mulia, dari Kerajaan Siak Sri Indra Pura.

Berbaurlah ke Yogyakarta, jangan kau ajar kami tentang cinta negara, kalau bukan karena kami punya bahasa, kau pun tak dapat bertutur kata.

Dendam jangan masuk ke kepala. Masih banyak yang perlu dewasa. Anak Sakai meniti pipa, anak Akit senyum menyapa, Talang Mamak terus menganya, padahal minyak tiada terkira, tapi apa mau dikata, terlampau banyak diangkut ke Jakarta.

Awan berarak mengikuti senja, budak menuju surau mushala, quran di tangan dan alif, ba, ta, tak lupa rotan dibelah dua.

Tapi kini semua dah sirna, semua sudah berganti rupa, budak asyik bermain SEGA, playstation dan warnet beraneka. Batman hingga Mahabarata, sampai Spidermen sarang laba-laba.

Kalaulah tak ada usaha, budak Melayu kan hancur binasa. Melayu hanya tinggal nama, rusak karena AIDS dan narkoba. Menjemput murka dan bencana, wajah menjadi bermuram durja.

Selepas masuk Belanda, banyak orang tak boleh tulis baca, huruf arab berbilang serta, Melayu Riau boleh berbangga, huruf arab merata-rata, dari mesjid hingga kantor walikota. Tapi bila tiba saatnya, huruf arab hanya mantra, dibaca saat duka cita, atau untuk pelet wanita. Sungguh kiamat di pelupuk mata.

Maka, masukkan lah anak ke sekolah agama, ada Gontor 7 di jalan ke Kampa, Darel Hikmah, Babussalam dan As-Shofa, atau IBS arah asrama tentara. Memang agak mahal biaya, minimal pelajaran agama ada 5. Menjadi bekal dari muda ke tua. Andai tersesat boleh kembali semula, mereka akan jadi pemimpin bangsa.

Dari presiden sampai Pak KUA, kita semua akan binasa, harta tiada dibawa serta, doa anak saleh jua lah yang mengalir ke kita.

Tepak sirih merah merona, gambir, kapur dan pinang tua mulut mengunyah bermasam muka. Tanda ludah sedang merasa. Pahit, kelat dan pedar ada. Semua mesti ditelan sama, pertanda hidup berumah tangga.

Makan dan duduk memasang kenanga, jemputan hadir saudara mara. Berzanji dibaca merhaba, tuan mufti membaca doa, air mata bahagia ayah dan bunda, menanti cucu penyejuk mata. Di sanalah bahagia berpunca.

Tapi kini semua tak ada, akad menjadi majlis duka. Karena marah menghujam dada, rusak sudah pemudi pemuda, amuk dan hamun mengisi acara. Mereka tak salah jua. Karena diam kitalah bencana mereka.

Banyak orang bertanya-tanya, siapa lah agaknya menulis kata-kata berbingkai makna? menyentuh rasa hati dan kepala, bila pula dia menulisnya? Jawabnya, siapa lagi kalau bukan Datuk Seri Ulama Setia Negara. Ditulis saat dalam perjalanan dari Jakarta di dalam pesawat garuda.

Tapi bila malaikat maut tiba, pangkat dan kuasa tak lagi bermakna, hanya iman dan amal saleh jua yang akan dibawa serta. Tinggalah rumah besar bertingkap kaca, anak menantu, sahabat dan tetangga, kait songket berbaju sutra, cincin emas dan batu permata, rubi, zambrud dan batu permata.

Kalau ada tangan yang pernah menyapu air mata, orang susah dan miskin papa, kepala anak yatim tiada berbapak, itulah yang akan dibawa serta.

Apa tanda Melayu menyapa, lemah lembut bertutur kata, apa tanda Melayu beragama, takut pada Allah semata, apa tanda Melayu bernegara tetes darah asal jangan hina.

Kalau memang datang menyapa saat tanah pusara sudah merata, anak, menantu, jiran tetangga tak akan mau ikut serta. Tinggal lah diri sebatang kara. Bila sampai masanya tiba, anak berbisik ke pangkal telinga, buah hati belaian jiwa berkata: Lailahailallah azza wajalla.

Di bagian akhir kalimat itu nada suara Abdul Somad terdengar berat karena menahan air mata. Suaranya itu terdengar hingga dia menutup salam, mengakhiri syairnya. Hadirin yang melihat Ustadz Abdul Somad haru itu juga ikut terharu.

"Ini bentuk pembelaan yang diberikan untuk anak mereka (Somad) yang cinta negara dan cinta Melayu,"ujar Ustadz Abdul Somad disaat ditanya makna gelar yang diberikan LAM kepadanya.

Menurut Somad ada tanggung jawab besar yang akan diembannya setelah menerima gelar kehormatan ini pertama peduli dan semakin cinta terhadap negara dan memajukan pendidikan agama untuk mencetak banyak ustadz.

"Ini tanggungjawab besar untuk peduli negeri ini. Peduli terhadap negara ini jangan hanya teriak cinta-cinta saja namun apa buktinya harus jelas, "ujarnya.

Kemudian Ini satu bentuk respon LAM kepada dunia pendidikan dukungan dan motivasi agar pendidikan agama islam semakin maju di Riau.

"Pengusaha banyak politikus banyak dan perlu ada banyak ustadz, dan ini bentuk dukungan LAM untuk pendidikan," ujarnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved