Bayi Tewas Dalam Kandungan Gara-gara Ditelantarkan, Dokter Kandungan RSUD Porsea Bakal Dipecat
M Boru Sihotang telantar di Rumah Sakit Porsea hingga anaknya meninggal di dalam kandungan pada 3 Januari 2019 lalu.
Kata Liston, dr Tihar bolak-balik menghubungi dr Sahat, namun panggilan teleponnya tidak diangkat. Hingga akhirnya, dr Tihar merujuk pasien tersebut ke RSUD Tarutung.
Penderitaan M boru Sihotang ternyata tidak di RSU Porsea saja. Tiba di RSU Tarutung, pasien harus menunggu hingga 3 jam baru ditangani dokter.

Tiga jam menunggu dan berharap ada pertolongan, akhirnya sang bayi meninggal dalam kandungan.
"Malangnya, sesampainya di Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung bayi tersebut sudah dalam keadaan meninggal. Tanggal 6 Januari 2019 pun saya menuju RS Tarutung menjemput pasien untuk kami bawa ke Parsoburan.
Selama Perjalanan, dari Tarutung, M Sihotang mengerang kesakitan dikarenakan masih 4 hari operasi.
Kesakitan yang dirasakan ibu anak tersebut bahkan membuat Liston panik menginjak pedal gas sepanjang perjalanan.
Hingga akhirnya, Liston menganjurkan beriatirahat di rumah keluarga mereka di Balige atas kesepakatan suami M Sihotang.
"Kami sarankan kepada suaminya sesampai di Balige kita istrahat aja cari keluarga agar bisa istrahat dulu sampai betul pulih. Akhirnya suaminya sepakat," tambahnya.
Kepada wartawan, Benyamin Simanjuntak, adik ipar pasien meminta meminta agar kasus yang menimpah kakak iparnya tidak dialami orang lain.
Selama di RSUD Porsea mereka diterlantarkan hingga emosi karena situasi lambannya pelayanan.
Lanjut Benyamin, kakaknya gagal mendapat pertolongan dokter karena dokter ahli kandungan yang bertugas saat itu tidak berada di tempat. Maka, pasien dirujuk ke RSU Tarutung.
Setibanya di RSU Tarutung, kakak iparnya juga tidak segera mendapat pertolongan. Tiga jam kemudian petugas RS baru melayani pasien.
"Pertolongan tidak kami rasakan. Setibanya di Tarutung juga kami juga ditangani terlambat hingga bayi tidak selamat," ucapnya.
Benyamin menyesalkan, ketidakpedulian kedua Rumah Sakit baik di Porsea mau pun di Tarutung. Pihak keluarga hanya bisa pasrah dan berharap pihak rumah sakit tidak pilih bulu.
"Pelayanan rumah sakit janganlah melihat siapa orangnya," kesalnya.