Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo Ngaku Ditawari Jokowi Jadi Menteri dan Sebut Tak Dukung Prabowo
Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo blak-blakan pernah ditawari Presiden Jokowi untuk menjadi Menteri Pertahanan (Menhan).
Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo Mengaku Pernah Ditawari Jadi Menteri oleh Jokowi dan Sebut Tak Dukung Prabowo.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo blak-blakan pernah ditawari Presiden Jokowi untuk menjadi Menteri Pertahanan (Menhan).
Gatot Nurmantyo ditawari Jokowi menjadi Menteri Pertahanan menggantikan Ryamizard Ryacudu.
Hal itu disampaikan Gatot Nurmantyo saat menjadi narasumber E-Talk Show TVONe.
Cerita Gatot Nurmantyo pernah ditawari Presiden Jokowi sebagai Menteri Pertahanan bermula ketika Pembawa Acara bertanya soal sikap politiknya.
Saat itu, Gatot Nurmantyo disinggung soal keputusan dirinya menghadiri pidato kebangsaan Prabowo Subianto yang digelar di Dyandra Convention Hall, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (12/4/2019).
Gatot Nurmantyo disebut-sebut menentukan sikap politiknya jelang mendekati pemungutan suara.
Baca: Prabowo-Sandi Berjaya Di 12 Kecamatan Di Rokan Hulu, Ini Raihan Suaranya
Baca: Pemilu 2019 di Rokan Hulu Berjalan Aman & Sukses, Kapolres : Ini Berkat Kerja Keras Semua Kalangan
Tak hanya itu, Gatot Nurmantyo pun disebut-sebut berpihak pada pasangan Prabowo-Sandiaga.
Menanggapi hal itu, Gatot Nurmantyo justru melontarkan sebuah pertanyaan.
Gatot Nurmantyo bertanya apakah dirinya berkampanye dalam acara pidato kebangsaan Prabowo Subianto atau tidak.
Ia pun menjelaskan bahwa dirinya hanya sebatas memberikan pidato kebangsaan dalam acara Prabowo Subianto itu.
"Saya datang ke sana kampanye ga? Saya bicara kebangsaan lho," kata Gatot Nurmantyo seperti dilansir TribunJakarta dari tayangan YouTube, Sabtu (4/5/2019).
Mendengar jawaban Gatot Nurmantyo, sang pembawa acara pun kemudian menyinggung keinginan Gatot Nurmantyo menjadi menteri.
Pada kesempatan itu lah Gatot Nurmantyo blak-blakan pernah ditawari Presiden Jokowi menjadi seorang menteri.
"Saya pernah ditawari zamannya Pak Jokowi jadi Menteri Pertahanan menggantikan Menteri Pertahanan Pak Ryamizard waktu itu sebelum puasa," ungkap Gatot Nurmantyo.
Gatot Nurmantyo menjelaskan bahwa saat itu ia menolak tawaran Presiden Jokowi.
"Saya nolak, saya bilang saya ini tidak ada satu orang Panglima TNI pun tidak memilih untuk menjadi Menteri Pertahanan," ucapnya.
"Tetapi sisa waktu saya di Panglima TNI, saya akan menularkan tentang moral dan etika," tambahnya.
Bongkar Anggaran TNI-Polri di Acara Prabowo
Hadir di acara pidato kebangsaan Prabowo Subianto, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo blak-blakan soal anggaran pertahanan dan keamanan di Indonesia.
Acara pidato kebangsaan Prabowo Subianto digelar di Dyandra Convention Hall, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (12/4/2019).
Pada kesempatan itu, Prabowo Subianto memberikan kesempatan kepada Gatot Nurmantyo untuk bicara di podium.
Gatot Nurmantyo berbicara soal masalah kebangsaan di hadapan pendukung Prabowo Subianto.
Awalnya, Gatot Nurmantyo menjelaskan maksud kedatangannya ke acara pidato kebangsaan Prabowo Subianto.
"Saya datang ke sini tidak ada lain karena Merah Putih karena negara dan bangsa memanggil," ujar Gatot Nurmantyo seperti dikutip TribunJakarta dari tayangan YouTube Digdaya TV, Sabtu (13/4/2019).
Gatot Nurmantyo pun mengaku mendapat telepon dari Prabowo Subianto yang memintanya hadir di acara pidato kebangsaan.
"Untuk negara bangsa rakyat Indonesia atas telepon dari Pak Prabowo meminta saya hadir untuk bicara masalah kebangsaan di sini," kata Gatot Nurmantyo.
Ada tiga poin yang disampaikan Gatot Nurmantyo dalam pemaparannya.
Pertama terkait masalah internasional, nasional dan perorangan.
Terkait dengan kondisi nasional, Gatot Nurmantyo mengungkapkan suatu hal yang saat ini tengah kritis.
"Ada satu hal yang kritis bahwa kekuatan inti bangsa Indonesia itu adalah bersatunya TNI dan rakyat."
"Kalau TNI kuat rakyat kuat, negara manapun tidak bisa."
"Saat ini yang kritis adalah mulai dari segi anggaran," urai Gatot Nurmantyo.
Dalam kesempatan itu, Gatot Nurmantyo menyampaikan beberapa informasi terkait anggaran yang didapatnya ketika masih menjabat sebagai Panglima TNI.
Menurutnya, hal itu perlu disampaikan agar rakyat tidak terpecah belah.
"Saya tidak menyalahakan siapa pun, tapi ini perlu saya informasikan karena saya mantan Panglima TNI agar rakyat bersatu jangan terpecah pecah," jelasnya.
Awalnya ia menjelaskan bahwa TNI terdiri dari Departemen Pertahanan Mabes TNI, Angkata Udara, Darat, dan Laut dengan jumlah personel lebih dari 455 ribu.
"Dari segi anggaran saat saya menjabat Panglima TNI. Saya sudah berusaha sekuat mungkin tapi saya tidak berdaya."
"APBNP, TNI yaitu Departemen Pertahanan, Mabes TNI Angakat Laut, Angakatan Darat, angkatan udara jumlah personelnya lebih dari 455 ribu, mempunyai ratusan pesawat terbang tempur, mempunyai ratusan kapal perang, ribuan tank, dan senjata berat. Anggarannya hanya Rp 6 triliun lebih," paparnya.
Gatot Nurmantyo lantas mengungkapkan anggaran yang diterima institusi lain.
Tak hanya itu, Gatot Nurmantyo juga membeberkan jumlah anggaran Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri).
"Tetapi ada institusi yang tak punya pesawat tempur senjatanya pendek dan ada senjata panjang sedikit saja dan jumlah personelnya tak sampai 3 ribu tetapi angkanya 4 triliun," bebernya.
"Dan Kepolisian RI Rp 17 triliun," sambungnya.
Menurutnya, tidak ada yang salah dalam hal anggaran tersebut.
"Tidak ada yang salah semuianya benar-benar saja tetapi ini adalah dari segi anggaran mengecilkan tentara Indonesia," terangnya.
Sementara itu diwartakan Kompas.com yang melansir Katadata.co.id, berdasarkan data dari Global Fire Power (GFP), anggaran belanja militer Indonesia sebesar 6,9 miliar dollar AS atau setara Rp 98 triliun dengan kurs Rp 14.000/dollar AS.
Berdasarkan angka tersebut, menempatkan Indonesia terbesar kedua di ASEAN setelah Singapura yang memiliki anggaran sekitar 9,7 miliar dollar AS atau Rp 135 triliun. Sedangkan pada peringkat global, anggaran militer Indonesia berada pada urutan ke-30 dari 157 negara. (tribunjakarta.com/Mohamad Afkar Sarvika)