Ramadhan 1440 H
Kisah Perawat ICU Selama Ramadhan, Berlari-lari Buka Puasa Hingga Hadapi Pasien Sakaratul Maut
Di depan pintu kamar pasien kan ada meja dan kursi, di situ para perawat membaca Al Quran.
Kisah Perawat ICU Selama Ramadhan, Berlari-lari Buka Puasa Hingga Hadapi Pasien Sakaratul Maut
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Berprofesi tenaga medis di rumah sakit, banyak suka duka yang dirasakan dalam menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan ini.
Disamping ibadah puasa harus tetap jalan, tanggung jawab sebagai petugas kesehatan juga tidak bisa ditinggalkan.
Kondisi ini paling dirasakan oleh para perawat di Intensive Care Unit (ICU), yang merupakan ruang khusus untuk pasien krisis.
Di sini, pasien memerlukan perawatan intensif dan observasi berkelanjutan, dan juga harus dirawat secara intensif oleh para perawat dan juga dokter yang bertugas.
Ketua Komite Keperawatan Rumah Sakit Awal Bros Panam, Ns Amelia Dewi, S.Kep kepada Tribunpekanbaru.com menuturkan, menjalankan ibadah puasa merupakan kewajiban yang dijalankan oleh umat muslim.
Baca: Sudah 15 Orang Petugas Pemilu Meninggal di Riau, Sakit 110 Orang
Meski demikian, bagi pihaknya yang menjalankan tugas di bulan Ramadhan, kewajiban tersebut sama sekali tidak menjadi beban.
Tapi diakuinya, dalam melaksanakan puasa sekaligus tugas sebagai perawat di rumah sakit, bukan merupakan tugas yang gampang dilaksanakan.
Dengan hati yang ikhlas dan tulus, semunya bisa dilaksanakan dengan baik.
"Bagi kami berpuasa dan menjalankan tugas sebagai perawat adalah kewajiban yang harus dilaksanakan sekaligus. Memang tidak mudah menjalankannya, tapi bukan berarti menjadi beban. Dengan niat yang tulus dan ikhlas, kami InsyaAllah bisa melaksanakan keduanya dengan maksimal," kata Amelia saat berbincang dengan Tribunpekanbaru.com di ruang kerjanya, Senin (13/5).
Dikatakan Amelia, melakukan perawatan kepada pasien di ICU memang cukup berbeda dengan merawat pasien biasa, karena penanganannya harus benar-benar intensif dilakukan.
"Di ICU setiap tindakan itu tertata, ada stepnya. Tingkat ketergantungan pasien lebih full kepada kita, dan kita juga harus full berikan pelayanan, tanpa ada bantuan dari keluarga pasien, karena harus petugas yang melakukan semuanya," jelasnya.
Baca: Keindahan Masjid Agung Islamic Center yang Tak Lekang oleh Waktu, Hiasannya dari Beberapa Negara
Sedangkan untuk momen buka puasa, dikatakan Amelia biasanya pihaknya membiasakan untuk membawa air putih hangat di dekat tempat kerja, saat mendekati waktu berbuka puasa.
"Waktu berbuka puasa dan waktu sahur, memang bertepatan dengan jam-jam sibuk untuk melakukan perawatan kepada pasien. Pas buka puasa perawatan intensif, kemudian pas masa sahur waktu untuk memandikan pasien. Itu kami harus berpandai-pandai membagi waktunya, tanpa harus mengabaikan perawatan pasien. Misalnya untuk buka puasa, para perawat biasanya sudah siap dengan air putih hangat di samping. Jadi pas buka puasa tinggal minum. Begitu juga sahur, dilakukan dengan bergantian," paparnya.
Saksikan juga berita video menarik Tribun Pekanbaru dengan subscribe ke channel YouTube Tribunpekanbaru.com:
Namun pernah ada kejadian para perawat harus benar-benar total pada pasien, karena pasien sedang dalam masa krisis dan mendekati sakaratul maut. Sehingga tidak bisa ditinggalkan.
"Jadi momennya pas berbuka puasa, bagaimana pun tetap pasien kita utamakan. Di saat yang genting itu, karena kita tim cukup, jadi kita bergantian saja berlari untuk berbuka sebentar saja. Yang lain tetap di samping pasien. Setelah buka langsung kembali, dan bergantian, sehingga pelayanan tetap intensif dan penuh, dan puasa kita juga maksimal," ujarnya.
Amelia juga mengatakan, pihaknya tidak sekedar memberikan perawatan kepada pasien, namun juga melaksanakan hal di luar itu, termasuk dalam hal ibadah atau spritual kepada pasien.
"Perawat tidak hanya memberikan obat kepada pasien, tapi juga spritual, sosial, psiko, emosional, dan lainnya. Ketika tiba waktu shalat, kami ingatkan untuk beribadah bagi pasien muslim," imbuhnya.
Tidak hanya melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan, namun ibadah-ibadah lainnya juga bisa dilaksanakan sambil melakukan perwatan kepada pasien.
Amelia juga menerapkan baca Al Quran bagi perawat yang bertugas.
Bahkan, bagi perawat yang bisa khatam Al Quran selama bulan suci Ramadhan, akan diberikan reward khusus, sehingga memicu dan memotivasi perawat untuk semakin banyak membaca Al Quran.
"Di depan pintu kamar pasien kan ada meja dan kursi, di situ para perawat membaca Al Quran. Kami menerapkan, bagi siapa yang berhasil khatam, maka nanti akan diberikan reward," tuturnya.
Selain itu, ibadah lainnya juga bisa dilaksanakan di sana, karena di ICU sendiri juga ada tempat khusus untuk salat. Tentunya dengan sistem bergantian.
"Sehingga nanti saat pulang para perawat sudah bisa langsung istirahat, karena mereka sudah selesai shalat dam baca Al Quran saat bertugas," tuturnya.
Para perawat yang bertugas bisa full melakukan aktifitas di rumah sakit, karena juga diterapkan sistem shift.
Sehingga mereka cukup waktu yang banyak untuk bisa beristirahat di rumah, sedangkan masa tugas di rumah sakit juga tidak terlalu lama.
Misalnya perawat yang masuk jam 07.00 WIB pagi, pukul 14.00 mereka sudah selesai dan digantikan oleh petugas selanjutnya. Kemudian yang masuk pukul 14.00 selesai pukul 21.00, dan yang masuk 21.00 selesai pada pukul 07.00 pagi.
"Sebisa mungkin melaksanakan tugas dan ibadah kami maksimalkan. Namun begitu, tetap kami bisa rileks, misalnya pada saat melakukan dokumentasi tentang apa-apa yang sudah dilakukan tindakan terhadap pasien, itu kami bisa rileks sejenak. Kemudian saat melakukan ibadah-ibadah, itu kita juga rileks dan menenangkan diri sejenak," pungkasnya. (Tribun Pekanbaru/Alexander)