Masih Mengeluh Soal Kehidupan ? Simak Kisah Wawan Pengayuh Becak Berkaki satu Ini !
Banyak orang yang merasa tak cukup dalam kehidupan mereka, banyak juga yang merasa tak bahagia.
Di usianya yang masih kecil, kedua orang tuanya meninggal dunia.
"Orang tua meninggal karena sakit. Saat itu saya usia 3 tahun," ungkapnya.
Di saat anak-anak seusianya asik bermain, Wawan terpaksa harus mencari nafkah.
Ia pun mencari nafkah dengan berjualan koran, menjadi tukang semir sepatu di jalanan Magelang, Jawa Tengah.
"Saya tidak sekolah, umur 7 tahun hidup di jalan, cari uang agar bisa makan. Pokoknya cari uang, tapi yang tidak merugikan orang lain," tegasnya.
Kaki diamputasi
Wawan mengatakan, musibah hingga kaki kananya harus diamputasi terjadi saat di Magelang.
Saat itu, pada malam hari ia hendak menuju Yogyakarta. Saat berjalan kaki, ia terperosok ke dalam lubang sedalam lutut orang dewasa.
Lubang tersebut ternyata bekas orang membakar sampah.
"Tahun 2013 Saya jatuh, langsung tidak sadarkan diri, tahu-tahu sudah di rumah sakit.
Cerita orang yang menolong, saya jatuh di lubang bekas orang bakar sampah dan masih panas," kata Wawan.
Akibat kejadian itu, kaki kanan dan kirinya mengalami luka bakar. Ia pun harus dirawat di rumah sakit selama beberapa hari.
Keluar dari rumah sakit, Wawan langsung menjalankan profesinya sebagai tukang becak.
Sebab, ia harus tetap mencari nafkah.
Menurut Wawan, kakinya sering terasa sakit saat mengayuh becak.
Namun, karena tidak ada biaya, rasa sakit itu ditahanya dan terus menarik becak.
Pada tahun 2014, ada yang melihat kondisi Wawan. Orang tersebut lantas menawari bantuan agar Wawan berobat di rumah sakit.
"Amputasinya tahun 2014 di Hardjolukito (RSPAU dr S Hardjolukito), dibiayai oleh sedekah rombongan. Saya dirawat 16 bulan, ya bersyukur dibantu," kata Wawan.
Wawan mengatakan, meski mengayuh dengan satu kaki, ia tidak ingin mengganti becak kayuh dengan becak motor.
"Tidak mau ganti bentor, karena belum ada izin. Ya kalau becak listrik, tidak apa-apa" pungkasnya. (*)