Jangan Sampai Terfitnah ! Kapuspen TNI Jelaskan Rekrutmen Enzo Zenz Allie Sesuai Prosedur dan SOP
Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen Sisriadi mengatakan pihaknya menerima informasi yang beredar baik dari Facebook dan masyarakat soal Enzo.
Jangan Sampai Terfitnah ! Kapuspen TNI Jelaskan Rekrutmen Enzo Zenz Allie Sesuai Prosedur dan SOP
TRIBUNPEKANBARU.COM - Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen Sisriadi mengatakan pihaknya menerima informasi yang beredar baik dari Facebook dan masyarakat soal Enzo.
Enzo Zenz Allie disbut-sebut diduga terpapar organisasi terlarang Hizbut Tahrir Indonesia. Ia merupakan peserta yang lulus dalam seleksi Akmil baru-baru ini.
Sosoknya terkenal karena kemampuannya dalam empat bahasa, Indonesia, inggris, Arab, dan Perancis.
Isu ia terpapar tersebut viral setelah berhembus di media sosial.
Mayjen Sisriadi menegaskan TNI sudah memiliki prosedur operasi standar (SOP), tidak hanya Enzo tapi semua calon taruna, tahap satu sampai tahap empat diawasi.
"Sampai tingkat empat tidak putus namanya pengawasan ini. Kalau ada prajurit taruna yang tidak Pancasilais, ketemu lalu dikeluarkan. Ini kan masih awal, kita dalami betul dan kita tidak buru-buru," ia menambahkan.
SOP untuk menelusuri latar belakang calon taruna atau yang sedang berproses dalam pendidikan perwira tidak lepas dari pengawasan.
"Ini sudah berjalan sejak mereka diterima," beber Sisriadi. "Kita mesti pelan-pelan dan serius menangani ini. Jangan sampai TNI dirugikan dan dia juga dirugikan."

Dikatakan Sisriadi, ada sejumlah seleksi untuk menjadi taruna di antaranya seleksi administrasi, kesehatan, jasmani, kepribadian melalui psikotes, akademis, terakhir dan yang paling penting adalah mental ideologi.
Terkait Enzo, dari semua seleksi di atas yang bersangkutan lulus menjadi calon Taruna Akmil.
"Namun kami juga punya sistem penyaringan lagi. Jadi, orang-orang yang sedang di dalam pendidikan, terutama pendidikan perwira itu juga terus kita dalami, karena kami di TNI tidak ingin tersusupi oleh orang-orang yang memiliki paham radikal," jelas Sisriadi.
Sisriadi menjelaskan radikal yang dimaksud ada tiga, yakni radikal kiri, radikal kanan dan radikal lainnya seperti ultraliberalis.
"Kalau dia Pancasilais sayang dong. Tapi tidak ada harganya kalau dia tidak Pancasilais."
"Jadi tidak hanya Enzo, taruna yang lain juga kita dalami selama mereka mengikuti pendidikan. Sementara ini dia lolos oleh seleksi penyaringan pendidikan. Tapi belum tentu orang yang jumlahnya sekian itu lolos lagi dalam penyaringan berikutnya," tegas dia.