Dampak Ribut Kasatpol PP Pekanbaru dan Kabid Penindakan BNNP Riau, Pengungkapan Narkoba Jadi Gagal
Penertiban jam operasional di salah satu klub malam di Kota Pekanbaru akhir pekan lalu berbuntut panjang.
Penulis: Rizky Armanda | Editor: Ilham Yafiz
Dampak Ribut Kasatpol PP Pekanbaru dan Kabid Penindakan BNNP Riau, Pengungkapan Narkoba Jadi Gagal
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Penertiban jam operasional di salah satu klub malam di Kota Pekanbaru akhir pekan lalu berbuntut panjang.
Penertiban yang dilakukan oleh Satpol PP Pekanbaru itu berujung pada insiden cek cok mulut antara Kasatpol PP dengan Kabid Penindakan BNNP Pekanbaru.
Cek cok ini sempat terekam kamera wartawan, dan keributan antara keduanya tersebar ke media sosial.
Baca: Kasatpol PP Tunggu Permintaan Maaf Terkait Cek Cok di Tempat Dugem, BNNP Riau: Permohonan Maaf Apa?
Baca: Buntut Cekcok, Kasatpol PP Pekanbaru dan Kabid Pemberantasan BNNP Riau Kombes Pol Iwan Belum Bertemu
Kepala Bidang (Kabid) Pemberantasan Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Riau, Kombes Iwan Eka Putra menyatakan, dirinya memang sengaja ada di lokasi tersebut.
Ia bersama tim sedang dalam skema undercover atau penyamaran di tempat hiburan malam itu.
Ada target yang sedang diincar pada saat itu. Hal ini terkait dengan informasi akan adanya transaksi 5.000 butir pil ekstasi di lokasi tersebut.
Namun sayang, target itu akhirnya hilang setelah sejumlah personel Satpol PP, turun ke lokasi untuk melaksanakan penertiban jam operasional.
Belum lagi, hal tersebut berbuntut pada insiden keributan dan adu mulut antara Kombes Iwan dengan Kasatpol PP, Agus Pramono.
"Ada sisi keuntungan saya turun langsung. Saya masih baru, 2 minggu, masuk ke sana tidak ada yang tahu saya. Kalau anggota saya langsung, jangankan wujudnya, baunya saja sudah buat bubar, paham kira2 ya," kata Kombes Iwan, Sabtu (24/8/2019).
Iwan menegaskan, yang namanya undercover, memang sudah seharusnya mengupayakan agar tidak ada yang tahu siapa dirinya, dan dalam misi apa.
"Kalau saya bilang saya polisi, itu bukan undercover namanya," sebut Iwan.
Baca: Buntut Cekcok Kasatpol PP Pekanbaru dengan Perwira BNNP Riau, Undercover Gagal?
Dia memaparkan, target 5.000 pil ekstasi ini, merupakan pengembangan dari penangkapan 8 kg sabu yang dilakukan jajarannya beberapa minggu sebelumnya.
Iwan membeberkan, sebenarnya pada malam itulah akan terjadi serah terima barang haram, yang masih menjadi bagian dari jaringan 8 kg yang sudah diamankan.
"Gongnya memang malam Jumat itu, saat kejadian (ribut-ribut) itu, makanya saya sampaikan saya sangat kaget ketika ada personel Satpol PP di situ. Apakah mungkin ada upaya penggagalan tugas BNN? Saya juga tidak tahu," ungkapnya.
"Yang jelas 5000 butir yang jadi target, kemungkinan besar sudah beredar di kota Pekanbaru. Sementara kita ingin menyelamatkan anak bangsa, itu tujuan kita," terangnya lagi.
Kata Iwan, bayangkan saja jika 5.000 pil setan itu sampai beredar, berapa masyarakat yang jadi korban dampak penyalahgunaan narkoba.
Iwan mengaku, pihaknya bahkan sudah selama 10 hari melakukan penyelidikan, sejak penangkapan 8 kg sabu.
"Akhirnya kerja kita yang sudah setengah mati itu sia-sia semuanya, jadi tidak ada gunanya. Padahal di lantai 2 Pub itu, ada salah satu kaki (jaringan narkoba). Kalau berhasil, kurir pembawa kita dapat, kurir penerima kita dapat, pengendali juga kita dapat," ucapnya.
Disampaikan Iwan, dialah yang bertugas untuk melakukan profiling terhadap pengendali jaringan narkoba internasional yang ada di lantai 2 itu tempat hiburan malam tersebut.
Disinggung apakah narkotika yang diburu itu juga akan beredar di Grand Dragon, Iwan punya jawaban tersendiri.
"Kalau di Dragon tidak tahu, pastinya di Pekanbaru. Tapi kalau 5000 di Dragon, kebanyakan dong," tuturnya.
Iwan menambahkan, BNN Pusat pun ikut kecewa, lantaran kegagalan BNNP Riau dalam mengungkap narkotika jenis pil ekstasi sebanyak 5000 butir itu.
Dia pun menegaskan, tak perlu meminta maaf atas kejadian keributan antara dirinya dengan Kasatpol PP Pekanbaru.
"Permintaan maaf ini maaf itu, tidak ada itu. Kita sama-sama kerja, dua institusi yang berbeda tugasnya bertemu dalam satu tempat. Tidak mungkin dong sedang undercover saya bilang saya polisi," urainya.
"Tetapi perlakuan terhadap saya, itu yang saya tidak terima," pungkasnya.(Tribunpekanbaru.com/Rizky Armanda)