Kepulauan Riau
1.844 Balita di Kepulauan Meranti Menderita Stunting, Jika Tak Ditangani Ini Dampaknya
Diskes Kepulauan Meranti mencatat 1.844 balita menderita stunting atau masalah gizi kronis di seluruh wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti.
Penulis: Teddy Tarigan | Editor: Ariestia
1.844 Balita di Kepulauan Meranti Menderita Stunting, Jika Tak Ditangani Ini Dampaknya
TRIBUNPEKANBARU.COM, MERANTI - Dinas Kesehatan (Diskes) Kepulauan Meranti mencatat 1.844 balita menderita stunting atau masalah gizi kronis di seluruh wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti.
Jumlah ini merupakan hasil rekapitulasi Diskes Kepulauan Meranti per tanggal 26 Agustus 2019 dan total yang diukur berjumlah 12.049 balita.
Dengan kata lain ada 15 persen balita dikategorikan stunting dari total keseluruh yang diperiksa.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kemas) Diskes Kepulauan Meranti Muhammad Hasrin kepada Tribun Selasa (3/9/2019).
"Data itu yang masuk sekitar 82 persen yang dientri," ujar Hasrin.
Baca: Istri di Riau Habisi Suami Lewat Pembunuh Bayaran, Kini Terancam Hukuman Mati di Sidang PN Bengkalis
Baca: Bejat! Empat Lelaki di Siak, Riau, Gilir Gadis Remaja Keluarga Resah Korban Tak Pulang ke Rumah
Walaupun demikian Hasrin mengatakan tahun 2020 Kepulauan Meranti masuk Lokasi Khusus (Lokus) penanganan stunting di Provinsi Riau.
"2020 Meranti, Rohil dan Pelalawan ditetapkan sebagai lokus oleh kementrian," ujar Hasrin.
Melalui hal ini pihaknya juga terus menggesa pemaksimalan penanganan penyakit yang sedang diwaspadai itu.
Kabid Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Hasrin mengungkapkan bahwa wacana tersebut disampaikan Diskes Riau dalam rapat koordinasi dengan seluruh Kabupaten/Kota beberapa waktu lalu.
Walaupun masih dibawah daerah lain, namun angka stunting di Meranti cukup tinggi.
“Kita ditunjuk sebagai lokus penanganan stunting di Riau ini sangat baik. Sehingga program pendukung untuk mengatasi stunting bisa didapatkan secara maksimal,” ungkapnya.
Hasrin mengatakan stunting diakibatkan gizi anak yang tidak tercukupi dengan baik sejak dini.
“Stunting ini diakibatkan si anak tidak mendapatkan gizi lengkap. Baik saat didalam kandungan, maupun dalam masa pertumbuhan,” katanya.
Oleh karena itu, dengan Meranti dijadikan lokus di Riau, maka akan membantu memaksimalkan program dari Pemerintah Provinsi Riau dan Pusat dalam mengatasi stunting ini.
Berbagai upaya juga diakui Hasrin sudah dilakukan untuk mengantisipasi stunting di Kepulauan Meranti.
"Salah satunya pemberian vitamin dan tablet penambah darah bagi ibu hamil," ujar Hasrin.
Selain itu, dikatakan Hasrin, melalui Puskesmas dan Posyandu juga rutin melakukan pemeriksaan, baik kepada ibu hamil ataupun Balita.
"Di Posyandu, kita tingkatkan pelayanan, seperti penimbangan dan pengukuran tinggi badan anak," kata Hasrin.
Baca: 36 Lempeng Baja yang Dicuri dari Jembatan Siak IV Pekanbaru Dijual Rp 125 Ribu Per Buah oleh Maling
Baca: STORY - Jadi Tukang Urut Panggilan Demi Biayai Kuliah, Mahasiswa di Riau Bertekad Raih Gelar Sarjana
Selain itu, bidan desa diminta agar turun ke lapangan untuk melihat kondisi Balita, hasil pantauan, kemudian dilaporkan ke dinas, melalui masing-masing Puskesmas.
"Seandainya waktu hamil sudah melaksanakan pemeriksaan minimal 4 kali, insya Allah bayi itu akan sehat saat lahir, balita yang masuk kategori stunting kita berikan makanan tambahan agar asupan gizi terpenuhi," tambahnya.
Jika tak ditangani dengan baik, maka stunting akan memengaruhi pertumbuhan hingga dewasa.
Tidak cuma dampak fisik saja, anak-anak stunting akan mengalami hal-hal diantaranya, kesulitan belajar, kemampuan kognitifnya lemah, mudah lelah dan tak lincah dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya.
Selain itu, risiko untuk terserang penyakit infeksi lebih tinggi, risiko mengalami berbagai penyakit kronis (diabetes, penyakit jantung, kanker, dan lain-lain) di usia dewasa.
Ketika dewasa nanti, bahkan dilaporkan bahwa anak pendek akan memiliki tingkat produktifitas yang rendah dan sulit bersaing di dalam dunia kerja. (Tribunpekanbaru.com/Teddy Tarigan)