Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Kisah Bocah Miliki Kelamin Ganda, Desak Orangtua Lakukan Operasi karena Tak Ingin jadi Perempuan

Kisah Bocah Miliki Kelamin Ganda, Desak Orangtua Lakukan Operasi karena Tak Ingin jadi Perempuan

Editor: Budi Rahmat
KOMPAS.COM/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN
AR (3), bocah asal Kampung Mareleng, Kecamatan Haurwangi, Desa Kertamukti, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat memiliki kelainan pada organ vitalnya. Sejak lahir ia punya dua alat kelamin. 

TRIBUNPEKANBARU.COM- Inilah kisah bocah 13 tahun yang memiliki kelamin ganda.

Orangtua yang seorang penjual gorengan tidak mampu melakukan operasi untuk pemisahan alat kelamin.

Sang anak terus mendesak orangtuanya untuk segera melakukan operasi karena ia tidak ingin menjadi perempuan.

Namun sayangnya orangtuanya tidak mampu untuk melakukan operasi yang minimal harus sebanyak tiga kali.

Seorang bocah di Cianjur, Jawa Barat, berinisial AR (3) memiliki alat kelamin ganda sejak lahir.

Ditemui di rumahnya di Kampung Mareleng, Desa Kertamukti, Kecamatan Haurwangi, AR tampak normal dan berperilaku seperti anak seusianya.

Ibu AR, Ida Rosida mengatakan, sejak lahir AR dinyatakan berjenis kelamin laki-laki. Namun, organ intim perempuan pada tubuhnya cenderung lebih berfungsi.

 ”Pernah diperiksa, kata dokter anak saya buang air kecil melalui saluran vagina karena di penisnya tidak ada lubang kencing. Sejak lahir dia punya kelainan di bagian organ vital,” kata ibunya, Ida Rosida, saat ditemui, Rabu (4/9/2019).

Dari hasil pemeriksaan dokter, AR didiagnosis mengalami hipospadia atau memiliki kelainan pada lubang kencing yang tidak terletak di ujung kepala penis.

Selain itu, dia juga diagnosis mengalami kelainan undescended testis (UDT) atau suatu kondisi di mana penis tidak berada dalam kantong pelir.

Kelainan ini biasanya terjadi pada bayi laki-laki dengan umur kehamilan yang kurang cukup. AR lahir pada kehamilan 38  minggu.

Pertengahan Agustus lalu, ia kembali membawa AR ke RS Hasan Sadikin Bandung untuk cek kromosom dengan biaya urunan dari saudara dan kerabatnya.

Orangtua ingin AR menjalani operasi pemisahan untuk menentukan apakah ia seorang laki-laki atau perempuan.

Namun, terkendala biaya karena penghasilan kedua orangtuanya pas-pasan.

“Tapi untuk operasi biayanya besar karena katanya harus dilakukan tiga kali. Saya cuma jualan gorengan dan suami kerja serabutan. Bingungnya biaya dari mana,” katanya.

Padahal, tindakan operasi harus segera dilakukan untuk kejelasan jenis kelamin kendati Ida mengaku selama ini ia membesarkan anaknya itu dengan pola asuh laki-laki.

“Anak saya sekarang menagih terus kapan katanya dioperasi karena ia tidak ingin jadi perempuan. Ia selalu bilang ingin jadi laki-laki, ingin jadi cowok,” ucapnya. (Kontributor Cianjur, Firman Taufiqurrahman)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved