Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Habibie Generasi Dirgantara Pertama yang Dikirim Soekarno ke Penjuru Dunia, Pelajari Pesawat Terbang

Bacharuddin Jusuf Habibie mendapat predikat sebagai Bapak Teknologi Indonesia berkat kompetensinya dalam teknologi pesawat terbang.

Editor: Ilham Yafiz
TRIBUNNEWS/JEPRIMA
Presiden Republik Indonesia ke 3, Bacharuddin Jusuf Habibie saat menghadiri acara syuting film yang berjudul 'Rudy Habibie' di Dapur Film, Ampera, Jakarta Selatan, Kamis (24/3/2016) lalu. 

Habibie Generasi Dirgantara Pertama yang Dikirim Soekarno ke Penjuru Dunia, Pelajari Pesawat Terbang

TRIBUNPEKANBARU.COM - Bacharuddin Jusuf Habibie mendapat predikat sebagai Bapak Teknologi Indonesia berkat kompetensinya dalam teknologi pesawat terbang.

Presiden ke-3 RI tersebut memang tak lepas dari Pesawat Terbang.

Mengutip Deputi Direktur Keuangan Urusan Pendanaan PT Regio Aviasi Industri (RAI) Desra Firza Ghazfan, Habibie adalah salah satu saja dari angkatan pertama generasi dirgantara yang dikirimkan Presiden pertama RI Soekarno ke berbagai negara untuk belajar membuat pesawat.

Semasa muda, Habibie mulai menguliti serba-serbi mesin pesawat di Fakultas Teknik Institut Teknologi Bandung yang saat itu, masih bernama Universitas Indonesia pada 1954.

Baca: Presiden Ketiga RI, Bacharuddin Jusuf Habibie Meninggal Dunia di RSPAD Gatot Soebroto

Presiden Joko Widodo (kiri) mengantar Presiden ke-3 RI, BJ Habibie usai melakukan pertemuan di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Kamis (29/1/2015) lalu.
Presiden Joko Widodo (kiri) mengantar Presiden ke-3 RI, BJ Habibie usai melakukan pertemuan di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Kamis (29/1/2015) lalu. (Tribunnews/HO/Setpres/Cahyo Bruri Sasmito)

Hanya hitungan bulan di ITB, ia kemudian melanjutkan studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang di Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule Jerman.

//

Ia pun menerima gelar Diplom Ingenieur pada 1960 dan gelar Doktor Ingenieur pada 1965 dengan predikat summa cumlaude dari Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean.

Habibie memiliki rumus yang dinamakan "Faktor Habibie" karena bisa menghitung keretakan atau krack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang. Habibie pun dijuluki "Mr Crack" karena keahliannya itu.

Di Jerman, Habibie pernah menjadi Kepala Riset dan Pengembangan Analisis Struktur pada perusahaan Hamburger Flugzeugbau Gmbh.

Dia bahkan menjadi wakil presiden dan direktur teknologi, serta penasehat senior perusahaan itu.

Habibie juga sempat bekerja di Messerschmitt-Bolkow-Blohm, perusahaan penerbangan yang berpusat di Jerman, sebelum kembali ke Indonesia pada 1973.

Ia memenuhi permintaan Presiden Soeharto untuk mengabdikan ilmunya di Indonesia.

Berdasarkan pemberitaan Kompas.com pada Februari 2017, Habibie menyatakan, tidak bisa dibayangkan apabila Indonesia tidak memiliki pesawat terbang.

Untungnya, Indonesia berhasil membuktikan kemampuan untuk bisa membuat pesawat terbang sendiri.

Presiden ketiga RI BJ Habibie (ketiga kiri) berjabat tangan dengan Mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim (keempat kanan) saat kunjungan Anwar Ibrahim di Kediaman BJ Habibie, Jakarta, Minggu (20/5/2018). Kedatangan Anwar Ibrahim tersebut selain melakukan silaturahmi, juga dalam rangka peringatan 20 tahun reformasi Indonesia.
Presiden ketiga RI BJ Habibie (ketiga kiri) berjabat tangan dengan Mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim (keempat kanan) saat kunjungan Anwar Ibrahim di Kediaman BJ Habibie, Jakarta, Minggu (20/5/2018). Kedatangan Anwar Ibrahim tersebut selain melakukan silaturahmi, juga dalam rangka peringatan 20 tahun reformasi Indonesia. (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

"Kita harus sangat sadari bahwa industri strategis dan khususnya dirgantara, adalah produk sepanjang masa yang dibutuhkan Indonesia," kata Habibie di sela-sela Presidential Lecture di Bank Indonesia (BI), Senin (13/2/2017).

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved