Berita Riau

STORY - Akhir Tragis Gajah Dita, Solvarina: Mari Kita Saling Berbagi dengan Makhluk Tuhan Lainnya

Tim medis BBKSDA Riau menyampaikan penyebab kematian Gajah Dita setelah bangkainya menjalani nekropsi

Penulis: Theo Rizky | Editor: Ariestia
Tribun Pekanbaru/Theo Rizky
Tim Medis BBKSDA Riau gelar Nekropsi atau bedah bangkai terhadap Gajah Dita di kawasan Suaka Margasatwa (SM) Balai Raja, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Selasa (8/10/2019). (TRIBUN PEKANBARU/THEO RIZKY) 

STORY - Akhir Tragis Gajah Dita, Solvarina: Mari Kita Saling Berbagi dengan Makhluk Tuhan Lainnya

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Tim medis dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau melakukan neukropsi terhadap bangkai seekor gajah liar yang bernama Dita, di kawasan Suaka Margasatwa (SM) Balai Raja, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Selasa (8/10/2019).

Gajah berjenis kelamin betina berumur sekitar 25 tahun ini ditemukan mati sekitar enam hari yang lalu di dalam kanal tak jauh dari kebun ubi warga.

Sebelumnya pada tahun 2014 gajah tersebut mendapatkan pengobatan karena tapak kaki depan kirinya putus terkena jerat.

Populasi satwa terancam punah tersebut kini terus menurun seiring dengan semakin luasnya perambahan menjadi perkebunan dan pemukiman.

Baca: Bangkai Gajah Bernama Dita yang Ditemukan Membusuk di SM Balai Raja Riau Jalani Nekropsi

Disampaikan Kepala Seksi Konservasi Wilayah III BBKSDA, Hutajulu, berdasarkan SK Menhut No 173 Tahun 1986 terdapat 18 ribu hektare penunjukan untuk wilayah SM Balai Raja, kemudian setelah ditetapkan, luasannya menjadi 15.343.95 hektare dengan SK Menhut No 3978 Tahun 2014.

"Namun hutan yang tersisa di SM Balai Raja saat ini 200 hektare, itulah yang dinamakan dengan Hutan Talang, hutan itu berada di kawasan SM Balai Raja dan di Konsesinya PT Chevron Pasific Indonesia.

Berdasarkan keterangan dokter BBKSDA Riau, Rini Deswita yang telah melakukan nekropsi atau bedah bangkai terhadap Gajah Dita.

Hasilnya, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan fisik kepada Gajah Dita kemudian tidak terlihat juga tanda-tanda keracunan.

"Tapi kita menemukan adanya infeksi yang sudah menyebar ke seluruh tubuh melalui telapak kaki depan sebelah kiri," ujar Rini, dari kegiatan nekropsi itu sehingga dapat disimpulkan Gajah Dita mati karena peradangan di seluruh tubuh disebabkan oleh infeksi.

Sementara itu, seorang anggota Rimba Satwa Foundation (RSF) bernama Solvarina mengatakan bahwa kawasan itu memang merupakan tempat kantong gajah SM Balai Raja.

Baca: NEWS VIDEO: Bangkai Gajah Bernama Dita yang Ditemukan Membusuk di SM Balai Raja Dinekropsi

"Dapat kita lihat kenyataannya tempat ini sudah tidak layak disebut SM, sudah luluh lantak dan ini salah habitat aslinya," kata Solvarina.

Menurutnya, biasanya rombongan gajah ini ada tiga sampai empat ekor gajah dan di lokasi matinya Gajah Dita itu memang tempat bermain rombongan gajah.

Sejak Dita ditemukan terjerat tahun 2014, perjalanannya tidak pernah sejauh dulu lagi.

"Disitu dia bertahan hidup mulai dari segala pengusiran masyarakat, seperti kadang-kadang ia memasuki kawasan kebun manusia, kebun yang sebenarnya adalah habitatnya yang terusik," tambah Solvarina.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved