Pengamat Media Sosial Ungkap Peran Media Mainstream Populerkan Buzzer, 'Harusnya Berisi 3 Kicauan'

Ismail Fahmi menjelaskan kini hampir setiap partai politik ataupun pemimpin politik punya pasukan cyber army.

TRIBUNNEWS/DANY PERMANA
Pengamat Media Sosial Ungkap Peran Media Mainstream Populerkan Buzzer, 'Harusnya Berisi 3 Kicauan' 

Umumnya mereka ialah partai-partai baru yang mengincar suara milenial.

“Partai-partai baru mereka sadar ini anak-anak milenial sehingga disitu mereka bergerak efektif,” jelas Ismail.

Ia sepakat dengan pernyataan Moeldoko yang mengajak seluruh pemimpin politik untuk menertibkan pasukan buzzernya.

Sebab kata Ismail, mereka masih tetap memiliki fungsi asalkan digunakan untuk hal-hal positif seperti mengangkat permasalahan yang bersentuhan dengan kepentingan masyarakat langsung.

“Saya sangat sepakat dengan Pak Moeldoko agar mengajak buzzer bermain dengan benar, saya fikir akan membawa arahan sangat bagus ke depan,” kata Ismail.

Isu buzzer mulai mencuat ketika unjuk rasa mahasiswa akhir September lalu ramai dibicarakan.

Ismail satu di antara pengamat yang aktiv dalam melihat kontestasi tagar di twitter terkait isu aksi unjuk rasa.

Unjuk rasa mahasiswa ditunggangi

Diberitakan Wartakotalive.com sebelumnya unjuk rasa mahasiswa bertajuk #GejayanMemanggil yang menggugat sejumlah RUU yang telah dan akan disahkan DPR-pemerintah, ternyata diboncengi penumpang gelap.

Aksi demonstrasi mahasiswa bertajuk #GejayanMemanggil ternyata diboncengi penumpang gelap.

Penumpang gelap aksi #GejayanMemanggil itu disinyalir berasal dari oposisi yang ikut nebeng dengan tagar #TurunkanJokowi.

Baca: Download Lagu Salah Apa Aku Viral Tik Tok, VIDEO Entah Apa Yang Merasukimu Versi DJ GAGAK

Klarifikasi panitia Gejayan Memanggil terkait tagar itu disampaikan lewat akun Instagram Selasa (24/9/2019).

“Kami tidak mengeluarkan tagar turunkanJokowi, dan tidak ada kesepakatan konsolidasi perihal tersebut. Tagar #Gejayanmemanggil berdiri sendiri,” tulis panitia lewat akun Instagram @gejayanmemanggil.

Berlandaskan analisis dari pemilik perusahaan pemantau Twitter PT Media Karnels Indonesia Ismail Fahmi menjelaskan jika tagar itu ditumpangi oleh akun-akun buzzer politik.

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved