Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

KISAH Pilu Nenek Buta Huruf Diajak Ke Notaris Berakhir Tragis, Rumahnya Dibeli Seharga Rp300 Ribu

Rumah yang ia tempati berpindah tangan dengan harga tak seimbang, dibeli hanya Rp 300 ribu karena buta huruf.

Tribun Jakarta
KISAH Pilu Nenek Buta Huruf Diajak Ke Notaris Berakhir Tragis, Rumahnya Dibeli Seharga Rp300 Ribu 

Rumah yang ia tempati berpindah tangan dengan harga tak seimbang, dibeli hanya Rp 300 ribu karena buta huruf.

TRIBUNPEKANBARU.COM - Kisah pilu menimpa Nenek Arpah yang harus kehilangan tempat tinggalnya karena dibohongi oleh tetangga.

Di usianya yang sudah menginjak 63 tahun, Nenek Arpah terpaksa harus kehilangan tempat tinggalnya karena dibohongi oleh tetangga.

Tetangga yang tega menipu Nenek Arpah berinisial AKJ (26).

Kasus ini terjadi pada tahun 2015 silam.

Kala itu, Nenek Arpah sebelumnya memiliki tanah seluas 299 meter.

Nenek Arpah kemudian menjualnya seluas 196 meter dan menyisakan 103 meter persegi.

Saat itu Nenek Arpah diajak oleh AKJ ke kantor notaris di kawasan Bogor.

Nenek Arpah yang tidak bisa membaca hanya bisa mengikuti apa yang diminta oleh tetangganya.

Saat itu tetangganya menipu Nenek Arpah untuk menandatangani sebuah dokumen.

Ternyata belakangan diketahui dokumen tersebut adalah untuk sertifikat balik nama tanah sisa milik Nenek Arpah seluas 103 meter.

Merasa berhasil menipu Nenek Arpah, pelaku lantas menyuruh Nenek Arpah untuk pulang.

Ketika itu AKJ memberi Nenek Arpah uang sebesar Rp 300 ribu.

"Sampai sekarang masih pemeriksaan saksi.

Kalau terlapor, kita enggak tahu dia di mana," kata Kuasa Hukum Nenek Arpah, Agung.

Nenek Arpah dan keluarganya baru sadar baahwa sertifikat rumahnya sudah berpindah tangan setelah pihak bank mendatangi mereka.

Akibatnya kini Nenek Arpah sudah tak punya tempat tinggal lagi.

Saat ini Nenek Arpah terpaksa menumpang di rumah kerabat atau anaknya.

Tak terima dengan tindak AKJ, Nenek Arpah berusaha untuk menempuh jalur hukum di Pengadilan Negeri Depok.

Nenek Arpah berharap dapat merebut kembali tanah miliknya yang seluas 103 meter.

“Saya dunia akhirat gak ridho dan ikhlas, saya mau semuanya kembali seperti semula,” ucap Arpah di lokasi tanah sengekta miliknya di Jalan Ridwan Rais Gang Durian, Beji, Kota Depok, Jumat (2/8/2019) dikutip dari Tribun Bogor.

Perjuangan Nenek Arpah setelah ditipu tetangganya sendiri
Perjuangan Nenek Arpah setelah ditipu tetangganya sendiri

Saat ini, permasalahan sengketa tanah tersebut pun telah mendekati babak-babak akhir di Pengadilan.

Nenek Arpah hanya bisa berharap, Majelis Hakim yang menangani perkaranya dapat memberikan keputusan yang seadil-adilnya untuk dirinya.

“Cuma mau keadilan yang seadil-adilnya di Pengadilan nanti,” pungkasnya.

Kisah Nenek Sebatang Kara di Magetan Ini Jual 3 Sendok Demi Beli Beras

Mbah Sadinah (75), warga Desa Kleco, Kabupaten Magetan, Jawa Timur terpaksa menjual 3 buah Sendok miliknya untuk membeli beras.

Ia menjual 3 Sendok miliknya pada Harmoko, tetangganya sendiri.

Kepada Harmoko, Mbah Sadinah mengaku uang penjualan tiga Sendok miliknya akan digunakan untuk membeli beras.

“Kejadiannya kemarin, Mbah Sadinah ini ke rumah meminta sendoknya dibeli untuk membeli beras,” ujar Harmoko, warga yang dimintai tolong Mbah Sadinah, Minggu (29/9/2019).

Harmoko tak menerima penjualan Sendok itu.

Ia malah memberi nenek Sadinah beras untuk dimasak.

Menurutnya warga desa sudah sering memberikan perhatian kepada Mbah Sadinah termasuk meminjamkan beras untuk dimasak.

Namun dia mengaku tidak tahu untuk kebutuhan apa sehingga Mbah Sadinah harus menjual Sendok miliknya

"Saya kurang tahu untuk kebutuhan apa Mbah Sadinah menjual Sendok tersebut,” kata Harmoko.

Menurutnya baru kali ini, Mbah Sadinah sampai menjual Sendok demi makan.

Harmoko yang juga penggiat sosial akhirnya berencana menggalang dana melalui komunitas Paguyuban Wong Magetan untuk Mbah Sadinah.

“Rencananya kami mau membantu Mbah Sadinah melalui komunitas,” katanya.

Mbah Sadinah tinggal seorang diri di rumah sederhana berukuran 3 x 6 di Desa Kleco.

Rumah tersebut telah direhab oleh pemerintah desa setempat setahun lalu agar layak ditinggali.

Sebelum direhab, nenek berambut putih tersebut bercerita bahwa dulu atap rumahnya pendek sehingga sangat panas saat siang hari.

“Terima kasih rumah saya sudah dibagusin setahun lalu. Dulunya pendek sekarang agak lega,” katanya.

Namun Mbah Sadinah mengaku tidak pernah mendapatkan bantuan beras dari pemerintah dan tidak memiliki BPJS.

“Kalau beras saya tidak pernah dapat bantuan, yang muda-muda itu yang dapat. Alhamdulillah selama ini sehat, masih bisa bekerja,” ucapnya.

Untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-hari, dia mencari sisa panen padi atau kacang di sawah milik warga.(*)

Sumber: TribunnewsWiki
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved