Maimanah Umar Meninggal Dunia
Maimanah Umar Meninggal Dunia di Malaysia, Pernah Pimpin Sidang Paripurna MPR RI, Ini Kisahnya
Senator asal Riau Maimanah Umar meninggal dunia di Malaysia, tokoh perempuan Riau itu pernah pimpin Sidang Paripurna MPR RI, ini kisahnya
Penulis: Nolpitos Hendri | Editor: Nolpitos Hendri
Maimanah Umar Meninggal Dunia di Malaysia, Pernah Pimpin Sidang Paripurna MPR RI, Ini Kisahnya
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Senator asal Riau Maimanah Umar meninggal dunia di Malaysia, tokoh perempuan Riau itu pernah pimpin Sidang Paripurna MPR RI, ini kisahnya.
Kabar Senator asal Riau Maimanah Umar meninggal dunia di Malaysia dikabarkan anaknya Firdaus yang juga Karo Humas Setdaprov Riau.
Kerikut kisah Senator asal Riau Maimanah Umar saat memimpin Sidang Paripurna MPR RI.
Setelah membuka sidang paripuna MPR RI, Maimanah Umar bersiap membacakan agenda sidang.
Pada saat itulah, Maimanah Umar mendapat 'serangan' interupsi.
Suasana sidang makin panas saat beberapa anggota DPR dari kubu Prabowo dan kubu Jokowi berebut interupsi ke pimpinan sidang.
Kubu Jokowi ingin sidang dilanjutkan kendati kelompok DPD hanya mengajukan seorang calon pimpinan MPR, yakni Oesman Sapta Odang atau OSO.
Sedangkan kubu Prabowo ingin sidang diskors dan DPD bisa mengajukan lebih dari satu nama.
"Kelompok DPD belum sepakat, ada dua versi yang akan diusung. Kalau tatib (tata tertib) ini tidak diluruskan, ini riskan digugat di Mahkamah Konstitusi," kata seorang anggota DPR dari Fraksi PAN.
Anggota DPR dari Fraksi PDIP, Aria Bima menyela karena anggota Fraksi PAN berbicara sebelum ada izin dari pimpinan sidang.
"Anda kalau ngomong tolong diatur. Anda belum dipersilakan ngomong oleh pimpinan sidang. Untuk apa Anda ngomong. Pimpinan tolong matiin mic-nya, ini ngomongnya liar, nggak ada izin," kata Aria.
Ketegangan juga terjadi ketika Aria Bima memprotes anggota Fraksi Gerindra, Desmond J Mahesa yang mengucapkan kalimat "Mudah-mudahan mulut PDIP yang lalu bisa kita pegang."
Aria Bima yang duduk di samping Desmond murka.
Ia tidak terima pernyataan Desmond.
Maimanah Umar segera meminta para peserta sidang ysng berdiri untuk kembali ke kursinya.
"Saya minta tenang semuanya," katanya.
Maimanah Umar mengakui suasana sidang saat itu cukup 'panas'.
Namun, ia tetap tenang menghadapi hujan interupsi dan perdebatan yang terjadi di antara anggota kedua kubu itu.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) atau Senator, bernama lengkap Dra Hj Maimanah Umar MA ini, mendapat amanah memimpin sidang MPR untuk memilih pimpinan MPR yang dilakukan beberapa waktu lalu.
Gaya kepemimpinan Maimanah Umar berbeda dari gaya kepemimpinan Popong Otje Djundjunan atau Ceu Popong yang memimpin sidang memilih pimpinan DPR, 1-2 Oktober lalu.
Maimanah Umar justeru mengkomodir interupsi peserta sidang.
Namun, Maimanah Umar bersikap tegas ketika peserta sidang yang berkeras mengubah agenda sidang MPR.
Maimanah mengaku banyak belajar dari sidang yang dipimpin Ceu Popong.
"Saya melihat televisi, ternyata (sidangnya) begitu. Saya berdoa, jangan-lah seperti itu, semoga tenang. Mungkin juga itu dikarenakan sikap kita masing-masing. Mungkin karena bawaan saya tenang," ujarnya.
Maimanah Umar menghormati hak menyampaikan pendapat setiap anggota DPR dan DPD.
Karena itu, ia kerap mengakomodir interupsi dari peserta sidang.
"Prinsip saya, jangan men-stop kalau ada yang interupsi. Kalau mereka di-stop bisa emosi. Kadang interupsi justru membantu saya. Misalnya, ada yang interupsi minta daftar hadir diumumkan per fraksi. Saya bilang terima kasih dan itu bisa dilakukan sembari sidang berjalan. Setelah ada absensi dari pihak Setjen, saya umumkan daftar hadir," tuturnya.
Maimanah bersedia mengakomodir hampir seluruh interupsi karena ia berprinsip persatuan dan kesatuan di atas perbedaan kelompok disertai pendapat dan kepentingan masing-masing.
"Kita beda-beda, tapi kita sudah direkat oleh Bhinneka Tunggal Ika. Yang kita perjuangkan itu sama, kita ingin Indonesia lebih baik. Lalu, mengapa kita tidak bersatu," tuturnya.
Hal yang tidak kalah penting bagi Maimanah Umar, adalah menjaga ucapan, sikap dan tindakan sebagai pimpinan sidang.
Maimanah Umar sangat menjaga dirinya agar tidak mengeluarkan perkataan yang menyinggung peserta sidang dan rapat gabungan.
"Saat saya memimpin rapat gabungan, seluruh partai hadir, ada pimpinan dan petinggi partai, menteri dan sebagainya. Tetapi rapat aman, karena saya tidak membuat mereka tersinggung. Apa gunanya membuat mereka tersinggung? Mungkin karena pengalaman saya, kata-kata yang saya ucapkan membuat sidang kondusif," ujarnya.
Menurut Maimanah Umar, banyak godaan yang memancing emosinya pada saat memimpin sidang.
Namun Maimanah Umar bisa mengendalikannya.
"Saat sidang belum dimulai pun, kawan-kawan (DPR dan DPD) sudah interupsi. Padahal, saat itu acara interupsi memang mau saya buka. Mungkin itu menguji emosi saya. Tapi, saya tidak terpancing, sabar saja menghadapi," tuturnya.
Maimanah Umar juga selalu berdoa di dalam hati saat sidang mulai panas.
"Saya memang mempunyai kekhawatiran juga. Saya berdoa, 'Ya Allah, jangan lah sampai ada masalah. Apalagi masyarakat melihat sidang itu," ungkapnya.
Kekhawatiran juga muncul dari anak dan cucunya yang menyaksikan aksi Maimanah Umar dari televisi.
Mereka khawatir Maimanah Umar mendapat serangan fisik dari para anggota DPR yang murka.
"Anak-anak saya khawatir. Mereka khawatir akan seperti sidang DPR. Tapi, saya pasrah dan berdoa saja," katanya.
Anak dan cucu-cucu juga bersedih karena Maimanah Umar tidak bisa pulang ke Riau untuk merayakan Idul Adha bersama mereka.
"Anak-anak bilang, kami sedih ibu nggak pulang. Saya bilang nggak apa-apa demi bangsa kita. Doakan ibu supaya bisa memimpin dengan baik," katanya sembari menitikkan air mata.
Maimanah Umar juga menilai, kemampuannya memimpin sidang merupakan buah dari pengalamannya dalam berorganisasi.
Maimanah sudah berorganisasi sejak SD, menjadi ketua OSIS di SMP dan SMA, serta menjadi ketua senat sewaktu kuliah di Jurusan Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga (kini Universitas Islam Negeri Yogyakarta).
"Saya juga dipercaya oleh masyarakat Riau di banyak organisasi kemasyarakatan, semua itu berjalan dengan baik. Nggak ada masalah yang menyusahkan pikiran. Sebenarnya, masalah-masalah itu kita buat sendiri, masalah datang. Kalau masalah tidak kita buat, insya Allah nggaka ada masalah," ujarnya.
Selain itu, Maimanah juga telah empat periode menjadi anggota DPRD Provinsi Riau (1977-1982, 1982-1987, 1992-1997, 1997-1998) dan tiga periode menjadi anggota DPD (2004-2009, 2009-2014, 2014-sekarang).
Di luar karier politik, Maimanah Umar adalah dosen di IAIN Pekanbaru. Saat menjadi anggota DPD periode lalu, pada April 2012, Maimanah mendapat gelar doktor studi Hukum Islam di Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim (Suska) Pekanbaru.
Saat itu, ia berusia 75 tahun.
Memimpin Sidang Paripurna MPR merupakan pengalaman bagi Maimanah yang sudah empat periode menjadi anggota DPRD dan tiga periode menjadi anggota DPD.
Tugas itu meninggalkan kesan pada Mainamah, khususnya pada padatnya jadwal rapat.
"Waktunya sangat padat. Sebelum Sidang Paripurna, saya memimpin sidang gabungan," kata Maimanah.
Maimanah tidak merasa minder kendati berhadapan dengan ketua umum partai hingga orang partai yang baru melepas jabatan menteri, pada saat memimpin rapat gabungan DPR dan DPR serta sidang MPR.
"Mereka orang-orang hebat, pemikiran dan pendapatnya bagus-bagus. Tetapi saya merasa, 'kok, semuanya mendukung dan membantu saya? Jadi, ada kalanya satu pertanyaan (jawabannya) dibantu oleh anggota yang lain," ujarnya.
"Saya katakan, terima kasih sekali kepada pimpinan partai dan fraksi-fraksi di DPR. Saya merasakan tidak ada kubu-kubu saat saya memimpin rapat. Semuanya membantu saya," imbuhnya.
Meski begitu, Maimanah Umar mengaku ada beberapa anggota DPR yang juga petinggi partai yang 'ngotot' merubah aturan sidang.
Beruntung, Maimanah bisa meredam sikap ngotot anggota DPR tersebut.
"Ada yang ngotot, mereka meminta merubah tata tertib karena berlawanan dengan Undang-undang MD3. Saya jawab, boleh tatib diubah, tapi waktunya bukan sekarang. Agenda sekarang menghadapi pemilihan pimpinan MPR," tuturnya.
"Itu tegas saya katakan, dan semua menerima. Jadi, perlu ada jalan keluar dari keinginan-keinginan mereka," ia menambahkan.
Tribunpekanbaru.com/Nolpitos Hendri - Maimanah Umar Meninggal Dunia di Malaysia, Pernah Pimpin Sidang Paripurna MPR RI, Ini Kisahnya
Maimanah Umar Meninggal Dunia di Malaysia, Pernah Pimpin Sidang Paripurna MPR RI, Ini Kisahnya