Wajah Pelaku Penyiram Novel Baswedan Sempat Dibandingkan dengan Sketsa yang Dirilis Polri
Sejumlah fakta terkait dengan penangkapan dua orang pelaku penyiraman air keras ke Novel Baswedan mendapatkan tanggapan sejumlah pihak.
Wajah Pelaku Penyiram Novel Baswedan Sempat Dibandingkan dengan Sketsa yang Dirilis Polri
TRIBUNPEKANBARU.COM - Sejumlah fakta terkait dengan penangkapan dua orang pelaku penyiraman air keras ke Novel Baswedan mendapatkan tanggapan sejumlah pihak.
Tanggapan itu juga terkait wajah pelaku yang dibanding-bandingkan dengan sketsa yang penrah dirilis Polri tahun 2017 silam.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengomentari terkait stetsa wajah penyerang Novel Baswedan yang dinilai janggal.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, dua pelaku penyerangan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan telah diamankan oleh pihak kepolisian.
Dua pelaku ditangkap pada Kamis 27 Desember 2019.
Mereka dibekuk aparat kepolisian di Cimanggis, Depok, Jawa Barat.
Perlu waktu 2,5 tahun untuk menangkap pelaku penyerangan Novel Baswedan.
Novel Baswedan disiram air keras (asam sulfat) oleh orang tak dikenal.
Peristiwa tersebut terjadi seusai Novel Baswedan menunaikan salat subuh di Masjid Al Ihsan, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Kini tertangkapnya dua pelaku penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan justru menyisakan kejanggalan.
Kejanggalan tersebut yakni terkait sketsa wajah pelaku.
Mahfud MD pun turut menyoroti terkait hal ini.
Sebelumnya ia mengatakan bahwa keberhasilan pihak kepolisian menangkap pelaku penyiraman air keras tersebut pasti membawa angin segar sekaligus kritik.
Namun, ia menegaskan, kejanggalan sketsa wajah pelaku tersebut lebih baik dibuka dan dibuktikan di pengadilan.
"Ketika menemukan sketsa, misalnya dari sekian kotak-kotak, sekian titik itu 388, 338 dari 400 titik itu cocok, yang ini masih meragukan,kira kira begitu.
Nanti buktikan di pengadilan nanti ada teknologinya sendiri," kata Mahfud di Kantor Bakamla RI, Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (30/12/2019).
Mahfud juga meyakini, penanganan kasus penyiraman air keras terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan dilakukan secara transparan.
Ia mengatakan, kepolisian tak bisa mengintervensi kasus tersebut apabila sudah diproses ke pengadilan.
"Pengadilan bukan anak buahnya polisi, pengadilan ndak bisa didikte, kejaksaan juga bukan anak buahnya polisi," ujarnya.
Kejanggalan penangkapan penyerang Novel
Sebelumnya, Penangkapan dua pelaku penyerangan terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan dinilai memiliki sejumlah kejanggalan.
Tim Advokasi Novel Baswedan mencatat setidaknya terdapat sejumlah hal yang janggal dalam penangkapan penyerang Novel Baswedan itu.
Salah satunya adalah adanya perbedaan informasi mengenai pelaku yang ditangkap atau menyerahkan diri.
Anggota Tim Advokasi Novel Baswedan Alghiffari Aqsa mengatakan, bila pelaku sebenarnya menyerahkan diri, Polri mesti mengungkap alasan kedua pelaku memilih menyerahkan diri.
"Kepolisian harus mengungkap motif pelaku tiba-tiba menyerahkan diri, apabila benar bukan ditangkap.
Dan juga harus dipastikan bahwa yang bersangkutan bukanlah orang yang "pasang badan" untuk menutupi pelaku yang perannya lebih besar," kata Alghiffari dalam siaran pers, Jumat (27/12/2019).
Alghiffari menuturkan, Polisi mesti menyesuaikan keterangan dari dua pelaku yang sudah ditangkap dengan keterangan para saksi di lapangan untuk membuktikan kejanggalan tersebut.
Kejanggalan lain yang dicatat oleh Tim Advokasi Novel adalah munculnya surat pemberitahuan perkembangan hasil penyelidikan tertanggal 23 Desember 2019.
Surat pemberitahuan itu menyebutkan jika pelaku belum diketahui. Serta, temuan polisi yang seolah-olah baru.
"Misal apakah orang yang menyerahkan diri mirip dengan sketsa-sketsa wajah yang pernah beberapa kali dikeluarkan Polri," ujar Alghiffari.
"Polri harus menjelaskan keterkaitan antara sketsa wajah yang pernah dirilis dengan tersangka yang baru saja ditetapkan." sambungnya. (TribunNewsmaker/*)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Sketsa Wajah Penyerang Novel Baswedan Dinilai Janggal, Mahfud MD: Buktikan di Pengadilan
2 Penyerang Novel Baswedan Diungkap ke Publik, Ini Beda Wajah Asli dengan Sketsa yang Pernah Dirilis
Setelah 2,5 tahun, pelaku penyerang Novel Baswedan akhirnya ditangkap.
Wajah kedua pelaku pun telah diungkap ke hadapan publik.
Hal itu terlihat saat kedua pelaku berada di Bareskrim Mabes Polri untuk dilakukan penyelidikan.
Dua pelaku penyerang Novel Baswedan berinisial RB dan RM.
Tak ayal, wajah kedua pelaku membuat publik membandingkan dengan sketsa yang sempat dirilis kepolisian.
RB dan RM dikeluarkan dari ruang pemeriksaan Polda Metro Jaya sekitar pukul 14.26 WIB.RB dan RM tampak mengenakan baju tahan warna orange dengan tangan yang diikat.
Kemudian kedua pelaku digiring oleh Direskrimum Polda Metro Jaya Kombes Suyudi Ario Seto menuju mobil.
Kedua pelaku tampak berambut pendek.
Satu pelaku bertubuh sedikit gempal.
Sementara satu lagi bertubuh tinggi dan lebih kurus.
Mengejutkannya, ketika hendak digiring ke mobil polisi, salah satu pelaku berteriak dan mengatakan bahwa ia tak suka dengan Novel Baswedan.
"Tolong dicatat, saya enggak suka sama Novel karena dia penghianat," ucap pelaku RB, di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Sabtu (28/12/2019).
Seusai mengucapkan kata-kata tersebut kedua pelaku langsung dinaikkan dan dibawa oleh mobil polisi.
Wajah kedua pelaku pun dibandingkan dengan sketsa yang pernah dirilis beberapa waktu lalu.
Pada sketsa yang dirilis, ada dua wajah orang yang diduga pelaku penyiraman air keras Novel Baswedan pada 24 November 2017.
Dikutip dari Kompas.com, sketsa tersebut merupakan hasil kerja dari tim Australian Federal Police (AFP) dan Pusat Inafis Mabes Polri.
Mereka menganalisis berdasarkan rekaman CCTV di sekitar lokasi penyiraman Novel.
Selain itu, keterangan saksi mata juga dianalisis polisi.
Saat itu, identitas kedua pelaku disebut sebagai Mr X pertama dan Mr X kedua.
Dilansir Kompas.com, ciri-ciri Mr X ialah laki-laki bersuku bangsa Indonesia berusia kurang lebih 40 tahun.
Memiliki tinggi kurang lebih 170 cm.
Pria tersebut digambarkan memiliki bentuk muka bulat, bentuk dagu berat, rambut hitam, hidung bulat besar, postur badan kekar, kulit sawo matang agak gelap.
Informasi tambahan, ia memakai sweater warna abu-abu.
Saksi yang melihat pelaku menyatakan, gambar ini punya kemiripan 90 persen dengan orang yang disebutkan ciri-cirinya.
Kemudian, Mr X kedua memiliki ciri-ciri laki-laki berusia sekitar 35 tahun.
Ia memiliki tinggi kurang lebih 173 cm.
Wajahnya digambarkan berbentuk muka oval, dagu tajam, rambut hitam lurus bergelombang panjang seleher.
Sementara itu, ia digambarkan juga dengan hidung lurus, postur badan ramping atletis, dan kulit sawo matang terang.
Informasi tambahan, ia mengenakan jaket warna hijau tua lengan warna terang. (TribunNewsmaker/*)
