Senjata yang Digunakan KKB OPM Dari Jawa Timur Ternyata Berspesifikasi Modern, Ini Kata Polisi
Selain dari Lumajang, Paulus mengatakan sejumlah senjata juga diduga di pasok luar negeri. Seperti Papua New Guinea (PNG) dan Filipina.
Selain di pasok dari Papua Nugini dan Filipina, senjata tersebut juga senjata dari hasil rampasan petugas di Papua.
"Senjata-senjata tersebut didapat dari jalur penyelundupan secara gelap. Yang dilakukan oleh kelompok tersebut dengan membeli beberapa senjata di wilayah PNG maupun di wilayah Filipina khususnya Filipina Selatan," papar Karopenmas Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Dedi Prasetyo saat mengutip dari Kompas Tv pada Kamis (13/11/2018) pukul 12.30 WIB.
Untuk diketahui, PNG menjual senjata di perbatasan Papua melalui jalur darat, sementara di Filipina menggunakan jalur laut.
"Sementara jika di Filipina jalur masuknya senjata tersebut melalui jalur laut. Sedangkan di PNG jalur yang dilalui melalui jalur darat," tegas Dedi Prasetyo.
Sedikitnya 25 pucuk senjata beragam merek berhasil dimiliki kelompok bersenjata.
Dari 25 merek tersebut yang paling banyak adalah senjata jenis laras panjang.
Tim juga masih mengejar kelompok bersenjata yang bersembunyi di hutan di Papua.
Diberitakan sebelumnya, pemerintah mengirim 154 personel gabungan dari TNI dan Polri pasca pembunuhan pekerja yang dilakukan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di jembatan distrik Yigi, Nduga, Papua.
Tambahan personel ini akan ditempatkan di berbagai lokasi yang rawan terjadinya penyerangan oleh KKB.
Mereka akan memulihkan tanah Papua dan mengawal proyek infrastruktur sehingga pembangunan tetap berjalan.
"Masyarakat Papua butuh keamanan dan kenyamanan. Pemerintah berupaya untuk memulihkan keamanan dan kenyamanan di sana," kata Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (5/12/2018) dikutip dari Kompas.com.
Namun, hal tersebut membuat pihak OPM semakin berani untuk menyuarakan keinginan mereka.
Usai melakukan pembantaian terhadap 19 pekerja proyek jembatan di Nduga, Papua, kini KKB mengeluarkan surat terbuka yang ditujukan pada Presiden Republik Indonesia.
Para pelaku pembunuhan terhadap 19 pekerja proyek jembatan di Nduga, Papua, bersembunyi di hutan-hutan, dan masih terus dikejar dan dilacak, kata juru bicara Kodam Cendrawasih, Kolonel Muhammad Aidi.
(*)
