Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Sejarah Warna Merah Saat Perayaan Imlek, Ada Legenda di Baliknya

Tahun baru Imlek merupakan perayaan penting bagi masyarakat China, atau Tionghoa yang dimulai pada hari pertama bulan pertama.

Editor: Ilham Yafiz
Tribun Pekanbaru/Doddy Vladimir
Pegawai toko sedang menyusun pernak-pernik Imlek yang dijual di salah satu toko di Jalan Juanda, Pekanbaru, Senin (6/1/2020). (www.tribunpekanbaru.com/Doddy Vladimir). 

Sejarah Warna Merah Saat Perayaan Imlek, Ada Legenda di Baliknya

TRIBUNPEKANBARU.COM - Tahun baru Imlek merupakan perayaan penting bagi masyarakat China, atau Tionghoa yang dimulai pada hari pertama bulan pertama.

Perayaan Imlek akan diakhiri dengan Cap Go Meh.

Dalam perayaan ini selalu identik dengan warna merah.

Warna merah ini ternyata memiliki arti dan sejarah dalam perayaan Imlek.

Setiap kali mendekati perayaan Imlek sejumlah  ornamen-ornamen warna merah menghiasi berbagai tempat umum, misalnya di mal atau taman.

Warna merah biasa digunakan untuk aksesori berupa lampion hingga busana pada perayaan Imlek.

Namun ternyata ada makna dan legenda dibalik warna merah perayaan Imlek atau tahun baru china.

Dilansir readerdiggest, kepopuleran warna merah bagi etnis Tionghoa ini berawal dari sebuah legenda Tiongkok tentang Nian atau seekor binatang buas yang meneror penduduk di desa di Tahun Baru dan suka memangsa hasil perkebunan, ternak bahkan anak-anak.

Nian ini merupakan seekor banteng berkepala singa. Penduduk desa mengetahui bahwa Nian sangat takut pada api, kebisingan dan warna merah.

Oleh karena itu, warga desa pun mampu mengalahkan makhluk ini, dan sejak saat itu pula, warga menganggap bahwa merah adalah warna keberuntungan.

 

Dilansir wikipedia, dalam mitologi Tionghoa, nian adalah sejenis mahluk buas yang hidup di dasar laut atau di gunung.

Pada musim semi atau sekitar tahun baru Imlek, nian keluar dari persembunyiannya untuk mengganggu manusia, terutama anak-anak. Nian tidak menyukai bunyi-bunyian ribut dan warna merah.

Oleh sebab itu dalam tradisi Imlek, warga Tionghoa mengenakan pakaian dan mendekorasi peralatan dengan warna merah.

Membakar petasan dan mementaskan tarian singa (barongsai) untuk menakut-nakuti nian. Ada juga warga yang menempelkan Duilian di kertas merah untuk mencegah Nian agar tidak kembali.

Kata tahun dalam bahasa Tionghoa juga memiliki karakter yang sama dengan nama nian. Istilah untuk menyebut hari raya Imlek, guo nian uga berarti mengusir atau melewati nian.

Nian juga dilambangkan dalam tarian barongsai.

Tarian singa atau barongsai adalah tarian yang mempertunjukkan keahlian bela diri dan akrobat, diketahui banyak orang sebagai nian untuk wilayah Tiongkok Selatan.

Di Tiongkok Utara, disebut Rui Shi dianggap anjing Fu.

Makna Warna Merah Imlek

Dikutip Tribunpekanbaru.com dari Kompas.com, menurut Sumartono Hadinoto, selaku Ketua Panitia Bersama Imlek di kota Solo, merah memang ciri khas bagi etnis Tionghoa.

Atraksi barongsai ditampilkan dalam rangka perayaan Imlek 2570 kali ini di Vihara Surya Dharma Jalan Angkasa, Pekanbaru, Selasa (5/2/2019). (Tribun Pekanbaru/Doddy Vladimir)
Atraksi barongsai. (Tribun Pekanbaru/Doddy Vladimir)

"Warna merah ini termasuk warna primer. Nah, arti dari warna ini melambangkan semangat, keberanian dan keberuntungan. Itu juga kenapa bendera kita 'kan ada warna merahnya," ucap pria yang merupakan tokoh Tionghoa di Solo ini.

Pria yang pernah meraih penghargaan dari PBB dalam kategori Advokasi dan Keterlibatan dalam kebijakan Publik ini juga menceritakan mengapa tradisi pemberian angpao saat imlek pun juga menggunakan warna merah.

"Warna merah itu sangat berarti bagi warga China. Jika disangkutpautkan dengan kepercayaan, warna merah ini juga bisa menjadi penolak marabahaya dan mendatangkan keberuntungan. Itu juga kenapa angpao yang dibagikan saat imlek disebut juga uang keberuntungan," ujar Sumartono. (*)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved