Banjir di Pelalawan
Ilegal Logging di Taman Nasional Tesso Nilo hingga Banjir di Desa Lubuk Kembang Bunga Pelalawan
Awalnya kami dengar mesin cinsaw, selama dua minggu. Ketika didengar, suara mesin seperti suara mengolah kayu. Ketika dipastikan ternyata suara nebang
Penulis: Nolpitos Hendri | Editor: Nolpitos Hendri
Baharudin RT 06 RW 01 Toro Jaya, Baharuddin menambahkan, ia sendiri awalnya berjualan ke Toro.
"Ketika ia bertemu dengan sworang yang mengaku bathin bernama Jaspun, ia membeli tanah dan kini sudah jadi kebun sawit dari Jaspun dan pindah ke Toro. Untuk anak-anak di Toro Jaya ada kelas jauh dari SD 03 Lubuk Kembang Bunga dengan siswanya 500 orang. Bangunan sekokah swadaya masyarakat," jelas Baharudin.
Direktur YTNTN, Yuliantony kepada Tribunpekambaru.com menyebutkan, YTNTN yang berkonsorsium dengan Pundi Sumatera sebagai Fasilitator Wilayah TFCA Regional Sumatera Bagian Tengah dan Selatan. Ada empat poin yang mampu menjawab permasalahan yang terjadi di Tesso Nilo.
"Melalui support dana dari TFCA kami melakukan pengamanan kawasan dengan melibatkan masyarakat, begitupun dengan perlindungan satwa. Kami juga melakukan kegiatan restorasi dan peningkatan ekonomi masyarakat yang melibatkan perempuan," ungkap Tony.
Tony menyebutkan, saat ini Desa Lubuk Kembang Bunga, satu di antara desa yang berada dalam kawasan telah melakukan pengamanan kawasan dengan dibentuknya MMP yang berhasil mengatasi upaya perambahan yang dilakukan oleh masyarakat luar.
"Peningkatan perekonomian masyarakat yang melibatkan kelompok perempuan batang Nilo, dalam mengemas ekowisata berbalur dengan kearifan lokal masyarakat juga telah berhasil memberikan penambahan terhadap perekonomian masyarakat di Desa Lubuk Kembang Bunga," jelas Tony.
Fasilitator Wilayah TFCA Sumatera Bagian Tengah dan Selatan, Damsir Chaniago kepada Tribunpekanbaru.com menyebutkan, model-model yang sudah dibangun YTNTN dalam upaya pengamanan kawasan dan pemberdayaan masyarakat perlu mendapatkan dukungan dari semua pihak.
"Sudah ada pemberdayaan perempuan dalam peningkatan perekonomian keluarga melalui anyaman dan ekowisata berbasis budaya dan kearifan lokal. Tapi ini kan belum mendapatkan dukungan dari pemerintah. Hasil produk kerajinan yang mereka hasilkan hanya dibawa-bawa saja untuk ke pameran-pameran. Harusnya bisa didukung Dekranasda membantu pemasaran dan ini tugas pemerintah," ungkap Damsir.
Minimnya dukungan pemerintah juga diakui Masni Daniati Sekretaris Kelompok Perempuan Batang Nilo (Perbani). Dia mengungkapkan kekecewaaannya atas kurangnya dukungan pemerintah.
"Kalau kami hanya produksi saja belum ada pemasaran yang jelas, juga tidak memberikan manfaat yang besar bagi ekonomi. Kami berharap pemerintah bisa membantu dalam hal pemasaran dan promosi paket ekowisata berbasis kearifan lokal yang baru saja disusun," ungkap Masni.
Ilegal Logging di Taman Nasional Tesso Nilo hingga Banjir Landa Desa Lubuk Kembang Bunga - Tribunpekanbaru.com / Nolpitos Hendri.