Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Kisah Remaja 16 Tahun dan 2 Saudaranya Dipukuli Ibu dengan Balok dan Piring Tanpa Alasan

RM mengaku sering dipukul ibu kandungnya menggunakan piring, kayu, bahkan patahan balok dan ganggang sapu.

Editor: Sesri
Grafis Tribun Pekanbaru/Didik Ahmadi
ILUSTRASI 

RM juga menunjukan bekas pukulan ibunya di bibir hingga berdarah. Lebam di tangan dan memar di beberapa bagian tubuh.

Tak hanya pukulan, maki dan cacian sering dialami ketiga anak ini.

RM mengaku sering diteriaki ibunya menggunakan kata-kata kasar.

"Pukulan itu biasanya spontan, tapi makian hampir kami alami setiap saat," kata dia.

Saat pergi sekolah, ibunya tak memberi uang jajan.

Bahkan tak membayarkan uang sekolah.

RM dan kakaknya akhirnya bekerja untuk mencukupi kebutuhan sekolahnya.

Usai pulang sekolah, RM bekerja di angkringan guna mencukupi kebutuhan sekolah. Kadang dibantu sang kakak.

Ketiga bersaudara ini tak pernah merasakan kasih sayang dari ibu. Hanya ada yang pukulan dan makian.

"Kami ingin ibu peluk dan kasih sayangnya. Kami ingin diajak curhat bagaimana di sekolah. Itu tidak pernah kami rasakan dari seorang ibu kandung," ungkapnya.

Tak tahan dengan kondisi itu, RM sempat berusaha bunuh diri dengan melompat dari atap rumah.

Tapi akhirnya ia mengurungkan niatnya.

Sudah berkali-kali ketiga bersaudara ini menceritakan kekerasan yang dialami ke ayah kandungnya.

Tapi respons ayahnya lamban. Bahkan, menurut RM, ayahnya lebih mudah mempercayai ibunya.

"Kami tunjukin bekas lebam, memar ke bapak. Tapi bapak bilang, 'sabar ya nak, nanti bapak beritahu mama'. Begitu terus kata bapak," seperti ditirukan RM.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved