Akhirnya Dinkes Kuansing Mengaku Ada Satu Pasien DBD Meninggal Pada Tahun Lalu
Dinkes Kuansing mengaku setelah Dinkes Riau mengekspose penderita DBD di Riau 2019. Sedangkan di Rohul ada 10 pasien DBD sepanjang Januari 2020.
Penulis: Dian Maja Palti Siahaan | Editor: rinaldi
tribunpekanbaru.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kuansing menyebut ada warganya penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) yang meninggal dunia tahun lalu. Selama ini, Dinkes Kuansing menyebut tidak ada korban DBD yang meninggal di Kuansing.
Mengakui adanya penderita DBD yang meninggal di Kuansing, setelah Dinkes Riau melakukan ekpose jumlah penderita DBD di Riau selama 2019. Dalam ekspose tersebut, jumlah penderita DBD yang meninggal di Riau juga disebutkan. Sedikitnya, ada 30 orang meninggal dunia terkena DBD di Riau periode 2019. Dari 30 korban tersebut, satu penderita meninggal terdapat di Kuansing.
Kasus DBD di Kuansing pada 2019 memang jadi perhatian. Sebab bila di banding 2018, jumlah penderita meningkat tajam. Saat 2019, ada 246 kasus DBD terjadi di Kuansing. Sedangkan pada 2018, jumlah DBD hanya sebanyak 75 kasus. Bila dipersentasekan, penderita DBD di Kuansing 2019 lalu mengalami peningkatan sekitar 300 persen dari 2018.
Periode Oktober-Desember 2019, Dinkes Kuansing selalu menyangkal ada penderita DBD yang meninggal dunia. Hingga akhirnya rilis Dinkes Riau pada Selasa (28/1/) lalu membuka data korban.
"Iya, memang ada yang meninggal dunia warga kita yang terkena DBD. Satu orang," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kuansing, Jumardi, Rabu (29/1).
"Awalnya kita enggak tahu kalau meninggal gara-gara DBD. Soalnya ada juga penyakit lainnya yang diderita," katanya memberi alasan menyangkal ada korban meninggal.
Jumardi mengatakan, satu penderita DBD yang meninggal di Kuansing tersebut merupakan warga Desa Pulau Kopung, Kecamatan Sentajo Raya. Kejadian tersebut pada November lalu. "Sudah tua. Meninggalnya di RSUD Teluk Kuantan. Selain DBD, menderita kerapuhan tulang juga," katanya.
Diceritakan, awalnya warga itu tidak mau berobat. Oleh masyarakat setempat, bidan desa diminta datang ke rumah warga yang sakit tersebut. Setelah itu, bidan desa merekomendasikan si warga yang sakit dirujuk ke RSUD Teluk Kuantan. Sebab di Puskesmas tidak bisa lagi menangani.
"Awalnya tidak mau dibawa ke rumah sakit. Namun setelah dipaksa akhirnya mau juga. Namun tidak tertolong akhirnya," ucapnya.
Saat ini, di awal tahun 2020, angka penderita DBD di Kuansing sudah tinggi yakni 30 penderita. Jumlah ini diperkirakan masih akan bertambah.
DBD di Rokan Hulu
Sementara itu, di Rokan Hulu (Rohul) disebutkan ada 10 pasien Demam Berdarah Dengue (DBD). Hal ini disampaikan Kabid Pencegahan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Rohul, Darmadi Lubis, Rabu (29/1). Menurutnya, data dihimpun dari seluruh unit instalasi medis yang ada di Rokan Hulu secara terpadu sepanjang Januari 2020.
"Data tersebut bersumber dari seluruh instalasi kesehatan yang ada di Rohul yang direkap secara berkala," katanya.
Penderita DBD tersebut berasal dari segala rentang usia, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Sedangkan daerah rawan DBD di Rokan Hulu, menurutnya masih didominasi warga yang berdomisili di Kecamatan Rambah.
Curah hujan yang cenderung tinggi juga disebut menjadi sebab penyakit DBD masih potensial menyerang masyarakat luas. Karena itu, Darmadi menyarankan agar masyarakat selalu menjaga kebersihan lingkungan dan membuang segala wadah yang dapat menampung air, sehingga bisa meminimalisir perkembangan jentik nyamuk.
"Masyarakat juga kita sarankan menggunakan bubuk abate untuk membunuh jentik nyamuk. Bubuk tersebut gratis dan bisa didapat secara bebas di Puskesmas terdekat," tambahnya.