Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Virus Corona

Satu Pasien Suspect Corona Sudah 5 Hari Diisolasi di RSUP M Djamil Padang, Begini Kondisinya

Pasien tersebut dirawat setelah menunjukkan gejala awal terserang virus ini sepulang bepergian dari Thailand.

Editor: Sesri
FOTO / AFP
Paramedis dari Maguen David Adom Israel (National Medical Pre-Hospital Medical Organisation) mengambil bagian dalam pelatihan tanggapan coronavirus di tempat pemungutan suara khusus untuk orang-orang Israel yang dikarantina di kota pesisir Tel Aviv, pada 01 Maret 2020, pada malam pemilihan umum . 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Seorang pasien terduga virus corona dirawat di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M Djamil Padang.

Pasien tersebut dirawat setelah menunjukkan gejala awal terserang virus ini sepulang bepergian dari Thailand.

Hal itu dikatakan Pemberi Pejabat Informasi Daerah (PPID) RSUP M Djamil Padang Gustavianof, Senin (2/3/2020), ketika dikonfirmasi Kompas.com melalui sambungan telepon.

"Benar, salah seorang warga kita dirawat di ruang isolasi setelah dirujuk dari salah satu rumah sakit daerah di Sumatera Barat," ucap Gustavianof.

"Hari ini memasuki hari kelima ia dirawat. Awalnya ia menunjukkan gejala sesak nafas dan batuk usai bepergian."

Menurut Gustavianof, hingga hari ini pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium dari yang bersangkutan.

"Secara umum pasien menunjukkan perkembangan yang cukup bagus selama di ruang isolasi.

Penempatan di ruang isolasi ini adalah prosedur yang harus kita lakukan bagi pasien yang menunjukkan gejala awal terserang virus corona," tambahnya lagi.

Update Terbaru Virus Corona 2 Maret 2020

Perkembangan terbaru korban meninggal dunia akibat virus corona mencapai 3000 orang.

Jumlah korban meninggal akibat virus corona ini sejalan dengan jumlah pasien yang sembuh yang mencapai 42.000 pasien.

Kabar terbaru ini menambah angka jumlah pasien terinfeksi yang total mencapai 88.232 kasus.

Laporan per hari dari Komisi Kesehatan Nasional China, dilansir SCMP, Senin (2/3/2020) merupakan data terbaru perihal penyebaran virus corona yang telah menyebar ke lebih dari 22 negara.

Organisasi kesehatan dunia / World Health Organization (WHO) sebelumnya pada Sabtu, (8/2/2020), sempat mengatakan bahwa kenaikan angka ini merupakan hal yang wajar.

Hingga saat ini, para ilmuwan masih belum dapat menentukan inang perantara virus corona yang meningkatkan risiko kekambuhan.

Dilaporkan South China Morning Post, para pakar kesehatan telah menyoroti tantangan epidemic virus corona, dengan peringatan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengenai risiko wabah virus corona yang dapat muncul kembali.

Meskipun WHO telah meningkatkan status risiko pada level tertinggi, penyebaran virus corona semakin meluas ke negara-negara di dunia.

“Wabah Virus Corona telah mencapai 'titik yang menentukan' dan memiliki 'potensi pandemi'," kata Kepala Organisasi Kesehatan Dunia Dr Tedros Ghebreyesus.

Tidak mengalami demam

Dalam sebuah studi bersama yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine, para peneliti dari China daratan dan Hong Kong meninjau kasus 1.099 pasien coronavirus dari 552 rumah sakit di 30 provinsi.

Penelitian itu ditulis bersama oleh puluhan ahli medis, termasuk Direktur Laboratorium Kunci Negara China untuk Penyakit Pernapasan Zhong Nanshan dan pakar pengobatan pernapasan Universitas China Hong Kong Profesor David Hui Shu-cheong.

Mereka menemukan bahwa lebih dari separuh pasien tidak mengalami demam ketika mereka pergi ke rumah sakit yang menjadikan proses diagnosis lebih sulit.

Tetapi 88,7 persen dari mereka memang mengembangkan satu setelah masuk.

"Beberapa pasien dengan Covid-19 tidak mengalami demam atau kelainan radiologis pada presentasi awal yang telah memperumit diagnosis," bunyi studi tersebut.

Sejauh ini, kasus virus corona telah menewaskan lebih dari 2.800 orang dengan total 35 kasus kematian baru pada Minggu (1/3/2020).

China telah melaporkan sebanyak 79.827 kasus virus corona di negaranya dengan total pasien pulih sebanyak 41.854 berdasarkan laporan worldometers.info.

China yang merupakan negara pusat penyebaran virus tersebut justru berhasil menurunkan angka korban meninggal.

Dilansir oleh Kompas.com, pada Jumat (28/2/2020), jumlah korban meninggal dilaporkan turun ke angka 44 orang.

Terendah dalam sebulan terakhir

Aljazeera mengungkap kabar 44 orang yang meninggal akibat virus corona Covid-19 itu menurut data dari Komisi Kesehatan Nasional China.

AFP juga menyebut dalam beberapa hari terakhir tingkat kematian akibat virus corona di Negeri "Tirai Bambu" terus menurun, bahkan sejumlah provinsi melaporkan nol kematian.

Hal ini menjadikan pemerintah China dinilai telah berhasil dalam mengatasi penyebaran virus corona.

Sebelumnya, di markas besar Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO di Jenewa, Bruce Aylward, yang mengepalai misi pakar internasional ke China, memuji tindakan karantina dan penahanan penyebaran yang drastis di ‘Negeri Tirai Bambu’ itu.

Tetapi, dia memperingatkan bahwa negara-negara lain mungkin tidak siap untuk mengatasi wabah tersebut.

Dilansir oleh Kompas.com, ahli epidemiologi yakin bahwa virus corona Covid-19 disebabkan oleh organisme yang menyebar dari hewan.

Kelelawar tampaknya merupakan reservoir virus, tapi host perantara belum diidentifikasi.

Badan kesehatan PBB memperingatkan, tanpa mengidentifikasi rantai hewan tersebut, terdapat risiko wabah dapat kambuh di daerah di mana virus sudah surut.

Laporan ini disusun oleh tim yang terdiri dari spesialis-spesialis dari China dan luar negeri yang merupakan bagian dari perjalanan WHO selama 9 hari ke Beijing, Provinsi Guangdong, Sichuan, dan Hubei mulai 16 Februari 2020 lalu.

Ini memberikan gambaran umum tentang perjalanan tersebut, menilai respons terhadap epidemi dan mengidentifikasi langkah selanjutnya yang harus diambil China dan negara lain.

Tim tersebut menyimpulkan bahwa penularan virus di China dari manusia ke manusia sebagian besar terjadi di dalam rumah tangga.

Di antara 344 klaster di Provinsi Guangdong dan Sichuan, 78-85 persen terjadi dalam keluarga.

Meskipun penularan juga terjadi di rumah sakit dan tempat lainnya, penularan di tempat-tempat tersebut tampaknya bukan fitur utama dari virus di China.

Pada 20 Februari 2020, ada 2.055 kasus dikonfirmasi di antara petugas kesehatan dari 476 rumah sakit di seluruh negeri, di mana 88 persen di antaranya berada di provinsi Hubei.

Namun, sebagian besar kasus di antara pekerja medis diidentifikasi pada awal wabah di Wuhan saat pengalaman masih rendah. (TribunnewsWiki/Kompas.com)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved