Gegara Alamat Pasien Positif Virus Corona di Depok Bocor, Ditolak Ojol Hingga Anak Dilarang Sekolah

Tak dipungkiri sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan ada dua WNI yang terjangkit virus corona, hampir semua pemberitaan fokus pada hal tersebut.

Shutterstock
Gegara Alamat Pasien Positif Virus Corona di Depok Bocor, Ditolak Ojol Hingga Anak Dilarang Sekolah 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Sejak viralnya berita warga Depok, Jabar positif Virus Corona, sejumlah warga yang bertetanga dengan pasien mendapatkan dampak negatif.

Seorang tetangga satu komplek dengan kediaman dua pasien positif virus corona tersebut mengaku telah mendapatkan perlakuan yang tidak adil dari masyarakat.

Tak dipungkiri sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan ada dua WNI yang terjangkit virus corona, hampir semua pemberitaan fokus pada hal tersebut.

Tak hanya itu kehidupan pasien positif virus corona ini juga seolah ikut digali lebih dalam.

Akibatnya banyak data privasi dua pasien tersebut mulai bocor di media.

Hal inilah yang rupanya membuat kehidupan para tetangga ikut tergangu.

Salah satunya AH yang merukan tetangga dari dua pasien positif virus corona tersebut.

Saat menghadiri suatu acara di televisi AH pun mengungkapkan kekesalannya akan pemberitaan yang begitu memojokkan kedua pasien tersebut.

AH menyebut jika dua pasien tersebut tak sepatutnya diperlakukan seperti itu hanya karena terjangkit virus corona.

Menurutnya, masyarakat Indonesia harusnya lebih menunjukkan simpatinya ketimbang terus menerus mengulik identitas dan memojokkan kedua pasien itu.

"Mestinya masyarakat Indonesia itu dalam suasana duka, karena ada warga negara Indonesia yang positif corona yang itu tidak diinginkan siapapun, tetapi justru masyarakat berlomba-lomba untuk menghakimi."

"Tetapi kan menghakimi, mengkaitkan hal-hal yang tak terkiat, misalnya membongkar aktivitaas sehari-harinya, backgroudnya, dan lainnya," kata AH dalam wawancaranya bersama Najwa Shihab, Rabu (4/3/2020) malam.

Ia menjelaskan bahwa pasien positif virus corona itu merupakan pribadi yang baik dan merupakan orang terhormat.

Pasien tersebut juga merupakan orang yang senior dan mempunyai prestasi di dunia Internasioanal, sehingga menurutnya tak sepantasnya diperlakukan demikian.

"Padahal perlu kami sampaikan bahwa saya kira semua juga tahu, pasien ini warga terhormat, senior prestasinya Internasioal, yang saya kira punya kontribusi besar bagaimana kebudayaan dibangun di negeri ini," tambahnya.

Ia berharap agar pemerintah mampu menyelesaikan persoalan ini sesuai dengan porsinya sehingga menjadi lebih baik dan tidak merugikan pasien dan lingkungan pasien.

Dampak Negatif

AH mengatakan ada banyak dampak negatif yang ditimbulkan setelah mencuatnya identitas pasien virus.

Hal itu membuat warga di lingkungan perumahannya menjadi kesulitan untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.

Banyak orang takut untuk berinteraksi dengan warganya yang tinggal satu kompleks perumahan dengan pasien virus corona.

Bahkan, untuk kerja pun pihak perusahaan melarang untuk masuk kantor jika tak menunjukkan surat bebas corona.

"Banyak warga dari perumahan kami yang tidak boleh ngantor sampai dapat surat resmi bahwa bebas dari virus corona dari pihak yang punya otoritas," ungkap AH.

Tak hanya itu, belakangan warganya juga kesulitan untuk memasan layanan transportasi online.

Banyak driver transportasi online yang membatalkan pesanan warganya karena takut memasuki kawasan perumahannya.

"Senin Selasa kami kesulitan memasang tranpostasi online, karena lokasi kami ada di lingkungan yang positif corona," lanjut Ah yang juga istri dari ketua RT setempat itu.

Hal tak mengenakkan lainnya juga terjadi pada anak-anak sekolah, hal itu terjadi pada anak AH yang ditanyai oleh teman-temannya.

"Informasi yang simpang siur tentang anak-anak sekolah yang nggak boleh sekolah terutama dari perumahan sekitar tempat tinggal dua pasien terjangkit corona."

"Saya mengalami sendiri anak saya histeris karena ditanya temennya yang macem-macem, gara-gara tingal di perumahan itu," ungkapnya.

Ia berharap orang yang membagikan data informasi pasien itu dapat segera ditindaklanjuti oleh pihak berwenang.

Selain itu, pada pemegang otoritas, ia berharap agar tak sembarangan dalam memberikan keterangan.

Kondisi Semakin Membaik

Dua pasien positif virus corona kini telah menjalani isolasi di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso di Sunter, Jakarta Utara.

Kondisi kesehatan dua pasien virus corona itu semakin membaik, keduanya tak lagi mengalami demam, dan batuk pun sudah berkurang.

"Demam sudah tidak ada lagi, kemudian batuknya sudah berkurang jauh, tidak ada sesak napas, dan mereka bisa berkomunikasi dengan keluarganya melalui HP," kata Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, Mohammad Syahril, Rabu (4/3/2020).

Keduanya kini menunggu pemeriksaan ulang untuk menentukan langkah selanjutnya.

Pemeriksaan ulang akan dilakukan dua kali, yakni pada lima hari pertama sejak dinyatakan positif, dan lima hari kemudian sejak pemeriksaan ulang pertama.

Diketahui kedua pasien itu mulai dirawat di RSPI pada Minggu (1/3/2020) dan dinyatakan positif pada Senin (2/3/2020).

"5 hari akan kita cek ulang, kalau dia negatif, 5 hari kemudian kami cek (lagi), kalau negatif baru dia dipulangkan. Jadi tetap laboratorium sebagai parameter untuk memulangkan pasien tersebut," kata Syahril dikutip Tribunnews.com.

(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Penelitian Tunjukkan Beberapa Golongan yang Rentan Terkena Virus Corona, Anak-anak Paling Aman.

Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved