Petinggi Sunda Empire Berkoar Mampu Hentikan Corona, Katanya Lagi Penelitian Sama Intelijen Dunia
Rangga Sasana mengatakan bahwa saat ini Ia sedang melakukan penelitian dengan Intelijen dunia terkait penanganan virus corona atau covid-19.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Kabar terbaru dari Kekaisaran Sunda Empire, sebuah 'kerajaan' yang dipimpin oleh seorang petinggi bernama Rangga Sasana.
Kali ini Rangga Sasana kembali berkoar-koar, masih soal Sunda Empire yang mampu melakukan hal besar.
Apa yang dilakukan Rangga Sasana dengan Sunda Empirenya?
Ya, kata dia saat ini Ia sedang melakukan penelitian dengan Intelijen dunia terkait penanganan virus corona atau covid-19.
Sunda Empire muncul setelah Keraton Agung Sejagad diringkus oleh pihak kepolisian Jawa Tengah.
Sementara tiga petinggi Sunda Empire juga ditetapkan menjadi tersangka pada Selasa (28/1/2020) lalu.
Melansir Tribunnews.com, penangkapan itu didasari atas kasus penyebaran berita bohong yang dilakukan pihak Sunda Empire kepada masyarakat.
Kemunculan Sunda Empire di Bandung, Jawa Barat, dianggap telah meresahkan masyarakat.
Bagaimana tidak, Ki Ageng Rangga Sasana mengklaim memiliki pangkat Letnan Jenderal Imperial Forces The Pentagon, menguasai dunia, dan bahkan mengaku mampu mengendalikan senjata nuklir di seantero jagat.
Ia juga menyebut tidak ada pihak yang boleh mendirikan negara di bumi tanpa persetujuannya.
Lalu, bagaimana pendapat Rangga Sasana terkait pandemi Covid-19 yang masih menjadi masalah di hampir seluruh negara?
Melansir video yang dikutip oleh kanal YouTube TVOneNews (2/4/2020) dari Instagram @terkocak via Tribun Sumsel, Rangga mengaku mampu menghentikan virus corona.
"Kalo Pak Rangga bilang virus corona berhenti, harusnya berhenti?" Tanya seorang pria dalam video tersebut, dikutip dari Tribun Sumsel.
Tak terduga, dengan entengnya Rangga menjawab dapat menghentikan virus corona hanya dengan menyuruhnya.
"Ya harusnya berhenti, bahwa corona jangan diteruskan, karena ini merupakan bagian virus yang diciptakan," ucap Rangga dengan lantang.
Rangga mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan para intelijen dunia demi menemukan akar kemunculan virus corona.
"Saya lagi cari biang keladinya siapa melalui intelijen daripada kami, Sunda Empire Internasional bekerja sama dengan intelijen -intelijen negara dan pemerintah yang ada, kami lagi melakukan penelitian," jelas Rangga.
Seseorang dalam video tersebut lantas menanyakan progress penelitian dari pihak Sunda Empire.

Tangkapan layar YouTube tvOneNews Potret Rangga Sasana saat beri komentar soal virus corona
"Ada bagian yang saya nunggu hasilnya, rekaan itu belum ditemukan pasti bagaimana-bagaimananya, saya juga tidak menyebut negara mana tapi insyaallah bisa diselesaikan juga oleh Sunda Empire," lanjutnya.
Belum selesai sesumbar dapat menyelesaikan masalah ini, Rangga kembali mengingatkan tentang kedudukan Sunda Empire sebagai penguasa bumi.
"Karena Sunda Empire adalah pemilik daripada bumi, jadi perlu melindungi daripada seluruh rakyat, seluruh manusia tanpa kecuali," ungkapnya.
Sontak saja ucapan Rangga dianggap menggelitik oleh netizen.
Beberapa dari mereka mengaku terhibur dengan celotehan Rangga.
Sementara beberapa yang lain, meski sekedar gurauan mereka akan bersyukur jika Sunda Empire benar-benar mampu memusnahkan pandemi Covid-19.
Wah, ada-ada saja ya. Mari berdoa untuk yang terbaik. (*) (Sosok.ID/Rifka Amalia).
Sebagian artikel ini telah tayang di Sosok.ID dengan judul Wow, Petinggi Sunda Empire Sesumbar Mampu Atasi Pandemi Covid-19: Kalau Saya Bilang Berhenti, Corona Harusnya Berhenti!
Ditemukan 6 Virus Corona Baru di Kelelawar, Ada Potensi Mutasi & Pindah Ke Manusia Seperti Covid-19?
Ahli sebut 70% penyakit yang diderita manusia disebabkan oleh zoonosis / disebabkan penyakit hewan, bahkan ditemukan 6 virus corona baru di kelelawar.
Apakah 6 virus corona jenis baru ini akan bermutasi dan berpindah ke tubuh manusia seperti SARS, MERS, atau Covid-19?
Melansir Kompas.com, Ilmuwan dari Taman Zoologi Nasional dan Institut Biologi Konservasi Smithsonian telah mengindentifikasi enam virus corona baru.
Enam virus corona terbaru ini masih dalam keluarga gen yang sama dengan virus corona penyebab SARS-CoV-2 / Covid-19.
Enam virus tersebut terdeteksi pada kelelawar bebas yang hidup di Myanmar.
Virus corona sendiri merupakan sekelompok virus yang mengandung patogen yang menyebabkan beberapa penyakit seperti SARS, MERS, dan Covid-19.
Meski masih dalam satu keluarga, namun enam virus baru tersebut menurut peneliti tak terkait erat secara genetik dengan patogen yang menyebabkan 3 penyakit di atas.
Diketahui 3 penyakit virus corona SARS, MERS, dan Covid-19 ini memiliki kemampuan untuk berpindah inang dari hewan ke manusia lalu menyebar luas.
Dalam studi terbaru ini, peneliti bertujuan untuk mengidentifikasi penyakit menular yang berpotensi melompat dari hewan ke manusia.
Para peneliti kemudian mengambil sampel air liur serta guano (kotoran kelelawar) dari lebih 400 kelelawar yang mewakili 11 spesies di Myanmar.
Sampel tersebut diambil dari tiga lokasi di Myanmar antara Mei 2016 dan Agustus 2018.
Lokasi yang dipilih berdasarkan peluang interaksi manusia-hewan yang tinggi.
"Dua dari lokasi merupakan gua yang populer, digunakan sebagai praktik keagamaan, ekowisata serta mencari guano," Marc Valitutto peneliti dari Taman Zoologi Nasional dan Institut Biologi Konservasi Smithsonian seperti dikutip dari Live Science, Minggu (12/4/2020).
Ilmuwan pun mendeteksi adanya enam virus corona yang belum pernah diketahui sebelumnya dalam sampel yang mereka kumpulkan.
Identifikasi tersebut mayoritas berasal dari sampel guano (kotoran kelelawar).
Hasil tersebut menunjukkan jika guano atau kotoran kelelawar bisa menjadi rute penularan penting virus corona ke manusia.
Tetapi perlu penelitian lebih lanjut untuk memahami potensi enam virus ini untuk pindah ke spesies lain serta bagaimana mereka dapat berdampak pada kesehatan manusia.
"Banyak virus corona mungkin tidak menimbulkan risiko bagi manusia."
"Tapi kalau bisa mengidentifikasi virus corona sejak dini pada hewan maka akan ada peluang berharga untuk menyelidiki ancamannya," ungkap Suzan Murray, direktur Program Kesehatan Global Smithsonian.
Terlepas dari potensi untuk menyebarkan penyakit menular ke manusia, kelelawar juga punya peran penting tak terbantahkan dalam ekosistem.
"Mereka melakukan penyebaran benih, penyerbukan, pengendalian populasi serangga, serta pemupukan melalui feses," tambah peneliti.
Jadi dengan menyadari peran kelelawar bagi ekosistem serta reservoir alami dari banyak patogen zoonosis akan meningkatkan kemampuan untuk melakukan pencegahan dan menanggapi potensi ancaman kesehatan masyarakat.
"Harus ada upaya untuk melindungi orang dari penularan penyakit dan langkah-langkah supaya manusia dan kelelawar bisa hidup berdampingan," sebut peneliti dalam studi yang diterbitkan dalam jurnal PLOS ONE, Kamis (9/4/2020).
Sekitar 70 persen penyakit manusia adalah zoonosis. Seperti wabah virus corona alias Covid-19.
Peneliti di AS mengamati lebih dari 140 virus yang diketahui telah ditularkan dari hewan ke manusia dan (hewan tersebut) merujuk pada Daftar Merah Spesies Terancam Punah IUCN.
Hewan peliharaan, primata, kelelawar dan tikus dinyatakan membawa virus paling zoonosis sekitar 75 persen.
Christine Johnson, peneliti utama dari studi ini mengatakan bahwa datanya menyoroti bagaimana eksploitasi satwa liar dan perusakan habitat alami adalah faktor yang mendasari berlimpahnya penyakit menular.
Tahun lalu, panel PBB tentang keanekaragaman hayati memperingatkan bahwa hingga satu juta spesies menghadapi kepunahan karena aktivitas manusia.
Sebanyak 75 persen daratan dan 40 persen lautan di bumi diketahui telah sangat terdegradasi oleh umat manusia.
Deforestasi misalnya, semakin menambah tekanan pada mamalia liar yang berjuang untuk beradaptasi dengan berkurangnya habitat.
Ketika manusia merambah lebih jauh di wilayah mamalia itu, hewan-hewan liar dipaksa meningkatkan kontak langsung dengan manusia.
Hal itu memicu peningkatan risiko penyakit menular lainnya.
Para konservasionis menyerukan larangan global terhadap perdagangan satwa liar setelah wabah Covid-19.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of Royal Society B menunjukkan prevalensi penyakit zoonosis pada hewan yang diproduksi massal untuk pertanian.
"Ketika kita melewati masa darurat kesehatan masyarakat ini, kami berharap para pembuat kebijakan bisa fokus pada kesiapsiagaan wabah dan pencegahan risiko penyakit zoonosis. Terutama ketika mengembangkan kebijakan lingkungan, pengelolaan lahan dan sumber daya hewan," pungkas Johnson.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ilmuwan Temukan 6 Jenis Baru Virus Corona pada Kelelawar" dan tribunstyle:
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/petinggi-sunda-empire-rangga-sasana-bicara-soal-penanganan-virus-corona.jpg)