Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

KISAH Perawat ICU yang Bertugas Cabut Ventilator Pasien Covid-19 lalu 5 Menit Pasien Meninggal

Langkah ini memungkinkan tubuh pasien melawan infeksi dan sembuh, tetapi kadang-kadang tidak cukup membantu.

Silvio AVILA / AFP
Seorang dokter merawat seorang pasien yang terinfeksi COVID-19 di Unit Perawatan Intensif dari Hospital de Clinicas, di Porto Alegre, Brasil, pada 15 April 2020 lalu. 

Pasien Nittla itu ditempatkan di ruangan yang terdiri dari delapan tempat tidur, dikelilingi oleh pasien-pasien yang juga tidak sadarkan diri.

"Saya tutup tirai dan matikan semua alarm."

Tim medis berhenti sejenak dan berhenti berbicara, Nittla lalu menempelkan telepon di samping telinga pasien, dan memberi aba-aba kepada putri pasien untuk berbicara.

Nittla memainkan musik sesuai yang diminta keluarga. Kemudian ia mematikan ventilator.

"Saya duduk di sampingnya, memegang tangannya sampai ia meningggal dunia," ungkapnya.

VIRAL Ayah Siksa Anaknya Hingga Menangis di Sibolga: Polisi Ungkap Fakta Begini

Disenfektan dari BPBD Buat Balita di Jabar Kritis, Tenggorokan Sampai Bengkak, Begini Kronologinya!

Bertugas untuk Menyetubuhi Gadis-gadis Desa yang Masuk Pubertas, Pria ini Ternyata Positif HIV AIDS

Juanita Nittla terkadang merasa seperti turut bertanggung jawab atas kematian pasien.
Juanita Nittla terkadang merasa seperti turut bertanggung jawab atas kematian pasien. (JUANITA NITTLA)

Pasien menghembuskan napas terakhir lima menit setelah Nittla mematikan ventilator.

"Saya melihat cahaya berkedip-kedip di layar dan detak jantung menunjukkan angka nol - garis datar - di layar," jelasnya.

Langkah selanjutnya, Nittla mencabut selang obat bius.

Putri dari pasien masih berbicara kepada ibunya dan mendoakannya melalui sambungan telepon.

Nittla mengambil telepon dan mengabarkan kepadanya bahwa ibunya telah tiada.

"Dengan bantuan seorang kolega, saya memandikan jenazah di tempat tidur dan membungkusnya dengan kain putih dan memasukkan jenazah itu ke dalam kantong mayat.

Saya membuat tanda salib di keningnya (sesuai permintaan keluarga) sebelum menutup kantong itu," tambah Nittla.

Mimpi buruk
Nittla menuturkan kenyataan bahwa ia mampu merawat pasien yang sekarat telah membantunya menangani krisis.

Karena jumlah pasien meningkat drastis, kapasitas unit kritis di Royal Free Hospital ditambah dari 34 menjadi 60 tempat tidur.

"Biasanya di unit perawatan kritis kita memberlakukan rasio satu perawat untuk setiap pasien. Sekarang satu perawat untuk tiga pasien," kata Nittla.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved