Wabah Virus Corona

Virus Corona Bisa Saja Menular Lewat Kentut, Alasannya? Simak Penjelasan Dokter Ini

Satu di antara yang kini menjadi perhatian adalah apakah Virus Corona juga bisa menular melalui buang angin atau kentut.

Editor: Ariestia
unsplash/Viktor Forgacs
Penggambaran virus corona. 

TRIBUNPEKANBARU.COM  - Penularan Virus Corona mudah menular baik secara kontak langsung mupun secara tidak langsung.

Selain itu penyebarannya terjadi melalui beberapa cara, di antaranya melalui kontak langsung dengan orang yang tertular maupun droplet orang positif Virus Corona terpercik di sekitar kita.

Satu di antara yang kini menjadi perhatian adalah apakah Virus Corona juga bisa menular melalui buang angin atau kentut.

Penularan Virus Corona diketahui bisa menyebar melalui berbagai macam cara dan media satu di antaranya disebutkan bisa melalui kentut.
Penularan Virus Corona diketahui bisa menyebar melalui berbagai macam cara dan media satu di antaranya disebutkan bisa melalui kentut. (kanal YouTube KompasTV)

Dikutip TribunWow.com dari kanal Kompas TV, Minggu (19/4/2020), seorang dokter asal Australia, Andy Tagg menyebut kentut dapat menjadi cara penularan baru Virus Corona.

Menanggapi hal tersebut, dokter spesialis paru asal Indonesia, dr. Erlang Samoedro Sp.P kemudian turun mengkonfirmasi hal tersebut.

Menurutnya memang ada kemungkinan Covid-19 bisa menular melalui buang angin atau kentut.

Bukan tanpa alasan, faktanya Virus Corona ternyata juga terdapat pada feses seorang yang terinfeksi.

"Ada kemungkinan tentang Virus Corona ini menular melalui buang air dari penderita," ujar dr. Erlang

"Secara faktanya, virus ini ditemukan di kotoran penderita."

"Jadi kotoran penderita itu bisa mengandung virus ini," tambahnya.

Oleh karena itu secara teknis dr Erlang menyebut bahwa Covid-19 memang bisa menular melalui kentut.

Akan tetapi secara praktik hal tersebut sangat sulit terjadi.

Alasannya sederhana, saluran kentut seseorang umumnya akan selalu tertutup rapat apabila bersinggungan dengan orang banyak.

Sehingga kalaupun ketut tersebut mengandung Virus Corona, akan sulit sekali keluar ke udara karena tertutup pakaian.

"Nah apakah bisa menular melalui buang angin? Secara teknis masih mungkin menular dari buang angin, tapi secara praktik sangat sulit untuk terjadi," jelasnya.

"Karena orang ketika bertemu dengan orang lain itu menggunakan celana atau penutup di bagian bawah kita."

"Sehingga sangat jarang sekali untuk bisa keluar ke udara bebas karena menggunakan pakaian tertutup."

"Sedangkan yang paling mungkin terjadi adalah ketika orang berbicara atau batuk dan tidak menggunakan masker sehingga percikan air liur itu bisa sampai ke orang yang di sekitarnya," tutup dr Erlang.

Simak video selengkapnya:

(TribunWow.com/Rilo).

----------------------

Penularan Covid-19 Bisa Lebih Cepat Dua Kali Lipat, Pasien Positif Bisa Menjangkiti 5 Orang Lainnya

Penularan Virus Corona, Covid-19 bisa lebih cepat dari sebelumnya sejak pertama kali muncul di Wuhan, China.

Sebuah studi baru menunjukkan bahwa virus corona bisa dua kali lebih menular.

Para epidemiolog sebelumnya memperkirakan bahwa setiap orang dengan Covid-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru ini, rata-rata menginfeksi dua hingga tiga orang, berdasarkan kasus awal di kota Wuhan.

Namun para peneliti di Amerika Serikat mengatakan bahwa kekacauan di Wuhan ketika infeksi di sana meningkat pada awal tahun ini mungkin telah menghasilkan data yang tidak lengkap dan gambaran yang menyimpang.

Dilansir dari South China Morning Post, perkiraan baru oleh Laboratorium Nasional Los Alamos di New Mexico adalah bahwa mereka yang membawa virus corona di Wuhan menyebarkannya kepada rata-rata 5,7 manusia.

Temuan ini dapat membantu para ahli kesehatan masyarakat untuk memperbaiki strategi penahanan dan vaksinasi mereka.

Dalam studi mereka, yang diterbitkan minggu lalu dalam jurnal Emerging Infectious Diseases, para peneliti yang dipimpin oleh Steven Sanche dan Lin Yen-ting, menulis bahwa tidak tersedianya reagen diagnostik pada awal wabah, perubahan intensitas pengawasan dan definisi kasus, dan pasien yang membanjiri sistem perawatan mengacaukan perkiraan pertumbuhan wabah.

Penelitian Los Alamos menganalisis sekitar 140 pasien awal di luar provinsi Hubei, di mana Wuhan adalah ibu kotanya, untuk memproyeksikan seberapa intens virus corona menyebar dari Wuhan. Sebagian besar kasus awal di provinsi lain memiliki hubungan epidemiologis atau paparan ke Wuhan.

"Pada saat kasus dikonfirmasi di provinsi di luar Hubei, semua provinsi di China memiliki akses ke alat diagnostik dan terlibat dalam pengawasan aktif para pelancong di Wuhan," kata para peneliti.

“Sistem perawatan kesehatan di luar Hubei belum kewalahan dengan kasus dan secara aktif mencari kasus positif pertama mereka, yang mengarah ke bias yang jauh lebih rendah dalam pelaporan,” lanjutnya.

Para peneliti AS juga menggunakan data ponsel untuk memperkirakan jumlah pelancong harian yang keluar masuk Wuhan.

Proyeksi mereka kemudian dibandingkan kembali dengan pola angka kematian di Wuhan, yang lebih jelas dan konsisten daripada data kota lainnya tentang wabah ini.

Mereka menemukan bahwa alih-alih mengambil enam hingga tujuh hari untuk jumlah orang yang terinfeksi menjadi dua kali lipat seperti yang diperkirakan sebelumnya, ternyata hanya dibutuhkan 2,3 hingga 3,3 hari untuk melakukannya.

Berdasarkan pada intensitas wabah awal yang baru diperkirakan, tim peneliti mengatakan bahwa untuk mencapai apa yang disebut kekebalan kawanan akan membutuhkan setidaknya 82% orang untuk kebal untuk menghentikan penyebaran penularan dalam suatu populasi.

Bukan sekitar 60% seperti yang disarankan penelitian sebelumnya. (*)

Artikel ini sebelumnya tayang di TribunWow.com dan Kontan

Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved