Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Mundur dari Staf Khusus Presiden Jokowi, Belva: Saya Tak Ingin Membuat Polemik Berkepanjangan

Adamas Belva Devara menegaskan bahwa tidak ada keterlibatan yang memunculkan konflik kepentingan dalam terpilihnya Ruang Guru.

Editor: Muhammad Ridho
kontan
Stafsus Presiden Jokowi, Adamas Belva Syah Devara, atau Belva Devara. 

Belva sendiri mengklarfikasi terkait posisinya sebagai Stafsus Jokowi namun masih tercatat sebagai CEO Ruangguru.

Dia mengatakan, pemilihan Ruangguru sebagai mitra pelatihan di Kartu Prakerja sudah sesuai prosedur.

"Saya tidak ikut dalam pengambilan keputusan apa pun di program Prakerja, termasuk besaran anggarannya maupun mekanisme teknisnya. Semua dilakukan independen oleh Kemenko Perekonomian dan Manajemen Pelaksana (PMO)," jelas Belva dalam klarifikasinya. 

Belva merupakan satu dari tujuh Stafsus Jokowi yang dilantik pada tahun lalu. Selain Belva, keenam Stafsus lainnya adalah Founder dan CEO Amartha Syah Devara Andi Taufan Garuda Putra (33), Founder dan CEO Creativepreneur Putri Tanjung (23).

Kemudian Pendiri Gerakan Sabang Merauke Ayu Kartika Dewi (36), Pendiri Yayasan Kitong Bisa dan Duta Pembangunan Berkelanjutan Indonesia Gracia Billy Mambrasar (31), Pendiri Thisable Enterprise Angkie Yudistia (32), dan Mantan Ketua Pergerakan Mahasiswa Indonesia (PMII) Aminuddin Maruf (33).

Bisnis Ruangguru berawal dari keprihatinan pendidikan

Menurut Belva, banyak anak-anak Indonesia yang punya potensi besar, namun tak punya banyak kesempatan untuk berkembang. Kualitas pendidikan yang rendah jadi faktor utamanya.

Bahkan pendidikan di kota besar seperti Jakarta saja, jauh tertinggal dengan pendidikan di negara-negara maju.

"Salah satu Professor dari Harvard University, dia bikin artikel menghitung level pendidikan anak-anak Jakarta itu dimana lalu dibandingkan negara maju," ujarnya saat menjadi pembicara dalam acara DBS Asian Insight Conference, Februari 2019 lalu.

"Ternyata untuk mengejar ketertinggalan butuh waktu 128 tahun. Luar biasa tertinggal," sambung dia.

Padahal Indonesia tak hanya Jakarta. Banyak daerah lain yang kualitas pendidikannya jauh tertinggal dari Jakarta.

Penyebabnya, tentu saja mulai dari infrastruktur sekolah yang memadai, kurangnya guru yang berkualitas, hingga minimnya buku bacaan.

Sampai pada satu hari, dia mencoba untuk mengaplikasikan penggunanan teknologi untuk sarana belajar dan mengajar. Tentu saja ide tak datang dari langit, tetapi hasil dari proses diskusi yang tak sebentar.

"Kita bisa tahu cara memecahkan suatu masalah setelah kita coba dan dapat feedback-nya, terus sembari kita ngobrol di warung-warung, dengan siswa, kepala sekolah, hingga Kemendikbud," kata dia.(*)

Artikel telah tayang di Kompas.com dengan judul:Belva Devara Mundur dari Staf Khusus Presiden dan Profil Belva Devara, Stafsus Jokowi dan CEO Startup Mitra Pelatihan di Kartu Prakerja

Sumber: Kompas.com
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved