Mudik dari Daerah Zona Merah, Satu Keluarga Ini Ditolak Warga, Terpkasa Tinggal di Sawah
sesampainya dikampung halamannya ada sejumlah oknum masyarakat yang tidak menginginkan kedatangan Paulus karena dianggap dapat menularkan wabah.
"Saya dijemput dengan ketentuan saya ikut aturan menjalani karantina mandiri," tutur Pulus seperti dikutip TribunWow.com.
"Kami langsung bergegas dan meninggalkan warga yang tengah marah-marah," lanjutnya.
Kemalangan yang dialami Paulus seusai ditolak warga di Mongen, bertambah saat ia tiba di desa kelahirannya.
Pasalnya, di desa itu dia dan keluarganya juga ditolak warga saat akan dikarantina di satu di antara rumah guru yang kosong yang memang oleh pemerintah desa setempat dijadikan tempat karantina.
"Lagi-lagi kami ditolak warga. Kami bukannya senang malah tambah bingung. Kami harus ke mana lagi," ujar Paulus.
Saat itu kata dia, kepala desa tidak bisa berbuat banyak lantaran takut warga lainnya mengamuk.
Hingga akhirnya, atas inisiatif keluarga dan kepala desa, Paulus menjalani karantina di pondok milik kerabatnya di tengah sawah.
Kondisi Pulus dan keluarganya yang tinggal di pondok kecil tersebut cukup memprihatinkan.
Pondok yang terbuat dari anyaman bambu itu tidak lebih besar dari ukuran 2x2 meter persegi.
Di atas gubuk panggung itu terdapat bagian dapur sehingga tempat untuk tidur sangat sempit.
Belum lagi barang bawaan mereka banyak, sehingga satu-satunya cara, Paulus memilih tidur di bawah tanah berlantai bambu beralaskan tikar.
Parahnya lagi, pondok yang ditinggali sangat berdekatan dengan kandang kerbau milik si pemilik pondok.
Beruntung, pemilik pondok dengan rela memindahkan kerbaunya sehingga keluarga Paulus tidak lagi bertetangga dengan kerbau.
Kondisi Paulus dan keluarganya sempat diposting oleh adiknya di grup facebook hingga viral.
Setelah viral, barulah pemerintah desa dan sejumlah instansi memberikan bantuan makanan.
