Ekonomi Singapura dan Jepang Hancur Berantakan Akibat Covid-19, Cochrane: Jepang Masuk Jurang Resesi
data resmi terbaru di Jepang menunjukkan ekonomi menyusut sebesar 6,3 persen dari tahun ke tahun dalam tiga bulan hingga Desember.
Menurut data yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins, kedua negara telah melaporkan lebih dari 13.000 kasus infeksi. Ini merupakan yang tertinggi di Asia.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Akibat pandemi virus corona (Covid-19), ekonomi Jepang dan Singapura merupakan yang paling terpuruk di Asia.
Prediksi ini dijabarkan oleh ekonom Moody's Analytics, Senin (27/4/2020).
Kepala ekonom Moody's Asia Pasifik, Steve Cochrane mengatakan kedua negara tersebut sudah melemah sebelum wabah memburuk dalam sebulan terakhir.
Tindakan penguncian yang lebih ketat yang diberlakukan untuk menahan penyebaran virus kemungkinan akan memperburuk masalah ekonomi mereka masing-masing.
Melansir CNBC, data resmi terbaru di Jepang menunjukkan ekonomi menyusut sebesar 6,3 persen dari tahun ke tahun dalam tiga bulan hingga Desember.
Sementara, perkiraan awal di Singapura menunjukkan bahwa ekonomi mengalami kontraksi 2,2 persen pada kuartal yang berakhir pada Maret.
“Jepang sudah masuk ke jurang resesi; kuartal pertama untuk Singapura sangat lemah, saya pikir kuartal ini akan lebih sulit bagi Singapura mengingat kebijakan penguncian," kata Cochrane kepada CNBC.
Dia menambahkan, “Ada potensi di Jepang, jika virus corona menyebar lebih jauh, mungkin ada lebih banyak penguncian lebih luas lagi daripada jenis penguncian lunak yang diberlakukan di Jepang saat ini,” tambahnya.
Lonjakan kasus baru
Menurut data yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins, kedua negara telah melaporkan lebih dari 13.000 kasus infeksi. Ini merupakan yang tertinggi di Asia.
Tetapi tidak seperti China yang berhasil mengendalikan wabah dalam beberapa pekan terakhir, Jepang dan Singapura mengalami lonjakan kasus baru Covid-19.
Menanggapi wabah yang memburuk, pemerintah Singapura menerapkan bahkan memperpanjang kebijakan penguncian sebagian yang mencakup menutup sekolah dan tempat kerja yang dianggap tidak penting.
Di Jepang, pemerintah menyatakan keadaan darurat nasional untuk mendesak orang agar tetap di rumah, tetapi masih membiarkan beberapa bisnis tetap buka.
Kondisi ekonomi yang memburuk seperti yang dihadapi Jepang dan Singapura adalah salah satu alasan mengapa Asia Pasifik akan mengalami kuartal kedua yang sulit, kata Cochrane.