Terbongkar, Mengapa Pasien Sembuh Virus Corona Bisa Terinfeksi Lagi? Ada Kesalahan di Tahap Ini
Kabar pasien sembuh Virus Corona atau covid-19 kemudian terinfeksi kembali marak menyebar.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Kabar pasien sembuh Virus Corona atau covid-19 kemudian terinfeksi kembali marak menyebar.
Sebelumnya, di Korea Selatan ditemukan 222 pasien yang dinyatakan sembuh, namun terinfeksi kembali covid-19.
Para ilmuwan di Korea Selatan pun akhirnya menemukan jawaban.
Para ilmuwan yang berasal dari Pengendalian dan Pencegahan Penyakit ( CDC) Korea Selatan mengatakan, tidak mungkin Virus Corona dapat menular kembali kepada pasien yang sembuh.
Menurut mereka, adanya pasien corona yang sembuh dan terinfeksi virus kembali disebabkan kesalahan pengujian.
Untuk itu, para ilmuwan itu menyebut tidak mungkin virus covid-19 dapat kembali aktif dalam tubuh manusia.
Dikutip Tribunnews dari Sky News, CDC Korea Selatan juga telah menemukan, hasil tes untuk pasien yang diduga kambuh adalah positif corona 'palsu'.
Sebab, menurut mereka, tes dengan hasil 'palsu' itu didasarkan tidak bisanya membedakan antara jejak hidup virus dan sisa sampel virus mati yang tidak berbahaya setelah pasien sembuh.
Lebih lanjut, CDC menambahkan, Virus Corona tidak seperti virus lain (HIV atau cacar air).
Virus lain dapat menembus inti sel manusia dan tetap ada selama bertahun-tahun sebelum diaktifkan kembali.
Namun, Virus Corona tetap berada di luar inti sel-sel inang.
"Ini berarti itu tidak menyebabkan infeksi kronis atau kambuh," ujar Dr Oh Myoung-don, ketua komite CDC Korea Selatan.
Oleh karena itu, ia menegaskan ketidakmungkinan bagi pasien untuk kambuh.
"Di masa depan mungkin saja Virus Corona bermutasi dan menginfeksi orang yang sebelumnya mengatasinya, mirip dengan flu," tambahnya.
Wacana 'paspor imunitas'
Lebih dari 10.000 pasien yang terkonfirmasi di Korea Selatan, sebanyak 277 pasien diyakini terpapar untuk kedua kalinya.
Hal serupa juga dikabarkan, ditemukan di China dan Jepang.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa virus tersebut dapat bermutasi dengan sangat cepat sehingga orang tidak perlu kebal untuk menangkapnya lagi.
Namun, analisis genetik virus belum menemukan perubahan substansial, yang secara efektif akan menyamarkannya dari sistem kekebalan tubuh.
Terkait hal tersebut, beberapa negara merencanakan pengeluaran kartus imunitas, yang disebut juga paspor imunitas.
Paspor tersebut akan memungkinkan mereka yang telah sembuh dari Virus Corona ( covid-19) untuk kembali bekerja.
Wacana tersebut pun membuat khawatir para dokter yang telah memperingatkan terdapat banyak hal terkait kekebalan Virus Corona yang masih belum diketahui.
Wacana tersebut juga mendapat kritikan dari Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) melalui sebuah pernyataan di laman resminya, Jumat (24/4/2020) lalu.
"Beberapa pemerintahan telah menyarankan bahwa deteksi antibodi terhadap SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan covid-19, dapat dijadikan sebagai dasar untuk 'paspor imunitas' atau sertifikat bebas risiko."
"Yang memungkinkan orang-orang bepergian atau kembali bekerja dengan asumsi bahwa mereka terlindungi dari terkena infeksi kembali," seperti tertera dalam laman WHO.
Pernyataan tersebut melanjutkan, saat ini tidak ada bukti mereka yang sudah sembuh dari Virus Corona dan memiliki antibodi terlindungi dari infeksi kedua.
WHO menuturkan, saat ini tidak ada bukti yang cukup terkait efektivitas imunitas yang dimediasi oleh antibodi untuk menjamin keakuratan "paspor imunitas" atau "sertifikat bebas risiko".
Keduanya memungkinkan mereka untuk bepergian atau kembali bekerja berdasarkan asumsi mereka aman dari terkena infeksi kembali.
Orang-orang yang memiliki hal tersebut memiliki kemungkinan untuk abai terhadap panduan kesehatan masyarat dan meningkatkan risiko penyebaran lebih lanjut.
Oleh karena itu, dalam pembaruan pedomannya, WHO memperingatkan "tidak ada bukti bahwa orang yang telah pulih dari covid-19, memiliki antibodi dilindungi dari infeksi kedua".
Masalag Baru
Ketika kasus infeksi Virus Corona di Amerika Serikat dan Italia terus meningkat setiap hari, infeksi baru Korea Selatan kabarnya telah menipis.
Tetapi Korea Selatan sekarang bergulat dengan masalah baru.
Sekira 222 orang kembali dinyatakan positif corona padahal sempat dinyatakan sembuh, dan para ahli tidak yakin mengapa bisa terjadi.
Terkait hal ini Dr Roh Kyung Ho, yang bekerja di Departemen Laboratorium Kedokteran di Rumah Sakit Asuransi Kesehatan Nasional Ilsan memberikan komentarnya.
"Kita dapat melihat ini sebagai masalah infeksi ulang atau masalah pengaktifan kembali," kata Dr Roh Kyung Ho dikutip Tribunnews dari Al Jazeera.
Lebih lanjut, Dr Roh menerangkan, perbedaan antara dua kata itu, yaitu infeksi ulang atau reaktivasi, bisa menjadi kunci perjuangan global melawan covid-19.
Sederhananya, tambah Dr Roh, reaktivasi akan berarti bahwa seseorang dengan covid-19 belum mampu melawan virus setelah terlihat menjadi lebih baik.
Menjadi terinfeksi ulang berarti seseorang telah pulih sepenuhnya, tetapi kemudian tertular virus lagi.
"Kemungkinan besar virus itu diaktifkan kembali atau menginfeksi ulang karena fungsi kekebalan tubuh seseorang tidak mencukupi," jelas Dr Roh.
"Dalam kasus reinfections, ada kemungkinan seseorang pulih dari virus dan kemudian melakukan kontak dengan pembawa virus asimptomatik lainnya di masyarakat," tambahnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Ilmuwan Korea Selatan: Pasien yang Sembuh dari Corona Tidak Dapat Terinfeksi Kembali, https://www.tribunnews.com/internasional/2020/05/03/ilmuwan-korea-selatan-pasien-yang-sembuh-dari-corona-tidak-dapat-terinfeksi-kembali?page=all.
