Benarkah Virus Corona Buatan Manusia? WHO Bersikeras Berasal dari Kelelawar, Trump: WHO Harus Malu
Donald Trump mengklaim berasal dari laboratorium, namun Badan Kesehatan Dunia ( WHO) menegaskan, virus corona bukan buatan manusia.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Presiden AS Donald Trump mengklaim berasal dari laboratorium, namun Badan Kesehatan Dunia ( WHO) menegaskan, virus corona bukan buatan manusia.
April lalu, sang presiden menyatakan bahwa Covid-19 dibuat di China. Bahkan, dia mengaku mempunyai dasar argumen tudingannya.
"Ya, saya punya. Saya kira WHO harus malu dengan diri mereka, karena mereka seperti juru bicara bagi China," sembur Trump.
Namun Maria Van Kerkhove, koordinator teknis untuk Covid-19 berusaha mematahkan klaim sang presiden dengan berujar, virus corona berasl dari kelelawar.

"Keluarga virus corona biasanya berputar di antara binatang, dengan banyak variannya berasal dari kelelawar," kata Van Kerkhove kepada BBC's Andrew Marr.
Dilansir Daily Mirror Minggu (3/5/2020), Van Kerkhove meneragkan berdasarkan urutan genom yang ada, virus bernama resmi SARS-Cov-2 itu berasal dari alam.
Karena mereka menganggap sumbernya berasal dari alam, Van Kerkhove mengatakan bahwa fokus badan kesehatan adalah mencari hewan perantara.
"Kami harus memahami siapa perantaranya. Yakni hewan yang kemungkinan terinfeksi dari kelelawar sebelum menginfeksi manusia," jelas Van Kerkhove.
Dengan mengidentifikasi hewan transisi itu, maka mereka bisa menentukan kebijakan untuk memutus rantai penyebaran pandemi virus corona.
Dr Van Kerkhove melanjutkan, setiap negara harus tetap waspada dan bersiap menghadapi jika ada gelombang transmisi baru SARS-Cov-2.
Dia menjawab masih mungkin, saa ditanyakan apakah gelombang kedua bisa terjadi di negara-negara yang mulai melonggarkan lockdown mereka.
"Yang kami lihat dari negara yang sukses dalam menangkal penularan adalah, masyarakatnya masih bersikap skeptis," papar Van Kerkhove.
"Karena itu, semua negara sekali lagi tetap waspada terhadap segala penularan, meski mereka sukses dalam memutus mata penyebaran," papar dia.
Dia merespons ucapan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengenai perlunya masker untuk tetap keluar rumah saat lockdown dilonggarkan.
