Kuansing
Inspiratif, Kakek 79 Tahun Profesi Petani Karet di Kuansing Tolak BLT-DD Covid-19, Ini Alasannya
Iskandar (79) warga Gunung Toar di Kuansing menolak menerima BLT DD. Berprofesi sebagai Petani karet, Iskandar beralasan dia masih mampu cari nafkah
Penulis: Dian Maja Palti Siahaan | Editor: CandraDani
TRIBUNPEKANBARU.COM, TELUK KUANTAN - Bebarapa orang yang mampu saat ini justru mengajukan diri mendapatkan kompensasi ekonomi berupa bantuan langsung tunai (BLT) akibat pandemi Covid-19 saat ini. Bahkan di beberapa tempat orang kaya masuk daftar penerima BLT, meski akhirnya setelah diverifikasi ulang nama mereka dicoret.
Berbeda dengan kakek di Kuansing ini. Bukan kaya. Namun dirinya menolak menerima BLT dari Dana Desa.
Adalah Iskandar, 79 tahun, warga dusun II, Desa Lubuk Terentang, Kecamatan Gunung Toar. Oleh petugas desa, ia seharusnya menerima BLT DD dari desa tersebut.
Pembagian BLT DD di desa tersebut dillakukan pada Jumat pekan lalu (22/5/2020). Pembagian BLT DD sendiri dilakukan di kantor desa. BLT DD yang akan disalurkan saat itu untuk periode April dimana besarannya yakni Rp 600.000 per KK.
• Satu Keluarga Positif Covid-19, Sempat Tolak Makamkan Jenazah Ayah dengan Prosedur Corona
• Video: Wawancara Deddy Corbuzier dengan Mantan Menteri Kesehatan Timbulkan Polemik
Petugas desa pun datang ke rumah Iskandar. Ketika diberitau dirinya penerima BLT DD, sang kakek ternyata menolak sebagai penerima. Ia pun tidak mau ke kantor desa.
"Alasan sang kakek nolak terima BLT karena masih banyak yang lebih pantas menerima dibanding dia," kata kepala desa Desa Lubuk Terentang, Arif Firmansyah, Rabu (27/5/2020).
Sang kakek mengaku masih mampu mencari nafkah. Dan masih banyak orang lain yang lebih membutuhkan.
Sang kakek ternyata sehari-hari sebagai petani karet. Secara kategori, sang kakek layak menerima BLT akibat pandemi covid-19.
Sebab kondisi petani karet di Kuansing saat ini sangat memprihatinkan.
Harga karet turun drastis. Dari angka Rp 9.000-an per kilogram di Februari lalu, kini hanya Rp 6.000-an per kilogram. Itu harga bila ikut lelang yang diinisiasi Pemkab Kuansing. Bila ke toke-toke lokal, harganya bisa lebih rendah, mencapai Rp 4.000-an per kilogram.
• VIDEO Viral Anak Punk Mengaku Sebagai Tuhan, Sebut Tentara, Camat Hingga Presiden Masuk Neraka
• Timbun Narkoba di Kebun Karet, Polisi Sita Puluhan Paket dari Dua Penangkapan Berbeda di Inhu Riau
Sang kakek tinggal bersama istrinya di dusun tersebut. Satu lagi anaknya di rumah itu yang masih kuliah.
"Dibilang kaya enggak juga. Soalnya hanya petani karet. Juga enggak luas kebunnya. Kelompok menengah kebawah lah," katanya.
Pihaknya pun membuat berita acara penolakan sang kakek. Berita acara tersebut akan dilampirkan dalam pelaporan nantinya.
Karena penolakan sang kakek, pihaknya pun mencari pengganti penerima dan didapat. Orang penerima memang layak menerima.
"Ada 52 KK penerima BLT DD di desa kita. Pengganti sang kakek yang nolak, kita cari dan dapat," ucapnya.
Namun ia salut dengan sang kakek. Sebab menolak dana BLT DD tersebut. Padahal disatu sisi, banyak orang mengklaim miskin dan berhak menerima BLT padahal sebenarnya tidak layak.
• Sebanyak 4 Orang Warga Inhil Positif Sudah Dinyatakan Sembuh, 6 Orang Masih Dirawat
Plt kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kuansing, Napisman sendiri sudah mendapatkan info soal sang kakek Iskandar yang menolak BLT DD tersebut.
"Kita sudah dapat infonya. Sejauh ini yang menolak BLT DD masih sang kakek," katanya. (Tribunpekanbaru.com / Palti Siahaan)