Kisah Inspiratif
KISAH Pasien Positif Covid-19 Jalani Lebaran di Ruang Isolasi, Berat dan Tiap Hari Disuntik
Pelajaran yang paling berharga banyak di kamar isolasi, sangat berat menjalaninya tidak ada interaksi dengan orang lain, pengobatan juga intensif
Penulis: Nasuha Nasution | Editor: Nolpitos Hendri
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Slamet Agus Haryanto warga Pekanbaru yang sempat positif covid-19 dan dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad, kini sudah bisa kembali pulang ke rumahnya setelah dinyatakan hasil swabnya negatif atau sembuh dari covid-19.
Pasien ini memang cukup istimewa karena menjadi pasien positif terakhir yang dirawat di Rumah Sakit pusat rujukan Provinsi Riau itu.
Ahad (31/5/2020) merupakan hari pertama lagi bagi Slamet setelah lebih kurang sebulan lamanya menjalani perawatan di Rumah Sakit.
Sebelum dirawat di RSUD Arifin Achmad, Slamet sempat menjalani perawatan di RS swasta di Pekanbaru setelah diketahui positif covid-19.
Namun, karena kondisinya tidak membaik akhirnya ia dirujuk ke RSUD Arifin Achmad dan akhirnya bisa sembuh dan pulang.
Setibanya di rumah, Slamet masih membatasi kontak dengan keluarganya, karena arahan dari pihak rumah sakit harus melakukan social distancing dengan keluarga di rumahnya untuk beberapa hari ke depan.
Raut wajah Slamet terpancar bahagia setelah dibolehkan pulang oleh pihak Rumah Sakit yang dilepas langsung Direktur Utama RSUD Arifin Achmad Ahad siang lalu itu.
"Alhamdulillah saya dirawat di RSUD Arifin Achmad sejak 26 Mei lalu dan hasilnya sudah sembuh dibolehkan pulang, sebelumnya sudah mulai masuk rumah sakit swasta sejak 8 Mei namun baru dirujuk ke RSUD Arifin Achmad 26 Mei," ujar Slamet saat berbincang dengan tribunpekanbaru.com.
Banyak pelajaran berharga yang didapat Slamet selama menjalani isolasi di kamar secara mandiri tanpa ada keluarga dan orang lain hanya ada perawat dan dokter yang selalu mengunjunginya.
Diakuinya memang berat melewati hari-harinya di ruang kamar isolasi tersebut, karena ia melewati dengan sendiri tanpa ada keluarga yang mendampinginya.
Ditambah lagi pengobatan yang dilakukan secara intensif.
"Pelajaran yang paling berharga banyak di kamar isolasi, sangat berat menjalaninya tidak ada interaksi dengan orang lain, pengobatan juga intensif, tiap hari disuntik dan minum obat," ujar Slamet.
Apalagi lebaran tahun ini, Slamet harus melaluinya di Rumah Sakit tanpa ada keluarga dan orang-orang dicintainya, sehingga kondisi itu sangat berat dilaluinya.
Ia hanya bisa berkomunikasi bersama keluarganya melalui alat media komunikasi handphone, kondisi tersebut menurutnya bila tidak ada dukungan dan motivasi dari pihak keluarga dan tenaga medis maka bisa membuat orang depresi berat.
"Tapi syukur keluarga juga memberikan support selalu, begitu juga tenaga medisnya selalu memberikan semangat dan motivasi bagi saya sebagai pasiennya,"ujarnya.
