Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Hubungan China-Australia Kian Memanas, Beijing Hukum Mati Pengedar Narkoba Asal Negeri Kanguru

Berdasarkan media lokal China, pria itu ditahan di bandara Baiyun Guangzhou Desember 2013, dengan lebih dari 7.5 kilogram metamfetamin dalam kopernya

Editor: CandraDani
http://gbcghana.com
Ilustrasi hukuman mati 

TRIBUNPEKANBARU.COM- Seorang pengedar narkoba asal Australia dihukum mati di China. Tindakan itu memicu peningkatan ketegangan antara Beijing dan Canberra.

Kementerian Luar Negeri Australia mengatakan putusan itu merupakan hal yang sangat mengecewakan dan menegaskan kembali pertentangan negara Kangguru itu terhadap hukuman mati.

Pria itu, sebagaimana dilansir AFP, dalam nama China Pinyin dipanggil "Kamu Jielaisibi" dan diidentifikasi oleh media Australia sebagai Cam Gillespie. 

Dia divonis mati oleh Pengadilan Kelas Menengah Guangzhou pada Rabu (10/6/2020) menurut informasi yang disediakan oleh situs web pengadilan.

Informasi yang dipublikasikan tidak punya detil tentang terdakwa selain dia warga Australia.

VIDEO Patung Tokoh Ternama Dunia Dirobohkan, Dianggap Simbol Rasisme Terkait Kematian George Flyod

Pangeran Arab Saudi Meninggal, Kerajaan Rasiakan Penyebabnya, Diduga Meninggal Karena Covid-19

Berdasarkan media lokal China, pria itu ditahan di bandara Baiyun Guangzhou di barat laut Hong Kong pada Desember 2013, dengan lebih dari 7.5 kilogram metamfetamin yang ditemukan dari kopernya.

Seorang juru bicara dari Kementerian Luar Negeri Australia mengatakan bantuan konsuler diberikan kepada pria itu tetapi mereka tidak akan mengonfirmasi identitasnya dengan alasan privasi.

"Kami sangat sedih mendengar putusan yang dibuat dalam kasusnya," kata juru bicara itu, seraya menambahkan bahwa Australia "menentang hukuman mati, dalam semua keadaan dan untuk semua orang."

"Kami mendukung penghapusan hukuman mati secara universal dan berkomitmen untuk mengejar tujuan ini melalui semua jalan yang tersedia bagi kami."

Sementara itu, diketahui bahwa China adalah mitra dagang terbesar Australia, serta sumber utama pendapatan Australia akan para pelajar dan turis internasional yang sangat menguntungkan. 

Tetapi hubungan mereka bermasalah dalam beberapa tahun terakhir dan memburuk setelah China bereaksi keras terhadap seruan Australia untuk penyelidikan independen tentang asal-usul pandemi virus corona yang mematikan itu.

Beijing kemudian mengenakan tarif pada gandum Barley Australia dan mengeluarkan peringatan perjalanan kepada wisatawan dan pelajar atas kasus rasisme terkait virus terhadap etnis Asia di negara Kangguru itu.

Sejak Pandemi Covid-19, Sentimen Anti China Terus Disebarkan Kelompok Ekstrem Sayap Kanan Australia

Meski begitu, Perdana Menteri Australia, Scott Morrison menampik tuduhan perlakuan rasis terhadap orang China sebagai "sampah" dan mengatakan pemerintahnya "tidak akan pernah diintimidasi oleh ancaman" atau "memperdagangkan nilai-nilai mereka dalam menanggapi paksaan dari mana pun paksaan itu datang".

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved