Kekerasan Pada Anak Meningkat di Riau, Anak Tidak Sekolah Saat Covid-19 Jadi Pemicu
Kasus kekerasan pada anak mengalami peningkatan di beberapa Kabupaten di Riau saat pandemi wabah covid-19.
Penulis: Nasuha Nasution | Editor: Ilham Yafiz
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Kasus kekerasan pada anak mengalami peningkatan di beberapa Kabupaten di Riau saat pandemi wabah covid-19.
Hal ini disebabkan di antaranya aktivitas anak banyak berada di rumah karena dihentikannya proses belajar dan mengajar.
Sebagaimana kasus yang diterima UPT Perlindungan Perempuan dan Anak Provinsi Riau dan dihimpun dari seluruh Kabupaten dan Kota di Riau, jumlah kasus di Kabupaten Rokan Hulu dan Rokan Hilir meningkat di masa pandemi.
"Kasus di beberapa daerah ada peningkatan seperti di Rohul, misalnya dari sebelumnya hanya dua aduan dan meningkat jadi 6 sampai 7 kasus," ujar Kasubag Tata Usaha UPT PPA Provinsi Riau Muhammad Toriq Kamal kepada tribunpekanbaru.com.
Kasus paling banyak itu kekerasan seksual terhadap anak, mulai dari anak dicabuli kakek dan dugaaan dicabuli ayah tiri hingga kekerasan penggorokan leher anak di Rokan hulu.
"Kekerasan seksual kepada anak karena anak tidak sekolah, lebih banyak di rumah menjadi satu penyebab terjadinya,"ujarnya.
Sedangkan persoalan lain karena dilatarbelakangi anak kurang pengawasan, orang tua sibuk bekerja, biasanya ini banyak terjadi di daerah perkebunan yang mana antara satu rumah dengan rumah lain berjarak jauh.
"Di perkebunan sering terjadi, kami sering melakukan pendampingan dan pemulihan psikologis ke daerah perkebunan," ujar Toriq.

• 750 Sampel Swab Masih Dalam Proses Pemeriksaan di Labor Biomolekuler RSUD Arifin Ahmad
• Wanita Etnis Uighur China Dilaporkan Menjadi Korban Pemaksaan Aborsi, Pemerintah China Membantah
• Seorang Analis RSUD Teluk Kuantan Positif Covid-19, Belasan Tenaga Medis Lainnya Harus Dikarantina
Tidak hanya di Rohul melainkan Rokan Hilir juga mengalami peningkatan kasus kekerasan pada anak, kasusnya juga hampir sama,
bermuara pada persoalan ekonomi yang mengharuskan orangtua bekerja sehingga kurang perhatian pada anak.
"Kalau data di PPA Provinsi sebenarnya tidak ada perubahan hampir sama bila dibandingkan sebelumnya, namun saya rasa ini disebabkan karena saat pandemi warga tidak mau keluar untuk melapor,"ujarnya.
Karena dari layanan konsultasi yang dibuka PPA juga banyak warga yang konsultasi namun tidak menyampaikan laporannya.
"Yang konsultasi juga banyak yang masuk ke PPA, kita layani saat pendemi, termasuk kekerasan pada rumah tangga,"ujar Toriq.
Selalu persoalan ekonomi menjadi alasan terjadinya kekerasan, untuk itu PPA juga menghimbau kepada masyarakat yang ingin melaporkan persoalan kekerasan rumah tangga dan anak untuk melapor langsung dan akan didampingi
"Masyarakat yang mengalami kekerasan terhadap anak dan Perempuan diskriminasi sosial bisa langsung laporkan ke UPT PPA di jalan Diponegoro stau bisa komunikasi juga melalui 0811707098,"jelas Toriq.
( Tribunpekanbaru.com / Nasuha Nasution )