Sinyal Keras Taiwan untuk China, Lakukan Latihan Perang Besar-Besaran Libatkan Jet Tempur
Beginilah sinyal keras Taiwan bagi China. Latihan perang besar-besaran dengan melibatkan jet tempur dan kapal perang
TRIBUNPEKANBARU.COM- Disaksikan Presidennya, Taiwan melakukan simulasi latihan perang besar-besaran.
Dalam latihan perang tersebut Taiwan mengerahkan jet tempur, kapal perang, dan pasukan darat memukul mundur musuh yang mendarat di pantai kota Taichung.
Latihan yang dilakukan selama lima hari itu kemudian direspon oleh Presiden Taiwan dengan cuitannya di twitter.
"Menunjukkan kepada dunia kemampuan pertahanan kita yang kuat dan tekad yang kuat untuk mempertahankan Taiwan."
• Bertambah Satu Kasus di Dumai Riau, Sempat Nihil Kasus Terkonfirmasi Positif Covid-19
• Hari Ini Kasus Covid-19 di Indonesia Bertambah 1.574, Total Kasus Positif Jadi 81.668 Kasus
• Seorang Ibu Banting-banting Tetangganya di Depan Umum, Anak Gadisnya Dinyinyir Belum Juga Nikah
Inilah latihan perang yang cukup besar dilakukan Taiwan. latihan tersebut dilakukan sebagai bentuk respon atas rencana invansi dari China
Para prajurit Taiwan pada Kamis (16/7/2020) melakukan simulasi serangan pantai.
Sebab, tekanan militer dari Beijing terus meningkat ke pulau itu.
Latihan ini berlangsung lima hari dan telah dimulai pada Senin (13/7/2020) untuk menguji kekuatan angkatan bersenjata Taiwan dalam melawan invasi tetangga besarnya.
Beijing masih menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, dan berjanji suatu hari akan merebutnya, bahkan dengan kekerasan jika perlu.
Simulasi hari ini melibatkan jet tempur Taiwan, kapal perang, dan pasukan darat memukul mundur musuh yang mendarat di pantai kota Taichung.
Dilansir dari AFP Kamis (16/7/2020), latihan ini diikuti sekitar 8.000 personel militer Taiwan.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menyaksikan langsung latihan tersebut.
Taipei menjalani hari-harinya dengan ancaman invasi dari China, sejak kedua pihak berpisah pada 1949 akibat perang saudara.
Lalu dalam beberapa dekade terakhir, Taiwan menyadari pasukan militer mereka kalah jumlah dari Tentara Pembebasan Rakyat China yang sangat besar.
Beijing telah mengerahkan tekanan militer, ekonomi, dan diplomatik terhadap Taiwan sejak Tsai berkuasa pada 2016, karena Tsai enggan mengakui Taiwan sebagai bagian dari "Satu China".
