Usai Dibakar Militer Myanmar, Ratusan Ribu Rumah Warga Rohingya Diubah Jadi Pemukiman Umat Buddha

Kan Kya adalah rumah bagi ratusan orang, sebelum tentara mengejar 730.000 Rohingya mengungsi dari negara itu pada 2017

STR/AVP
Perkampungan warga Rohingya dibakar militer Myanmar 

Pembangunan cepat

Myanmar yang mayoritas beragama Buddha menyangkal kewarganegaraan bagi Muslim Rohingya, menganggap mereka sebagai penyusup dari negara tetangga Bangladesh, meski pun kehadiran mereka sudah berabad-abad di negara itu.

Myanmar mengatakan terbuka untuk kembalinya pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari tindakan keras pada 2017, tetapi harus dilakukan melalui proses yang tertib.

Pembicaraan tentang proses pengembalian pengungsi Rohingya antara Myanmar dan Bangladesh masih mandeg.

Sementara,  lebih dari 1 juta Rohingya tinggal di kamp-kamp pengungsi.

Dalam beberapa bulan terakhir, puluhan pengungsi yang mencoba kembali ke Myanmar telah ditangkap karena masuk secara ilegal oleh pejabat berwenang, yang dikatakan menimbulkan kekhawatiran bahwa pengungsi yang masuk menyebarkan virus corona baru.

Gambar satelit yang diambil oleh Planet Labs, operator satelit swasta yang berbasis di San Francisco yang didirikan oleh mantan ilmuwan NASA, dan Google Earth menunjukkan bahwa Myanmar mulai membangun di situs setidaknya selusin desa yang hancur segera setelah penduduk melarikan diri pada tahun 2017.

Myanmar sedang membangun pangkalan untuk pasukan keamanan, bangunan untuk departemen pemerintah dan rumah bagi umat Buddha, menurut orang-orang di daerah tersebut.

Gambar satelit menunjukkan pangkalan yang dibangun di situs Kan Kya berukuran 2 kali lipat pada tahun lalu dan 2 helipad ditambahkan.

Sebuah jalan baru telah dibangun di atas lokasi desa lain yang dihancurkan di dekatnya bernama Gone Nar, yang juga telah diklasifikasikan ulang sebagai bagian dari kota Maungdaw yang diperluas.

Seorang juru bicara militer tidak menanggapi permintaan komentar tentang pembangunan pangkalan keamanan di lokasi desa Rohingya yang hancur.

Pejabat lokal tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.

Pada September 2019, perintah GAD, bagian dari Kementerian sipil Kantor Pemerintah Persatuan, mereklasifikasi 16 desa yang sebagian besar sebelumnya adalah Rohingya, menjadi bagian dari kawasan Maungdaw, menurut unit pemetaan PBB di Myanmar.

Enam dari nama desa dipertahankan atas nama-nama lingkungan baru tempat mereka diklasifikasikan kembali, tetapi 10 nama desa hilang dari peta, menurut PBB.

Lima dari desa itu dihancurkan pada 2017.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved