Teror Video Call Seks Bikin Takut, 13 Mahasiswi Jadi Korban, Sampai Mereka Trauma Pegang HP
Teror video call cabul terjadi sejak bulan Juli 2020 lalu dan baru terungkap setelah belasan mahasiswi yang menjadi korbannya resah
Bocah SMP yang tidak terima itu pun melaporkan peristiwa ini ke polisi.
Belakangan diketahui, perbuatan keji itu ternyata dilakukan oleh mantan pacar ibunya.
Remaja yang kini trauma itu juga mengadu ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya untuk minta pendampingan dan perlindungan hukum.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala KPAID Kabupaten Tasikmalaya, Ato Rinanto.
"Saya ke sini mendampingi korban dan ibu korban untuk melaporkan kejadian kekerasan verbal yang dialami anak ini," ujar Ato di Mako Polresta Tasikmalaya, Senin (28/9/2020).
"Selama ini, korban trauma karena potongan screenshot video tak senonoh ibunya disebarkan oleh seseorang di media sosial dan dikirim oleh pelaku langsung ke WhatsApp teman dan guru di sekolahnya," jelasnya.
Ato menceritakan, ibu korban sudah cerai dengan suaminya.
Ibu muda berumur 35 tahun itu membesarkan anak-anaknya seorang diri.
Bocah SMP itu adalah anak sulung korban dengan suami pertamanya.
Diberitakan Kompas.com, foto dan video tak senonoh diketahui disebarkan oleh mantan pacar sang ibu.
Hal ini diketahui setelah sang ibu mengaku bahwa foto-foto yang beredar itu didapat dari potongan rekaman video call yang ia lakukan dengan mantan pacarnya.
Ia mengakui sempat melakukan video call untuk bermesraan jarak jauh dengan pria yang saat itu menjadi kekasihnya.
Diduga lantaran tak terima diputus, foto-foto bugil pun disebarkan mantan pacarnya.
"Kekerasan verbal ini bermula saat ibu korban punya pacar asal Jakarta dan putus. Ibunya melakukan video call tak senonoh saat masih pacaran," ujar Ato.
"Saat sudah putus foto-foto potongan rekaman video itu disebarkan oleh pelaku ke teman-teman dan guru sekolah korban. Korban pun trauma dan minta pendampingan kita (KPAID)," sambungnya.
