Katanya Google Selalu Bohong, Anak Ini Lapor ke Nadiem Makariem: Tolong Pak, Ini Selalu Dapat Nol

Selama masa pandemi Covid-19 ini banyak siswa yang mengeluh belajar online, mereka kesulitan belajar dari rumah

Tangkap layar YouTube THYO ARMHYN18
Bocah ini ngeluh ke Nadiem Makarim prihal tugas menumpuk akibat School From Home (SFH) 

Bahkan, kebijakan mengenai pendidikan pun tak luput dari dampaknya saat ini.

Selama masa pandemi Covid-19 ini cukup banyak perubahan yang diambil dalam kebijakan.

TRIBUNPEKANBARU.COM - Tak sediki akibat yang ditimbulan oleh wabah virus corona.

Tidak hanya soal penyakit menular yang membuat banyak korban berjatuhan dan kritis di rumah sakit, namun juga berefek pada aktivitas masyarakat, salah satunya adalah belajar mengajar.

Di Indonesia sendiri virus corona atau pandemi Covid-19 sudah berlangsung hampir 7 bulan lamanya.

Berbagai cara dilakukan agar dapat mencegah penularan dan makin meningkatnya angka penyebaran wabah corona ini.

Di antaranya melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Selain itu protokol kesehatan terus diimbau kepada warga agar tetap memakai masker, menjaga jarak dan menjaga kesehatan.

Pandemi Covid-19 di Indonesia tak hanya mempengaruhi masalah kesehatan, namun juga berdampak pada ekonomi yang merosot.

Bahkan, kebijakan mengenai pendidikan pun tak luput dari dampaknya saat ini.

Selama masa pandemi Covid-19 ini cukup banyak perubahan yang diambil dalam kebijakan.

Termasuk proses dan kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Kini banyak sekolah yang memberlakukan sistem belajar di rumah atau sekolah online, bisa juga disebut daring (dalam jaringan).

Hal ini dilakukan guna meminimalisir penyebaran virus corona atau Covid-19 di Tanah Air.

Belajar di rumah ini dijalankan dan diterapkan untuk pendidikan dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).

Tak hanya itu, belajar melalui sistem daring ini juga diberlakukan di jenjang perkuliahan.

Sehingga pada akhirnya membuat sekolah dan kampus meliburkan proses belajar mengajar dengan beralih ke kelas online.

Yakni para guru dan murid pun berinteraksi menggunakan pesan singkat, video call dan aplikasi yang bisa memudahkan daring berjalan sesuai dengan aturan sekolah masing-masing.

Beragam cerita mengenai sekolah online pun mewarnai linimasa media sosial.

Salah satunya, kisah unik yang satu ini yakni seorang bocah mengeluh tugas numpuk hingga nilai hasil belajar onlinenya buruk terhadap Nadiem Makarim.

Seorang bocah mengadu pada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nadiem Makarim baru-baru ini.

Bocah tersebut mengeluarkan keluh kesahnya selama menjalani masa belajar online.

Tak hanya mengadu, bocah tersebut juga menangis histeris mengutarakan keluh kesahnya lantaran banyaknya tugas yang menumpuk.

Ia juga memperlihatkan hasil nilainya yang didapat selama belajar online, dan hasilnya sangat buruk.

Hal ini diutarakannnya melalui sebuah akun TikTok.

Tak butuh waktu lama, keluhan bocah ini pun viral di media sosial dan dibagikan ulang oleh berbagai macam akun termasuk YouTube Channel THYO ARMHYN18.

Dalam video tersebut, diketahui jika bocah perempuan tersebut berasal dari Palembang.

Keluhannya terkait belajar online langsung ditujukan langsung untuk Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nadiem Makarim.

"Assalamu'alaikum Pak Nadiem, saya Paula fira dari Palembang, saya mau mengucapkan pemerintah sekarang lebih memilih sekolah online dan tugas yang menumpuk," ungkap bocah tersebut dan langsung menangis histeris.

"Pak Nadiem tolong, tolong," tambahnya lagi.

"Pak Nadiem bisa liat nilai saya, mbah Google bohong, selalu bohong, nih dapet nol," ungkap bocah itu sambil memperlihatkan nilainya.

Tak hanya itu bocah ini juga mengeluhkan banyak tugas yang belum selesai dengan ekspresi yang geram.

"Banyak yang kosong pak Nadiem, banyak sekali belum tugas mana yang numpuk," ungkapnya sambil terisak-isak.

Berikut videonya

Kisah di atas merupakan salah satu dari beragam kisah sekolah online dari berbagai daerah.

Termasuk salah satunya di daerah Pagar Alam, Sumatera Selatan.

Di daerah ini sekolah online dirasa cukup sulit bagi murid karena kendala oleh sinyal internet.

Sehingga para murid harus mendaki bukit untuk bisa belajar online atau daring.

Sejumlah siswa yang ada di Desa Tanjung Taring dan Tanjung Keling, Kelurahan Burung Dinang, Kecamatan Dempo Utara, Pagaralam sampai saat ini masih kesulitan melakukan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sistem Daring yang masih diberlakukan pemerintah di masa pandemi Covid-19 saat ini.

Pasalnya, puluhan siswa SMA dan SMP di dua desa tersebut kesulitan mendapatkan sinyal internet.

Hal ini disebabkan kawasan tersebut masih merupakan kawasan blank spot.

Pantauan Sripoku.com, Sabtu (5/9/2020) menyebutkan, puluhan siswa warga dua desa tersebut harus berada di atas bukit untuk bisa melakukan belajar daring.

Hal ini disebabkan hanya di atas bukit tersebut yang bisa menemukan sinyal internet.

Melihat susahnya para siswa yang harus panas-panasan saat berlajar karena tidak ada tempat berteduh, warga Desa Tanjung Keling secara swadaya melakukan gotong royong membuat pondok untuk anak-anak mereka belajar daring.

Ketua RW 02 Desa Tanjung Keling, Topa, mengatakan pihaknya sangat prihatin melihat anak-anak mereka harus berpanas-panasan di atas bukit untuk bisa melakukan KBM sistem Daring.

Karena hanya di atas bukit yang cukup jauh dari permukiman tersebut terdapat sinyal handphone.

"Selama ini anak-anak kami ini belajar diatas bukit ini dengan panas-panasan karena tidak ada tempat berteduh.

Kadang mereka harus masuk dibawa rerumputan agar terhindari dari terik matahari," ujarnya.

Melihat kondisi ini warga berinisiatif untuk membuat pondok sederhana agar siswa yang sedang Daring tidak kepanasan atau kehujanan.

"Kami secara swadaya dan gotong royong membuat pondok menggunakan bambu dan plastik mulsa sebagai atapnya agar anak-anak kami bisa belajar tanpa harus kepanasan dan kehujanan," katanya.

Sementara itu, Ketua RT 06, Endang menambahkan, sebagai orang tua kadang khawatir saat anak-anak mereka harus belajar diatas bukit.

Hal ini disebabkan lokasinya cukup jauh dari permukiman.

"Kita kadang khawatir saat mereka berada disana, karena lokasinya jauh dan sepi.

Ditambah karena berada diatas bukit kawasan tersebut rawan longsor bahkan sudah ada jalan yang amblas," tambahnya.

Warga berharap pihak pemerintah atau ada donatur yang bisa membantu membangun pondok yang cukup baik agar para siswa dapat belajar dengan nyaman dan aman selama sistem daring ini masih diberlakukan.

Artikel ini telah tayang di sripoku.com dengan judul

 Bocah Asal Palembang Ini Ngeluh ke Nadiem Makarim Gegara Tugas Numpuk Akibat Sekolah Online: Tolong

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved