Kemenangan Trump Bakal Jadi Petaka Bagi Palestina Namun Berkah Bagi Taiwan, ini Sebabnya
Tak hanya para pendukung Donald Trump dan Joe Biden saja yang ingin jagoannya menang, negara lain pun berharap jagoannya menang di Pemilu AS.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Amerika Serikat (AS) merupakan negara yang menjadi sentral kebijakan dunia. Sebab itu, suasana politik di AS sangat menentukan perekonomian bahkan keamanan dunia.
saat ini AS sedang menggelar Pemilu yang diikuti oleh petahana Donald Trump.
Donald Trump mendapat lawan berat dari Capres partai Republik, yaitu Joe Biden.
Tak hanya para pendukung Donald Trump dan Joe Biden saja yang ingin jagoannya menang, negara lain pun berharap jagoannya menang di Pemilu AS.
Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh misalnya. Ia berharap Pemilu AS dimenangkan oleh Joe Biden.
Ia mengatakan, kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden mendatang di Amerika Serikat (AS) akan menjadi bencana bagi rakyat Palestina dan dunia pada umumnya.
Dalam komentar yang dibuat selama pertemuan dengan legislator Eropa pada Selasa (13/10), Shtayyeh mengatakan, dalam empat tahun terakhir pemerintahan Trump telah sangat merugikan Palestina.
Komentar tersebut juga diposting di halaman Facebook Shtayyeh.
"Jika hal-hal akan berubah di Amerika Serikat, saya pikir ini akan mencerminkan dirinya secara langsung pada hubungan Palestina-Israel," kata Shtayyeh, merujuk pada calon presiden AS dari Partai Demokrat Joe Biden jika memenangkan pemilihan 3 November mendatang.
Dan itu akan mencerminkan juga pada hubungan bilateral Palestina-Amerika.
Warga Palestina biasanya menahan diri untuk tidak mengambil posisi publik yang eksplisit dalam pemilihan presiden AS.
Komentar Shtayyeh mencerminkan rasa putus asa di pihak Palestina setelah serangkaian langkah kontroversial oleh Washington, termasuk pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada akhir 2017 dan selanjutnya relokasi kedutaan di sana.
Pada saat itu, para pemimpin Palestina menilai AS tidak lagi menjadi perantara yang jujur dalam negosiasi.
Setelah itu, AS menutup kantor misi Organisasi Pembebasan Palestina di Washington sebagai tanggapan atas penolakan Otoritas Palestina untuk mengadakan pembicaraan yang dipimpin AS dengan Israel.
Trump juga memotong ratusan juta dolar bantuan AS untuk Palestina, dan awal tahun ini mengeluarkan apa yang disebut "rencana Timur Tengah" yang langsung ditolak oleh Palestina karena terlalu menguntungkan bagi sekutu setia AS, Israel.
Ini membayangkan aneksasi Israel atas petak besar Tepi Barat yang diduduki termasuk pemukiman ilegal Yahudi dan Lembah Jordan yang memberi Israel perbatasan timur permanen di sepanjang Sungai Jordan.
Pemerintahan Trump juga mengatakan tidak lagi menganggap permukiman Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur ilegal, membalikkan kebijakan AS selama beberapa dekade. Ini langkah yang dikutuk oleh Palestina dan kelompok hak asasi manusia.
Baru-baru ini, pemerintahan Trump juga telah membujuk dua negara Teluk Arab, Uni Emirat Arab dan Bahrain, untuk membangun hubungan diplomatik penuh dengan Israel dan mendorong negara-negara Arab lainnya untuk mengikutinya.
Kesepakatan yang diumumkan pada bulan Agustus dikecam Palestina sebagai pengkhianatan berat oleh negara-negara Arab, yang semakin merusak upaya mereka untuk mencapai penentuan nasib sendiri.
Mereka juga melemahkan konsensus tradisional Arab bahwa pengakuan Israel hanya datang sebagai imbalan atas negara Palestina yang merdeka.
Untuk saat ini, mayoritas negara Arab mengatakan mereka tetap berkomitmen pada Inisiatif Perdamaian Arab yang menyerukan penarikan penuh Israel dari wilayah Palestina yang diduduki setelah tahun 1967 dengan imbalan perdamaian dan pembentukan hubungan penuh.
Taiwan berharap Trump menang
Sementara itu, pemerintah Taiwan berharap, Presiden AS Donald Trump kembali memimpin AS untuk melawan China.
Melansir Kontan yang mengutup Reuters, Juru Bicara Parlemen Taiwan pada Senin (5/10/2020) mengatakan Taiwan beberapa waktu belakangan mendapat tekanan militer yang semakin parah dari China.
China semakin agresif mengklaim pulau itu sebagai wilayah kedaulatannya.
Angkatan udara China sering mengirim serangan mendadak ke Taiwan dalam beberapa pekan terakhir.
Berbicara menjelang perayaan Hari Nasional Taiwan pada hari Sabtu, Ketua parlemen You Si-kun mengatakan dia terkejut mendengar penyakit Trump, dan bahwa dia berharap dia baik-baik saja dan segera sembuh.
“Saya ingin mengambil kesempatan ini untuk mendoakan dia cepat sembuh, jadi dia bisa terus memimpin dunia agar bebas dalam melawan kemarahan komunis China,” kata You, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Sejak Trump menjabat, hubungan Tiongkok-AS telah anjlok ke titik terendah dalam beberapa dekade, dengan beragam argumen mengenai perdagangan, Hong Kong, Taiwan, dan berbagai masalah lainnya.
Pemerintahan Trump telah menjadikan perlawanan terhadap China sebagai platform kebijakan utama, dan sangat vokal dalam mengkritik catatan hak asasi manusia China, baik di wilayah China paling barat Xinjiang atau Hong Kong yang dikuasai China.
Meski Amerika Serikat seperti kebanyakan negara tidak secara resmi mengakui pemerintah Taiwan, namun negara tersebut adalah pemasok utama senjata dan pendukung internasional terkuat.
Baik Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dan Presiden China Xi Jinping telah memberikan harapan terbaik mereka kepada Trump dan istrinya Melania.
(*)
Sumber: Kontan
