Kepala Dinas Kependudukan Sampai Minta Maaf, Warga Urus Administrasi Kependudukan hingga ke Jakarata
Kepala Dinas harus minta maaf karena kelalaian pelayanan yang dilakukan jajarannya terhadap seorang warga.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Kepala Dinas harus minta maaf karena kelalaian pelayanan yang dilakukan jajarannya terhadap seorang warga.
Seorang warga, Yaidah harus bersusah payah mengurus administrasi kependudukan, akta kematian anaknya hingga ke Kementerian Dalam Negeri.
Sosok Yaidah, seorang warga Surabaya yang harus rela bersusah payah mengurus akta kematian anaknya hingga ke Jakarta.
Yaidah nekat mengurus akta kematian hingga ke Jakarta karena tak mendapatkan pelayanan maksimal ketika mengurus di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Pemkot Surabaya.
Akta kematian itu nantinya akan dipakai untuk mengurus klaim asuransi yang jangka waktunya hanya 60 hari.
Setelah kisah Yaidah ini ramai dan viral, Kepala Dispendukcapil Surabaya, Agus Imam Sonhaji mendatangi rumahnya dan meminta maaf.
Baca juga: 5 Hari Tak Pulang, Seorang Pria di Kepulauan Meranti Ditemukan Tak Bernyawa di Sebuah Gubuk
Berikut fakta selengkapnya:
1. Tak bisa dilayani di Gedung Siola
Kejadian bermula dari Anak Yaidah yang meninggal pada Juli 2020.
Pada awal Agustus dia pun sudah mengurus akta kematian anaknya di Kelurahan. Namun, hingga sebulan tak ada kabar.
"Kok sampai pertengahan September juga belum jadi, bingung lah saya," kata Yaidah, saat dihubungi, Sabtu (24/10/2020).
Padahal dia mengatakan, butuh akta itu segera. Sebab, dibutuhkan untuk klaim asuransi yang diberi deadline 60 hari.
Lantaran belum mendapat kepastian, 21 September kemudian dia mencoba untuk langsung bertanya ke pelayanan di Gedung Siola.
Lantaran situasi pandemi, saat itu petugas menyampaikan pelayanan tatap muka sementara ditiadakan. Petugas awalnya menyuruh Yaidah untuk kembali mengurus di Kelurahan.
"Tak bilang gini, kalau di Kelurahan bisa, saya gak mungkin kesini," kata Yaidah menirukan kembali ucapannya kepada petugas saat itu.
Akhirnya, oleh petugas Yaidah diperkenankan masuk langsung ke Kantor Dispendukcapil di lantai 3 Gedung Siola.
Sesampainya disana, petugas yang berjaga sempat mengarahkan Yaidah untuk kembali ke lantai dasar, tempat pelayanan. Sempat terjadi perdebatan. Namun akhirnya, berkas yang dibawa oleh Yaidah diterima petugas.
Baca juga: 126 Pinjaman Online Diblokir Pada Oktober 2020, Ini Daftar Terbaru Pinjol Legal dan Terdaftar
2. Ada tanda petik
Setelah menunggu, akhirnya petugas yang membawa berkas pun datang menemui Yaidah. Sayangnya, dia menyampaikan jika akta kematian anak Yaidah tidak bisa diakses.
"Loh kaget, kenapa? nama anak ibu ada tanda petiknya, tanda petik ini harus menunggu konsul dari Kemendagri di pusat," cerita Yaidah.
Selepas itu, dia berpikir bagaimana agar pengurusan itu cepat. Dia memikirkan bagaimana lamanya jika harus menunggu hasil dari pusat itu.
3. Nekat ke Jakarta
Akhirnya Yaidah nekat ke Jakarta langsung.
Namun sesampainya di ibu kota, jalan Yaidah masih menemui kendala. Ternyata bukan di Kemendagri sebagaimana disebut petugas. Padahal dia sudah sampai di kantor tersebut.
Oleh petugas disana dia diarahkan ke Kantor Direktorat Kependudukan dan Pencatatan sipil di Jakarta Selatan.
Kadung sampai di Jakarta, akhirnya dia pun kembali naik ojek ke Jakarta Selatan.
"Saya sendirian, waktu itu Jakarta PSBB," kata dia.
Sesampainya disana, petugas kaget lantaran ternyata Yaidah merupakan warga Surabaya. Harus jauh-jauh ke Jakarta. Oleh petugas, dia disuruh nunggu.
Beruntungnya, saat itu dia bertemu petugas yang kebetulan merupakan orang Sidoarjo. Akhirnya, Yaidah curhat kepada petugas tersebut.
Dengan dibantu petugas itu, akhirnya akta kematian anak Yaidah berhasil didapat dari petugas Dispendukcapil Surabaya. Dia berharap apa yang terjadi padanya ini, tak terjadi pada orang lain.
"Tidak terulang lagi, dan ada perbaikan," harapnya.
Baca juga: Hari Ini BEM SI Demo Lagi Tuntut Pembatalan UU Cipta Kerja di Jakarta, Presiden Jokowi Ada di Bogor
4. Dispendukcapil minta maaf
Sementara itu, Dispendukcapil memberikan klarifikasi terkait ramainya kisah Yaidah itu. Pemkot meminta maaf dan menyebut hal itu lantaran miskomunikasi.
Kepala Dispendukcapil Surabaya, Agus Imam Sonhaji mengatakan, saat Yaidah ke Siola saat itu memang pelayanan tatap muka sementara ditiadakan.
“Kebanyakan mereka bekerja dari rumah,” kata Agus.
Yaidah disana mendapat informasi dari petugas yang kurang tepat. Sebab, petugas itu tidak memiliki kapabilitas dalam menyelesaikan permasalahan Adminduk (Administrasi Kependudukan).
Alhasil, Yaidah salah menangkap pemahaman dan mengharuskan ke Kemendagri untuk menyelesaikan akta kematian anaknya itu.
"Sebenarnya proses input nama yang bertanda petik ke SIAK dapat diselesaikan oleh Dispendukcapil. Progres itu juga dapat di-tracking melalui pengaduan beberapa kanal resmi Dispendukcapil,” terang Agus.
"Kita tetap menyampaikan permohonan maaf kepada Bu Yaidah atas miskomunikasi ini, kami minta maaf. Ini juga sebagai evaluasi catatan bagi kami agar ke depan lebih maksimal dalam melayani,” ucap Agus.
5. Kadispendukcapil datang ke rumah
Rombongan Pemkot datang secara langsung ke rumah Yaidah, Selasa (27/10/2020).
Rombongan Dispendukcapil diterima langsung oleh Yaidah beserta suaminya, Sutarman. Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Surabaya Agus Imam Sonhaji datang langsung ke rumah Yaidah.
Dia datang untuk mendengar langsung kronologi dari Yaidah perihal pengurusan akta kematian anaknya hingga Yaidah harus ke Kemendagri. Agus meminta maaf kepada Yaidah.
"Beliau sudah legowo menerima permohonan maaf kami dan terus terang saya lega. Karena sebagai sesama manusia sudah tidak ada masalah lagi," kata Agus.
Dalam pertemuan itu, Agus menyampaikan sebenarnya pengurusan semacam itu bisa dilakukan di Surabaya tanpa harus ke Jakarta. Sebab itu, Agus meminta maaf.
Yaidah, menerima permintaan maaf dari Pemkot Surabaya. Dia sudah memaafkan jajaran Dispendukcapil.
Yaidah juga sempat menyampaikan saran dan masukan kepada Dispendukcapil agar ke depan pelayanannya lebih baik ketika menghadapi warga.
“Iya saya maafkan Pak,” kata Yaidah.
6. Beri uang ganti transport
Uang ganti transport itu, kata Agus, sebagai bentuk rasa kepedulian.
Yaidah mengaku lega dan mau menerima bantuan sebagai pengganti tiket transportasi ke Jakarta.
Meski permasalahan itu sudah clear, Agus tak menampik akan melakukan evaluasi di internal Dispendukcapil. Termasuk penanganan pada petugas yang saat itu melayani Yaidah.
Sebab, informasi yang tidak utuh dari petugas membuat masalah itu terjadi. Hingga Yaidah harus berangkat ke ibu kota.
“Alhamdulillah ini sudah selesai, karena akta kematian anaknya sudah diterima tanggal 23 September lalu dan asuransi yang menjadi haknya sudah selesai juga beberapa saat setelah itu," kata Agus.
"Beliau sudah memaafkan kami semua, itu yang paling penting dan perlu digaris bawahi bagi kami,” lanjut Agus.
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Perjuangan Yaidah Urus Akta Kematian Hingga ke Jakarta Bikin Kadispendukcapil Surabaya Minta Maaf, https://surabaya.tribunnews.com/2020/10/28/perjuangan-yaidah-urus-akta-kematian-hingga-ke-jakarta-bikin-kadispendukcapil-surabaya-minta-maaf?page=all.
Penulis: Yusron Naufal Putra
Editor: Musahadah