Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Kotori Jenazah hingga Eksekusi Tahanan, Dugaan Kejahatan Perang Azerbaijan-Armenia Diselidiki

Beredar video yang beredar di media sosial selama pertempuran yang diduga menunjukkan eksekusi tahanan perang Armenia oleh pasukan Azerbaijan

Editor: Nurul Qomariah
HANDOUT / ARMENIAN DEFENCE MINISTRY / AFP
Tentara Armenia menembakkan artileri saat bertempur melawan Azerbaijan. 

TRIBUNPEKANBARU.COM, BAKU - Dugaan adanya kejahatan perang tengah diselidiki selama 6 pekan pertempuran memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh.

Jaksa penuntut umum Baku pada Rabu (25/11/2020) mengatakan, sedang menyelidiki dugaan kejahatan perang yang dilakukan oleh pasukan Armenia dan Azerbaijan.

Azerbaijan dan Armenia saling menuduh telah melakukan kejahatan perang dalam pertempuran sengit yang meletus di Karabakh pada 27 September.

Menyalakan kembali konflik mereka yang membara untuk menguasai wilayah itu.

Baca juga: Pak RT Lari Minta Tolong Lihat Ada Pria Tergantung dengan Wajah Membiru Dalam Pondok di Kebunnya

Baca juga: 1.164 Pasien Covid-19 dari 1.374 Orang di Siak Sembuh, Penambahan Per Hari Masih Tetap Ada

Baca juga: Hulu Ledak Tak Terdeteksi Musuh,Tembak Sasaran Jarak 7,2 Km, Alusista Baru Batalyon Arhanud 213/PBY

Melansir AFP pada Rabu (25/11/2020), terdapat video yang beredar di media sosial selama pertempuran yang diduga menunjukkan eksekusi tahanan perang Armenia oleh pasukan Azerbaijan.

Dan tentara Armenia yang mengotori jenazah prajurit Azerbaijan.

Jaksa Agung Azerbaijan, Kamran Aliyev mengatakan kepada AFP bahwa kantornya sedang mempelajari rekaman tersebut.

Sebagai bagian dari penyelidikan atas perlakuan tidak manusiawi terhadap para tahanan Azerbaijan dan pencemaran tubuh pasukan Azerbaijan.

"Kami juga telah memulai penyelidikan atas perlakuan tidak manusiawi terhadap prajurit Armenia yang ditahan," katanya dalam sebuah wawancara.

"Ada banyak video palsu. Tapi, harus terus terang juga ada video yang bisa jadi asli," ujarnya.

"Azerbaijan adalah negara hukum dan kami bereaksi terhadap fakta semacam itu," tambahnya.

Dia mengatakan, bahwa Azerbaijan juga telah memulai penyelidikan 73 kasus kriminal yang dilakukan oleh pasukan Armenia dengan menembaki sasaran sipil di Azerbaijan.

Serangan itu, "merenggut nyawa 94 warga sipil, termasuk anak-anak kecil, wanita dan orang tua," kata Aliyev.

Lalu, ia mengatakan bahwa ada 4 pemimpin separatis Armenia, termasuk presiden republik Nagorno-Karabakh yang tidak dikenal, Arayik Harutyunyan, didakwa melakukan kejahatan perang in absentia.

Nagorno-Karabakh mendeklarasikan kemerdekaan dari Azerbaijan hampir 30 tahun yang lalu, tetapi belum diakui secara internasional, bahkan oleh Armenia.

Pertempuran yang meletus pada 27 September berlangsung lama, meskipun ada upaya oleh Perancis, Rusia, dan Amerika Serikat untuk mendorong gencatan senjata.

Kesepakatan perdamaian yang ditengahi Moskwa diumumkan pada 10 November, setelah militer Azerbaijan membanjiri pasukan separatis Armenia.

Dan mengancam akan bergerak maju ke kota utama Karabakh, Stepanakert.

Di bawah perjanjian tersebut, Armenia kehilangan kendali atas 7 distrik yang direbut selama perang pasca-Soviet pada 1990-an.

Menewaskan 30.000 orang dan membuat banyak orang Azerbaijan yang dulu tinggal di sana mengungsi.

PM Armenia Akui Bertanggung Jawab

Sementara itu, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengakui dirinya bertanggung jawab atas kekalahan dari Azerbaijan di Nagorno-Karabakh.

Dia kemudian mengumumkan adanya paket kebijakan selama enam bulan untuk memastikan stabilitas demokrasi, meski pemeirntahannya tengah digoyang.

Pashinyan mengabaikan tekanan dari oposisi maupun massa untuk mengundurkan diri, setelah kekalahan Yerevan di kawasan Kaukasia itu.

Kekalahan itu terjadi setelah Armenia menerima gencatan senjata yang ditawarkan Rusia, mengakhiri perang melawan Azerbaijan selama enam pekan terakhir.

Berdasarkan kesepakatan itu, separatis yang didukung Yerevan harus mundur dari wilayah yang bisa direbut pasukan Azerbaijan, termasuk kota penting Shusha.

Pada awal pekan ini, Menteri Luar Negeri Zohrab Mnatsakanyan mengundurkan diri, dengan Presiden Armen Sarkissian menyerukan pemilu dini.

Dalam tulisannya di Facebook pada Rabu (18/11/2020), Nikol Pashinyan menyatakan dirinya bertanggung jawab atas kekalahan di Karabakh.

Namun daripada menuruti oposisi untuk mundur, dia berdalih fokusnya saat ini adalah memastikan keamanan nasional dan stabilitas negara.

"Saya berusaha untuk teguh," ungkap Pashinyan seraya menyebutkan 15 langkah yang hendak dia eksekusi, seperti diberitakan Al Jazeera.

Saat ini, dia berfokus kepada pemulihan negosiasi formal terkait Nagorno-Karabakh melalui Grup OSCE Minsk, beranggotakan AS, Rusia, dan Perancis. Halaman Selanjutnya

Fokus kedua PM Armen berusia 45 tahun itu adalah memulangkan warga ke area Karabakh yang masih dikuasai oleh separatis Armenia.

Ini berarti selain memulihkan infrastruktur dan rumah yang rusak, pemerintahan Pashinyan menyantuni keluarga prajurit yang tewas, serta merawat yang terluka.

Dia juga berencana mengajukan status legal Nagorno-Karabakh, mereformasi militer, mengamandemen konstitusi, hingga menghentikan penyebaran virus corona.

"Pada Juni 2021 saya akan memberikan roadmap-nya. Opini publik dan tindakannya akan menentukan langkah ke depannya," tulis Pashinyan.

Sementara itu, Azerbaijan melakukan tur ke daerah yang berhasil mereka rebut sejak perang pecah pada 27 September, yang menewaskan lebih dari 1.000 orang.

Asisten Presiden Ilham Aliyev, Hikmet Hajiyev, membagikan video di Fuzuli yang memerlihatkan tak ada bangunan solid di Twitter.

(Sumber: Kompas.com)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kalah dari Azerbaijan di Nagorno-Karabakh, PM Armenia Akui Bertanggung Jawab"

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Perang Azerbaijan-Armenia Tengah Diselidiki Adanya Dugaan Kejahatan Perang "

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved