NGERI, Mirip Kejadian di Palu, Fenomena Tanah Bergerak di Jabar dan Jateng, Belasan Rumah Rusak
Tanah bergerak ini diduga dipicu hujan dengan intensitas tinggi selama sepekan ini. Pada 2018, di lokasi ini juga pernah terjadi bencana serupa.
TRIBUNPEKANBARU.COM- Bencana tanah bergerak menerjang Kampung Cicadas RT 04, RW 08, Desa Neglasari, Kecamatan Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat.
Akibat bencana geologi ini, belasan rumah mengalami retak pada lantai dan tanah.
Puluhan penghuni rumah diungsikan sementara ke tempat yang lebih aman.
Berdasarkan informasi sementara dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, bencana tanah bergerak terjadi pada Jumat (11/12/2020) sore.
"Informasi sementara yang kami terima ada 14 rumah terdampak tanah bergerak," ujar Pelaksana tugas (Plt) Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sukabumi Anita Mulyani kepada Kompas.com Jumat petang.
Baca juga: Pengungsi Rohingya di Aceh Sering Kabur ke Malaysia, Ternyata Ini Penyebabnya
"Seluruh penghuninya ada 14 kepala keluarga berjumlah 49 jiwa akan diungsikan ke rumah keluarga dan kerabatnya," kata dia.
Anita menuturkan, tanah bergerak ini diduga dipicu hujan dengan intensitas tinggi selama sepekan ini.
Namun, pada 2018, di lokasi ini juga pernah terjadi bencana tanah bergerak.
Saat 2018 itu, sebanyak 14 unit rumah juga rusak.
Kini wilayah yang terdampak semakin meluas.
"Bukan satu titik saja, retakannya juga semakin lebar dan panjang," tutur dia.
Baca juga: Kepulangan Habib Rizieq dari Arab Ternyata Dibahas Saat Rapat Kabinet, Jokowi Sudah Siapkan Skenario
Saat ini, menurut Anita, Petugas Penanggulangan Bencana Kecamatan (P2BK) Cibadak dan Satuan Tugas (Satgas) BPBD sedang menangani bencana tanah bergerak.
Mereka juga sudah berkoordinasi dengan unsur Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Cibadak dan Pemerintahan Desa Neglasari.
Penanganan bencana ini juga melibatkan para relawan kemanusiaan.
9 Rumah Warga di Banyumas Ikut Rusak
Fenomena tanah bergerak terjadi di Dusun Semaya RT 006 RW 006, Desa Sunyalangu, Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Akibatnya, sebanyak sembilan rumah warga rusak.
Bagian tembok dan lantai rumah retak-retak. Selain itu, area kebun di belakang rumah juga amblas hingga satu meter.
Baca juga: Frustasi Cinta Digantung, 8 Tahun Tak Kunjung Dinikahi, Wanita Ini Laporkan Pacarnya ke Pengadilan
Kiwen (63), warga setempat mengatakan, fenomena tersebut sebenarnya telah terjadi sejak tahun kemarin.
Namun, memasuki hujan tahun ini, retakan tembok rumah semakin parah.
"Rumah punya anak saya retak-retak sejak tahun kemarin, tapi tahun ini semakin parah. Sekarang ada sekitar sembilan rumah yang rusak, dapurnya njeblos (ambles)," kata Kiwen saat ditemui, Jumat (11/12/2020).
Warga lainnya, Agus (30) mengatakan, pergerakan tanah tahun ini terjadi saat aliran Sungai Logawa yang berada jauh di bawah permukiman warga banjir, beberapa waktu lalu.
"Area kebun amblesnya semakin dalam waktu ada banjir kemarin. Tahun kemarin bagian bawah, terus sekarang tanah yang di atasnya juga ambles. Amblesnya lebih dari satu meter," ujar Agus.
Baca juga: Dipergoki Suami dengan PIL di Hotel, Istri Malah Lapor ke Polisi Tak Terima Selingkuhan Dianiaya
Sementara itu Kepala Dusun Semaya M Yunus mengatakan, pemerintah desa setempat telah mengalokasikan anggaran untuk menangani pergerakan tanah di wilayah tersebut.
Yunus mengatakan, rencananya akan dibuat saluran air di belakang permukiman warga yang berbatasan dengan kebun.
"Kami sudah menganggarkan untuk pembuatan saluran air di belakang permukiman warga. Tapi karena ada Covid-19, penanganan tersebut tertunda," kata Yunus.
Pekan Lalu di Purbalingga
Warga Dusun Pagersari, Desa Tumanggal, Purbalingga, Jawa Tengah, waswas dengan kondisi tanah dusunnya yang terus bergerak.
Akibat kondisi itu, mulai Kamis (3/12/2020) kemarin, tercatat sebanyak 36 rumah rusak dan 165 kepala keluarga mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purbalingga, Umar Fauzi mengatakan, pergerakan tanah terjadi sekitar pukul 18.00 WIB.
"Pergerakan tanah diakibatkan oleh faktor hujan yang mengguyur kawasan ini sejak pagi sampai malam hari," katanya saat ditemui di lokasi, Jumat (4/12/20.
Baca juga: Naufal Menolak Digendong, Sejak Usia 10 Bulan Ditinggal Ayah Kandung yang Berprofesi Tentara
Umar menjelaskan, faktor topografi dengan kemiringan 30 derajat membuat tanah di Dusun Pagersari semakin labil.
Akibatnya, puluhan rumah mengalami retak di bagian dinding, bahkan beberapa di antaranya roboh.
"Kerusakannya mulai dari rusak ringan hingga dapurnya ambruk. Karena elevasi tanahnya turun, ada dua rumah yang amblas, jadi berpindah lokasi," ungkapnya.
Para warga merasa khawatir jika tba-tiba terjadi longsor.
Pasalnya, sudah muncul mata air baru di sekitar rumah. Air yang keluar berwarna keruh menandakan konsentrasi air di dalam tanah telah jenuh.
"Pohon-pohon juga sudah terlihat miring sekitar 10 derajat, paling kelihatan itu pohon kelapa," terangnya.
Warga mengevakuasi perabot rumah secara swadaya ke tempat yang lebih aman.
Pemerintah Desa dan BPBD memusatkan pengungsian di tiga titik yakni di SDN 2 Tumanggal, Pos dua, dan rumah warga yang tak terdampak.
"Hari ini kami turunkan tim ahli dari Fakultas Geologi Universitas Jenderal Sudirman untuk mitigasi dan menganilis terhadap penyebab dan kemungkinan terburuk dari fenomena tanah bergerak ini," ujarnya.
Hasil analisis tersebut, lanjut Umar, akan dijadikan dasar untuk menentukan langkah penanggulangan.
"Kalau misal ada rumah yang berisiko tinggi akan kami relokasi, sedangkan untuk rumah yang masih layak akan kami bantu renovasi," pungkasnya.(**)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tanah Bergerak Terjadi Lagi di Sukabumi, 14 Rumah Rusak",dan Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Fenomena Tanah Bergerak di Kabupaten Banyumas, 9 Rumah Warga Rusak",Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Heboh Tanah Bergerak di Purbalingga: Pohon-pohon Miring, 36 Rumah Rusak, 165 KK Mengungsi,
