Pedagang Ketar-ketir Terancam Bangkrut Akibat Pandemi, Pasar Bawah Pekanbaru Kembali Menggeliat
Ancaman bangkrut menghantui sejumlah pedagang yang tidak bisa bertahan dengan transaksi seadanya selama enam bulan
Penulis: Fernando | Editor: Nurul Qomariah
TRIBUNPEKANBARU. COM, PEKANBARU - Ancaman bangkrut sempat menghantui pedagang Pasar Bawah Pekanbaru akibat pandemi Covid-19.
Namun belakangan ini, aktivitas pasar wisata di Kota Pekanbaru Riau kembali menggeliat.
Seperti terlihat pada Senin (14/12/2020) sore. Sejumlah pengunjung berdatangan ke lantai 2 Pasar Bawah .
Mereka mencari aneka makanan ringan dan panganan khas di pasar wisata itu.
Banyak dari pengunjung langsung menyambangi gerai oleh-oleh untuk berburu makanan ringan atau minuman asal negeri jiran, Malaysia. Satu di antaranya Sonia.
Baca juga: Ajak Warga Terapkan Prokes Cegah Covid-19, Notaris Ragil Bagikan Masker Gratis di Pangkalan Kerinci
Baca juga: Bikin Emak-emak Pusing Atur Uang Belanja, Harga Barang Merangkak Naik, Cabe Merah Makin Pedas
Baca juga: Industri Sawit Bertahan di Tengah Pandemi,CPO di 2020 Pernah Capai Harga Tertinggi 8 Tahun Terakhir
Pengunjung asal Jakarta ini sengaja datang untuk mencari minuman kemasan asal Malaysia.
Ia hendak memberi minuman cokelat kemasan impor tersebut.
Agenda hari terakhir di Kota Pekanbaru ia habiskan dengan belanja oleh-oleh.
Dirinya mendapat referensi perihal minuman cokelat dari rekannya yang pernah berbelanja di sana.
"Pak, ada minuman cokelat Malaysia. Kalau ada dua bungkus ya Pak," ujar wanita berkerudung kepada satu penjual oleh-oleh di pasar tersebut.
Penjual tersebut melayani Sonia dengan sigap. Ia memperlihatkan sejumlah merek minuman cokelat asal Malaysia.
Wanita yang mengenakan kemeja hitam itu pun mengeluarkan satu lembar uang seratus ribu lantas berlalu membawa belanjaannya.
Sejumlah pengunjung juga silih berganti ke toko oleh-oleh itu.
Mereka berdatangan ke pasar wisata walau masih dalam pandemi Covid-19. Aktivitas di pasar ini sudah kembali berdenyut beberapa bulan belakangan.
Maklum sejak pandemi melanda pada Maret 2020 pasar itu sepi pengunjung.
Ancaman bangkrut menghantui sejumlah pedagang yang tidak bisa bertahan dengan transaksi seadanya selama enam bulan.
Yunus merasa beruntung bisa bertahan hingga kini. Ia sempat merasa khawatir kala satu persatu rekannya tutup sementara akibat pandemi melanda.
Pria 57 tahun mencoba bertahan dengan membuka tokonya saat awal pandemi.
Ia menyebut banyak rekannya terpaksa memberhentikan karyawan tokonya karena tidak sanggup memberi gaji.
"Waktu lock down April lalu kita buka saja. Yang lain ada yang terpaksa tutup dulu," ujarnya.
Yunus mengisahkan bahwa pandemi sangat berdampak untuk penjualan di tokonya. Penjualannya merosot drastis kala itu.
Satu hari omset yang ia peroleh hanya Rp 100.000. Padahal saat hari nornal omset yang ia peroleh sehari bisa mencapai kisaran Rp 8 juta.
Ia mengaku tetap buka walau tidak ada yang datang untuk membeli. Satu hari cuma satu atau dua orang saja yang berbelanja di gerainya.
Saat ini penjualan oleh-oleh di toko yang dikelolanya berangsur pulih. Setiap hari ada saja pengunjung yang datang ke Toko Sabar
Perantau asal Sumatera Barat ini mengaku penjualan di tokonya berangsur normal sejak September lalu. "Alhamdulillah sudah ada jual beli, kita percaya bisa pulih," jelasnya.
Pria yang sudah 25 tahun berjualan oleh-oleh belum memesan barang baru. Ia masih menghabiskan stok yang tersedia.
Dirinya juga bersyukur bisa bertahan hingga kini. Ia berharap denyut pasar wisata itu pelan-pelan bisa kembali normal.
Galang juga merasakan kegalauan serupa. Pengelola gerai kerupuk sanjay di lantai satu Pasar Bawah Pekanbaru ini juga merasakan penjualan yang merosot selama pandemi.
Pria 24 tahun ini tetap berjualan aneka kerupuk sanjay dan bolu kemojo pada Maret lalu. Namun diakuiny banyak menghabiskan waktu menunggu daripada melayani pembeli.
Kondisi semakin parah sejak April hingga memasuki Juni. Satu hari omset penjualan kerupuk sanjay ini hanya Rp 500.000.
"Waktu normal bisa omset 8 juta sehari. Kalau pandemi, sepi luar biasa dan penjualan merosot," kenangnya.
Beruntung bisnis yang ia geluti bersama sejumlah rekannya sesama penjuam kerupuk sanjay di pasar bawah mulai pulih.
Ia menyebut pasca Idul Fitri lalu penjualan kembali normal.
Pembeli pun sudah berdatangan. Mereka yang hendak membeli kerupuk sanjay berasal dari luar daerah seperti Jakarta, Bandung dan Malaysia.
"Kalau Sabtu dan Minggu bisa ramai sekali, sudah mulai normal lagi penjualan," paparnya.
Selain penjual oleh-oleh, penjual ikan asin dan ikan teri di lantai dasar pasar bawah juga terkena dampak pandemi.
Satu pedagang, Ibal mengaku saat pandemi omset penjualannya turun hingga Rp 3 juta.
"Biasanya satu hari sampai 4 juta lebih, kalau pandemi kemarin cuma 1 juta lebih," kenangnya.
Pria 25 tahun ini sempat memutar otak dengan berjualan via online. Mereka yang membeli secara online hanya pelanggan tetap.
Pembeli tetapnya ada yang dari Padang, Jakarta hingga Bandung. Namun kini penjualannya sudah mulai normal.
"Cuma naik 20 persen dari biasa, tapi bersyukur saja. Semoga ramai seperti dulu lagi," harap pria yang sudah berjualan ikan asin selama empat tahun. (Fernando Sikumbang)
( Tribunpekanbaru.com / Fernando Sikumbang )
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/foto_oleh-oleh_khas_di_pasar_bawah_pekanbaru_1jpg.jpg)