Penanganan Covid

Satgas COVID-19: Pandemi Covid-19 Momentum Revisi UU Kekarantinaan Kesehatan

Ketua Satgas COVID-19 Doni Monardo, meminta DPR RI menjadikan momentum penanganan COVID-19 sebagai pintu masuk untuk revisi UU Kekarantinaan.

Penulis: Ilham Yafiz | Editor: Ilham Yafiz
Tribunpekanbaru.com
Cara menggunakan masker yang benar 

Seperti misalnya, dialog antara punokawan Petruk dan Gareng mengenai flu spanyol. Pesan yang disampaikan adalah imbauan agar masyarakat menerapkan protokol kesehatan.

“Catatan itu kami dapat dari literatur media berbahasa Belanda yang terbit akhir tahun 1919,” kata Doni, yang pernah secara khusus ke Belanda. Ia dibantu tim BNPB melakukan penelusuran data kebencanaan yang pernah melanda negeri kita selama dalam cengkeraman penjajah dulu.

Itu pula alasannya mengapa Doni Monardo mengajak banyak tokoh dari berbagai disiplin dan latar belakang untuk membantu Satgas COVID-19. Bukan hanya itu, Indonesia juga kemudian dicatat sebagai negara yang paling masif melibatkan media dalam menangani pandemi.

Bekerjasama dengan Dewan Pers, Satgas COVID-19 menyelenggarakan program Fellowship Jurnalisme Perubahan Perilaku. Tak kurang dari 5.000 wartawan berbagai jenis media, ikut dalam program itu. Mereka setiap hari memproduksi berita sosialisasi tentang COVID-19, yang terbukti efektif meredam hoax.

“Tidak seperti di masa-masa awal pandemi. Kami kewalahan betul menghadapi hoax. Sekarang sudah jauh berkurang,” kata Doni.

Selain itu, Satgas COVID-19 juga bekerja sama dengan sekitar 800 media, baik televisi, radio, media online, dan media cetak. Beberapa waktu lalu, Doni Monardo bertemu Wakil Presiden Ma’ruf Amin dan Ketua Dewan Pers Moh. Nuh.

“Dalam kesempatan itu Pak Nuh berharap program kerjasama dengan wartawan dan media dilanjutkan. Kami mendukung. Sebab, 63 persen keberhasilan sosialisasi penanganan pandemi ini ada di tangan media, jadi media berperan vital,” ujar Doni pula.

Kemudian terkait kolaborasi, BNPB sejak mendapat mandat penanganan COVID-19 langsung melibatkan para pakar. “Sebab, kami tidak punya pakar epidimiologi, tidak ada ahli kesehatan masyarakat, namun kami dibantu banyak teman terutama kawan-kawan semasa bertugas di Jawa Barat yang membantu program Citarum Harum. Mereka datang ke saya memberi masukan bagaimana menangani COVID-19.

Kemudian lahirlah konsep kolaborasi yang bersifat 5S-1T. Pertama, Stragegi. Artinya, mengedepankan preventif promotif. Kedua, Struktur berupa kolaborasi Pentehelix berbasia komunitas. Ketiga, Sistem yakni manajemen penanganan berbasis gotong royong. Keempat, Skill, dalam hal ini kepakaran kesehatan masyarakat, epidemiologi, medis, IT, ekonomi, sosial, budaya, dan-lain-lain). Kelimat Speed, artinya disiplin, patuh, militan. Rantai komando dari pusat hingga RT/RW sebagai kunci penanganan perubahan perilaku.

Adapun 1-T adalah Target. “Targetnya adalah yang sehat tetap sehat, yang kurang sehat dan yang sakit diobati sempai sembuh,” papar Doni.

( Tribunpekanbaru.com )

Catatan Redaksi:

Bersama-kita lawan virus corona. Tribunpekanbaru.com mengajak seluruh pembaca untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan. Ingat pesan ibu, 3M (Memakai masker, rajin) Mencuci tangan, dan selalu Menjaga jarak).

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved