Amerika Serikat dan Iran di Ambang Perang Nuklir, Kedua Negara Saling Ancam
Militer Iran menyiapkan belasan rudal nuklir, mengantisipasi serangan dari Amerika Serikat.
Penulis: Rinal Maradjo | Editor: Rinal Maradjo
TRIBUNPEKANBARU.COM , TEHERAN - Militer Iran meningkatkan pertahanan udaranya di sekitar situs nuklir Fordo dan Natanz.
Peningkatan pertahanan udara di pusat pengayaan nuklir terbesar di Iran itu, menyusul ancaman Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Rabu (23/12/2020) lalu.
Dilansir Tribunpekanbaru.com dari The Sun pada Jumat (25/12/2020),
Ancaman Donald Trump tersebut disampaikan secara terbuka di akun Twitter resmi sang presiden.
Ancaman itu dilansir menyusul serangan roket ke kedutaan AS di Baghdad awal pekan ini.
“Kedutaan kami di Baghdad dihantam oleh beberapa roket hari Minggu. Tiga roket gagal diluncurkan. ”
“Tebak dari mana asalnya: IRAN. Sekarang kami mendengar obrolan tentang serangan tambahan terhadap orang Amerika di Irak, ” tulis Donald Trump.
“Jika satu orang Amerika terbunuh, saya akan meminta pertanggungjawaban Iran. Pikirkan itu. " tambahnya lagi.
Menteri Luar Negeri Mike Pompeo juga menyebutkan,
Iran telah bermain api dengan Amerika Serikat.
"Jangan pancing kami untuk bertindak lebih keras," sebutnya.
Ancaman Amerika Serikat itu langsung direspon oleh Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif.
Pada hari ini, ia memperingatkan ancaman serangan dari Amerika Serikat itu dapat memicu konflik yang "jauh lebih buruk" daripada Perang Irak.
Javad Zarif juga mengatakan bahwa Trump akan "memikul tanggung jawab penuh atas petualangan apa pun yang akan dilakukannya".
"Terakhir kali, AS menghancurkan wilayah kami karena fabrikasi WMD, menghabiskan 7 triliun dolar AS & menyebabkan 58.976 korban. Dan ini harus diganti," tulisnya.
Tak sekadar gertak, Iran pun langsung menyiapkan kekuatan nuklir mereka.
Surat kabar Kuwait Al-Qabas melaporkan,
Bahwa Iran meningkatkan pertahanannya di sekitar situs pengayaan uranium di Fordo dan Natanz, yang dianggap sebagai dua fasilitas nuklir utama negara itu.
Al-Qabas menjelaskan, bahwa Pengawal Revolusi Iran telah mengerahkan sistem rudal 'Power 737' serta rudal pertahanan udara 'SAM' Rusia di sekitar kedua situs tersebut.
Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat sendiri makin memanas selama minggu-minggu terakhir.
Puncak ketegangan kedua negara terjadi ketika, ilmuwan nuklir top Iran Mohsen Fakhrizadeh, dibunuh dalam serangan bom dan senjata di dekat ibu kota Teheran bulan lalu.
Iran berjanji untuk "menyerang seperti guntur" terhadap para pelaku.
Dalam pernyataanya, pemerintah Iran menyebutkan, pembunuhan itu dilakukan atas konspirasi Israel dan Amerika Serikat.
Setelah pembunuhan Fakhrizadeh, parlemen Iran menyetujui undang-undang yang membuka jalan untuk pengayaan uranium lebih lanjut - dan memblokir inspeksi PBB atas situs-situsnya.
Awal tahun ini Iran mengatakan "siap untuk perang" dengan AS saat meluncurkan rudal balistik baru.
Iran juga mengungkapkan bahwa mereka memiliki "kota rudal" bawah tanah yang penuh dengan roket dan bahan peledak.
( Tribunpekanbaru.com / Rinal Sagita )
