Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Pencitraan Soal Wanita Muslim Uighur, Twitter HAPUS Postingan Duta Besar China di Washington

Orang Uighur adalah kelompok minoritas Muslim yang sebagian besar tinggal di provinsi Xinjiang di barat laut China.

ist/serambi
MUSLIMAH etnis Uighur di Cina 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Twitter menghapus postingan Kedutaan Besar China di Washington

Dimana, twitter itu mengklaim wanita Uighur telah "dibebaskan" oleh kebijakan mereka di Xinjiang.

"Kami melarang dehumanisasi pada sekelompok orang berdasarkan agama, ras, atau etnis," kata Juru Bicara Twitter kepada Ars Technica.

Postingan tersebut terkait dengan artikel oleh media yang dikelola pemerintah yang mengklaim wanita bukan lagi "mesin pembuat bayi" karena tindakan terhadap dugaan ekstremisme agama.

Beijing diduga telah memaksa banyak wanita Uighur untuk disterilkan atau dipasangi alat kontrasepsi.

Disinyalir, kebijakan ini untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk.

Lalu, China membantah tuduhan tersebut.

Orang Uighur adalah kelompok minoritas Muslim yang sebagian besar tinggal di provinsi Xinjiang di barat laut China.

Baca juga: Pernikahan Mendadak Kacau! Mempelai Pria Kabur, Tamu Undangan Jadi Pengganti, Ternyata Karena Ini

Baca juga: Pengedar Narkoba Diringkus Polsek Tembilahan, Kerap Edarkan Sabu di Jalan Soebrantas

Baca juga: Nia Ramadhani Ngomel karena Anaknya Senyum-senyum Saat Belajar

Tweet itu, yang diterbitkan pada hari Kamis, juga mengklaim bahwa wanita Uighur "lebih percaya diri dan mandiri" sebagai hasil dari "kesehatan reproduksi" yang "dipromosikan" kepada mereka.

Selama akhir pekan, tweet tersebut diganti dengan pesan dari situs media sosial yang mengklaim tweet tersebut "melanggar" aturan Twitter, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Tweet aslinya telah dikaitkan dengan sebuah artikel oleh China Daily, sebuah surat kabar yang dikelola pemerintah, yang menuduh pemberantasan ekstremisme di Xinjiang "telah memberi perempuan Uighur lebih banyak otonomi ketika memutuskan apakah akan memiliki anak".

Artikel tersebut merujuk pada laporan Pusat Penelitian Pengembangan Xinjiang yang mengatakan: "Perubahan tersebut tidak disebabkan oleh 'sterilisasi paksa' dari populasi Uyghur.

Tahun lalu, sebuah laporan oleh pakar China Adrian Zenz menuduh wanita Uighur dan etnis minoritas lainnya diancam dengan pengasingan di kamp karena menolak untuk menggugurkan kehamilan yang melebihi kuota lahir.

Baca juga: Tim Pencarian Temukan 16 Potongan Pesawat Sriwijaya Air SJ 182, dan Bagian Tubuh Penumpang

Baca juga: Berdurasi 48 Detik, Video Syur Bidan & Kepala Puskesmas di Jember Beredar, Main di Rumah Dinas

Temuan itu didasarkan pada kombinasi data resmi regional, dokumen kebijakan, dan wawancara dengan perempuan etnis minoritas di Xinjiang.

Laporan itu juga mengatakan bahwa wanita Uighur dengan jumlah anak lebih dari yang diizinkan secara hukum, secara tidak sengaja dipasangi alat dalam rahim (IUD), sementara yang lain dipaksa untuk menjalani operasi sterilisasi.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved