DIGIGIT BUAYA, Kaki Aris Diamputasi,Apa yang Membuatnya Bangkit dari Frustasi? Simak Kisahnya
Saat buaya menggigit kakinya, Aris berupaya untuk lepas.Akhirnya ia mendapat peluang untuk menyelamatkan diri meski satu tulang kakinya hancur
Penulis: Mayonal Putra | Editor: Nurul Qomariah
TRIBUNPEKANBARU.COM, SIAK - Buaya sudah menjadi pemandangan sehari-hari bagi masyarakat Desa Teluk Lanus, Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, Riau.
Muara sungai dan perairan di desa itu merupakan habitat buaya, BBKSDA juga memberi rambu-rambu perlintasan buaya pada anak -anak sungai yang ada di sana.
Banyak kisah dan peristiwa getir, konflik manusia dan buaya di desa itu.
Aris Purwoko (30) juga punya kisah menggetirkan pada 2016 lalu. Ia punya pengalaman yang nyaris membuatnya putus asa untuk bertahan hidup.
Peristiwa itu pula yang kemudian membuatnya bangkit dan tidak menyerah dalam mengayuh roda kehidupan ini. Meskipun ia kehilangan 1 kaki.
“Kaki kiri saya digigit buaya saat saya mandi di sungai Rakar pada 2016 lalu,” kata Aris, Minggu (17/1/2021).
Peristiwa itu sempat membuatnya frustrasi.
Ia sempat merasa tidak ada lagi kesempatan.
Saat buaya menggigit kakinya ia berupaya untuk lepas dan tidak menyerah begitu saja.
Pada akhirnya ia mendapat peluang untuk menyelamatkan diri meski satu tulang kakinya hancur.
“Alhamdulillah, saya ditolong masyarakat. Saya dinaikan di atas gerobak dan didorong untuk menyelamatkan saya,” kata dia.
Aris harus mengalami amputasi kaki. Tulangnya yang hancur digigit buaya tidak lagi bisa disatukan.
Ia harus merelakan satu kakinya dibuang dari tubuhnya. Namun, sang ayah, Sahri selalu memberi semangat dan motivasi hidup.
“Ayah menyebut harus tetap semangat, sebab Tuhan sudah sangat baik menolongmu. Jangan sia -siakan kesempatanmu untuk tetap produktif,” kata Aris sebagaimana ia mengulangi nasehat Sahri untuknya.
Setelah Aris melewati hari-hari sulit itu, ia keluar dari rumah sakit.
Ia mengalami perawatan di rumah. Begitu pulih, ia bersedia ikut pelatihan menjahit.
Ia harus ke Surakarta untuk mengikuti pelatihan itu, tepatnya di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Fisik (BBRSPDF) "Prof. Dr. Soeharso" Surakarta.
“Saya berangkat ke Surakarta setahun setelah kaki saya diamputasi,” kata dia.
Aris menceritakan Keberangkatannya itu sekitar dua minggu setelah lebaran Idul Fitri pada 2017. Ia ikut dalam rombongan Dinas Sosial Kabupaten Siak.
"Awal saya masuk di sana, langsung diasesmen, selama diasesmen kami sebagai siswa kalau disana disebut penerima manfaat (PM). Kemudian kami diuji kemampuan kemana arah keterampilan yang dimiliki,” kata Aris.
Di lembaga milik Kementerian Sosial ini masing-masing penerima manfaat hanya diperbolehkan mengambil satu jurusan saja.
Akhirnya Aris pun memutuskan untuk memilih belajar menjahit.
Kata Aris, selain melatih keterampilan penerima manfaat juga diberi pelayanan kesehatan, bimbingan rohani dan sosial.
Dia sangat senang karena dibantu oleh dinas terkait untuk bisa terampil dan mandiri.
Selama setahun ia mengenyam pendidikan di Surakarta, Aris pulang ke kampungnya.
Ia langsung mendirikan usaha menjahit. Ia juga mendapat peralatan menjahit dari Dinas Sosial Siak.
"Mewakili keluarga, saya mengucapkan terimakasih kepada Pemkab Siak yang telah banyak membantu,” ujarnya.
“ Mungkin jika tidak ada bantuan ini, saya tak bisa membayangkan seperti apa nasib saya kedepannya," ucapnya.
Dalam meningkatkan usahanya, Aris terkendala masalah modal.
Sejauh ini yang dihadapinya adalah masalah persediaan bahan kain dan perlengkapan lainnya.
"Saya nggak berani stok bahan, karena untuk memenuhi selera pelanggan itu butuh modal yang besar" tuturnya.
Saat ini tekad Aris adalah melatih anak muda Teluk Lanus yang mempunyai minat untuk belajar menjahit dan selanjutnya akan dijadikan anggota kerjanya.
Sementara Kepala Dinas Sosial Kabupaten Siak Wan Idris menyampaikan bahwa program pengiriman disabilitas ke balai-balai milik Kementerian Sosial dalam rangka untuk mendapatkan rehabilitasi sosial.
Dan keterampilan agar disabilitas tersebut bisa mandiri untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
"Kita memiliki program bagi Disabilitas di Siak, mereka tetap mendapat hak yang sama sebagai mana orang normal,” terangnya.
“ Mudah-mudahan usaha Aris tambah maju dan bisa membuka lapangan pekerjaan bagi orang-orang di sekitarnya,” harap Wan Idris.
Di tahun 2020, Dinas Sosial Kabupaten Siak juga telah menyerahkan alat bantu kursi roda untuk anak sebanyak 5 unit dan 5 unit untuk dewasa.
Sedangkan untuk orang dengan kecacatan berat (OKDB) telah diserahkan santunan untuk 160 orang, masing-masing menerima Rp 1,8 juta.
Dijelaskanya, ODKB adalah orang yang hidupnya tergantung dengan orang lain sekaligus tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri.
“Jadi mereka ini hidup dengan kondisi cacat berat dan hidupnya tergantung orang lain, mungkin kepada orang tua, keluarga dan tetangga,” katanya.
( Tribunpekanbaru.com / Mayonal Putra )
