Geger Penemuan Diduga Granat Nenas di Desa Kota Intan Rohul, Berbalut Gumpalan Tanah
Masyarakat Desa Kota Intan Kecamatan Kunto Darussalam Rokan Hulu digegerkan oleh penemuan sebuah benda diduga granat nenas pada Selasa.
TRIBUNPEKANBARU.COM, PASIRPANGARAIAN - Masyarakat Desa Kota Intan Kecamatan Kunto Darussalam Rokan Hulu digegerkan oleh penemuan sebuah benda diduga granat nenas pada Selasa (19/1/2021).
Penemuan benda diduga sebagai granat nenas oleh Karyawan Crusher PT IPB langsung dilaporkan kepada pihak Polres Rokan Hulu melalui Polsek Kunto Darussalam untuk ditindaklanjuti.
Disampaikan oleh Paur Humas Polres Rokan Hulu Ipda Refly mengatakan, penemuan diketahui sekitar pukul 17.00 WIB saat seorang Karyawan Crusher PT IPB tengah bekerja di bagian penyaringan antara sirtu dan lumpur.
"Pada saat itu, si karyawan memungut segumpal tanah lalu membuang ke bawah. Selanjutnya, segumpal tanah tersebut pecah dan seketika terlihat ada benda berbentuk besi bulat," kata Paur pada Rabu (20/1).
Setelah adanya temuan benda asing itu, karyawan tersebut kemudian langsung berinisiatif memberitahukannya kepada pihak Polsek Kunto Darussalam untuk ditindaklanjuti.
Mengetahui adanya laporan dari karyawan PT IPB terkait temuan sebuah benda diduga adalah granat nenas, Kapolsek Kunto Darussalam langsung melaporkan hal tersebut kepada Kapolres Rokan Hulu.
Selanjutnya, Kapolsek Kunto Darussalam bersama dengan Kanit Reskrim beserta sejumlah personil langsung melakukan pengamanan di lokasi kejadian.
"Prosedur pengamanan lokasi kejadian kemudian dilakukan sesuai dengan ketentuan dan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku untuk menindaklanjuti kondisi tersebut," jelasnya kemudian.
Sesuai dengan SOP Kepolisian, penanganan benda diduga granat nenas itu dilakukan dengan melibatkan Tim Gegana Brimob Polda Riau.
Hingga berita ini dirilis, proses penanganan terhadap benda diduga adalah granat nenas tersebut masih berlanjut di lokasi temuan di kawasan Desa Kota Intan Kecamatan Kunto Darussalam, Rokan Hulu. (Tribun Pekanbaru/Syahrul Ramadhan)
----------------------------------------------------------------
Temukan Granat di Lapangan Dibawa Bermain, Lalu Dipukul Pakai Batu, Granat Meledak 3 Bocah Tewas
Temukan granat aktif di lapangan kemudian dibawa bermain.
Selang ada waktu granat malah dipukul-pukul pakai batu. Granat seketika meledak. 5 Bocah jadi sasaran.
Tiga orang meninggal dunia sedangkan dua lagi mengalami luka akibat serpihak bahan pe;edak tersebut.
Peristiwa itu membuat heboh warga sekitar. Seluruh korban kemudian dievakuasi.
Begini kejadian lengkapnya
Sebanyak tiga bocah tewas dan dua lainnya luka-luka pada Rabu (6/1/2021), ketika granat yang mereka mainkan meledak di kota Peshawar, Pakistan.
Kelima korban itu terdiri dari empat bersaudara dan satu tetangga, yang menemukan sebuah granat berkarat di lapangan desa lalu memainkannya.
" Bocah-bocah itu awalnya memainkannya lalu memukulnya dengan batu dan akhirnya meledak," kata Mansoor Aman, polisi senior setempat kepada AFP.
Petinggi polisi lokal, Aziz ur Rehman, juga mengonfirmasi jumlah korban.
Kecelakaan yang melibatkan senjata sisa perang tidak jarang terjadi di Pakistan.
Mortir tua, peluru artileri, dan amunisi belas lainnya kerap diselundupkan ke sana dari Afghanistan. Beberapa di antaranya sisa perang Soviet pada 1980-an.
Wilayah itu juga pernah jadi pusat kegiatan anti-Taliban, dengan pembentukan milisi untuk melawan pemberontak oleh warga lokal.
Tahun lalu, lima orang tewas saat pekerja di toko besi hendak mendaur ulang mortir tua yang kemudian meledak.
Terjadi juga di Kongo
Sebelumnya pada 29 Desember 2020, empat bocah di Kongo juga tewas akibat granat yang mereka mainkan meledak.
"Salah satu dari mereka mengambilnya, yang lain melemparnya ke atas, dan granat meledak saat jatuh," ujar administrator lokal Adel Alingi kepada AFP.
Keempat bocah tersebut tewas seketika di lokasi kejadian. Insiden terjadi di desa Tsoro, wilayah Djugu Ituri.
Djugu berada di area konflik yang diduduki milisi Cooperation for the Development of Congo (CODECO).
Mereka adalah sekte politik-agama bersenjata yang terkait dengan lebih dari 1.000 kematian sejak Desember 2017.(*)